Indah Putri Indriani Beberkan Inovasi Atasi Stunting
Minggu, 10 Oktober 2021 - 13:04 WIB
LUWU UTARA - Bupati Luwu Utara , Indah Putri Indriani membeberkan inovasi untuk mengatasi stunting di Kabupaten Luwu Utara . Dia menjelaskan, aksi konvergensi stunting menjadi bagian dari 17 Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan milenium berkelanjutan, sekaligus menjadi salah satu fokus pembangunan nasional termasuk di daerah.
“Kesuksesan negara di masa mendatang sangat ditentukan oleh keadaan kesehatan generasi masa kini. Namun, fakta menyatakan bahwa 4 dari 10 anak balita di Indonesia mengalami stunting dibanding usianya,” kata Indah, saat membawakan Orasi Ilmiah pada acara Wisuda Sarjana XXVI dan Pascasarjana XI Program Studi Kesehatan Masyarakat, di Hotel Dalton , Kamis (7/10/2021).
Fakta itu, lanjut dia, menjadi tantangan bersama karena dampak stunting ini tidak disadari masyarakat. Padahal stunting berdampak pada seluruh siklus kehidupan, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang,” papar Indah.
Dia menjelaskan, upaya percepatan pencegahan stunting akan lebih efektif apabila intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dilakukan secara konvergen di tingkat kabupaten sampai desa.
Menurut dia, intervensi gizi spesifik umumnya dilaksanakan oleh sektor kesehatan, sedangkan intervensi gizi sensitif menyasar penyebab tidak langsung stunting yang mencakup peningkatan penyediaan air bersih dan sanitasi, peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan, peningkatan kesadaran komitmen dan praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak, serta peningkatan akses pangan bergizi.
Berdasarkan data e-PPGBM, stunting di Luwu Utara pada 2018 adalah 31,10% turun menjadi 19,65% pada 2020. “Untuk mencapai target nasional tahun 2024, yakni 14 %, maka diperlukan keterlibatan lintas sektor terkait termasuk dengan dukungan regulasi dalam rangka percepatan pencegahan dan penurunan angka stunting di Kabupaten Luwu Utara,” terangnya.
“Kami juga senantiasa menawarkan kepada berbagai pihak, khususnya perguruan tinggi untuk dapat membantu dan bahu-membahu bersama dengan Pemda Luwu Utara dalam rangka pencapaian target stunting 14% di 2024 melalui kerjasama satu sarjana kesehatan masyarakat satu desa,” ujarnya menambahkan.
Ia juga menyebutkan, di Luwu Utara, pada 2021 terdapat 30 desa lokus stunting, dan 2022 telah ditetapkan 50 desa lokus stunting. “Pemda terus berupaya melakukan berbagai terobosan untuk mengentaskan stunting, baik dengan upaya sensitif maupun spesifik,” kata dia.
“Kesuksesan negara di masa mendatang sangat ditentukan oleh keadaan kesehatan generasi masa kini. Namun, fakta menyatakan bahwa 4 dari 10 anak balita di Indonesia mengalami stunting dibanding usianya,” kata Indah, saat membawakan Orasi Ilmiah pada acara Wisuda Sarjana XXVI dan Pascasarjana XI Program Studi Kesehatan Masyarakat, di Hotel Dalton , Kamis (7/10/2021).
Fakta itu, lanjut dia, menjadi tantangan bersama karena dampak stunting ini tidak disadari masyarakat. Padahal stunting berdampak pada seluruh siklus kehidupan, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang,” papar Indah.
Dia menjelaskan, upaya percepatan pencegahan stunting akan lebih efektif apabila intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dilakukan secara konvergen di tingkat kabupaten sampai desa.
Menurut dia, intervensi gizi spesifik umumnya dilaksanakan oleh sektor kesehatan, sedangkan intervensi gizi sensitif menyasar penyebab tidak langsung stunting yang mencakup peningkatan penyediaan air bersih dan sanitasi, peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan, peningkatan kesadaran komitmen dan praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak, serta peningkatan akses pangan bergizi.
Berdasarkan data e-PPGBM, stunting di Luwu Utara pada 2018 adalah 31,10% turun menjadi 19,65% pada 2020. “Untuk mencapai target nasional tahun 2024, yakni 14 %, maka diperlukan keterlibatan lintas sektor terkait termasuk dengan dukungan regulasi dalam rangka percepatan pencegahan dan penurunan angka stunting di Kabupaten Luwu Utara,” terangnya.
“Kami juga senantiasa menawarkan kepada berbagai pihak, khususnya perguruan tinggi untuk dapat membantu dan bahu-membahu bersama dengan Pemda Luwu Utara dalam rangka pencapaian target stunting 14% di 2024 melalui kerjasama satu sarjana kesehatan masyarakat satu desa,” ujarnya menambahkan.
Ia juga menyebutkan, di Luwu Utara, pada 2021 terdapat 30 desa lokus stunting, dan 2022 telah ditetapkan 50 desa lokus stunting. “Pemda terus berupaya melakukan berbagai terobosan untuk mengentaskan stunting, baik dengan upaya sensitif maupun spesifik,” kata dia.
tulis komentar anda