Kabar Baik, Positivity Rate Jatim di Bawah 5 Persen Sesuai Standar WHO
Senin, 06 September 2021 - 18:49 WIB
SURABAYA - Berdasarkan data asesmen situasi COVID-19 di laman website Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per tanggal 4 September 2021, positivity rate mingguan di Jatim telah mencapai 4,68 persen. Capaian tersebut sudah sesuai standar pengendalian pandemi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni di bawah 5 persen sekaligus dibawah positivity rate mingguan nasional yang berada di angka 6,97 persen.
Positivity rate sendiri adalah perbandingan antara jumlah kasus positif COVID-19 dengan jumlah tes yang dilakukan. Dengan semakin turunnya positivity rate ini, kini hanya tersisa 4 daerah di Jatim yang saat ini berada pada zonasi assessment level 4. Yakni Ponorogo, Magetan, Blitar dan Kota Blitar. Dimana, pada awal bulan Juli dulu ada 34 kab/kota yang masuk ke level 4.
Baca juga: Tak Kantongi Izin, Rumah Makan di Kota Mojokerto Disegel Satpol PP
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengaku, capaian ini dipengaruhi oleh masifnya testing dan tracing yang lebih efektif. Dengan standar jumlah tes yang ditetapkan WHO yaitu 1:1.000 penduduk/minggu, Jatim seharusnya melakukan test 40.000/minggu.
Sementara, minggu kemarin jumlah testing di Jatim telah mencapai 90.045. “Yang artinya angka tes di Jatim
sudah mencapai lebih dari 2 kali lipat standar WHO,” katanya, Senin (6/9/2021).
Untuk pelacakan kasus atau tracing ratio COVID-19 di Jatim, imbuhnya, juga mengalami peningkatan. Dari yang sebelumnya 1,17 sekarang naik menjadi 11,75. Yang artinya kapasitas tracing di Jawa Timur naik 10 kali lipat.
“Harapannya ke depan, positivity rate yang semakin rendah ini dan testing rate maupun tracing ratio yang semakin tinggi bisa terus dipertahankan. Karena terbukti efektif menurunkan kasus COVID-19,” terangnya.
Baca juga: Ajukan Eksepsi, Bupati Nganjuk Nonaktif Novi Rahman Hidayat Minta Dibebaskan dari Dakwaan dan Rutan
Orang nomor satu di Jatim itu menambahkan, kombinasi menurunnya positivity rate dan tingginya tracing ratio maupun testing rate sangat mempengaruhi penurunan keterisian tempat tidur di rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) di Jatim. Dimana, tambahan BOR di Jatim turun menjadi 22,48 persen.
Di samping itu, tingkat kematian juga menurun dari 5,5/100.000 penduduk per minggu menjadi 2,11/100.000 penduduk. “Tingkat keterisian tempat tidur ini juga sudah berada sangat jauh di bawah standar WHO yaitu di bawah 60 persen,” tandasnya.
Positivity rate sendiri adalah perbandingan antara jumlah kasus positif COVID-19 dengan jumlah tes yang dilakukan. Dengan semakin turunnya positivity rate ini, kini hanya tersisa 4 daerah di Jatim yang saat ini berada pada zonasi assessment level 4. Yakni Ponorogo, Magetan, Blitar dan Kota Blitar. Dimana, pada awal bulan Juli dulu ada 34 kab/kota yang masuk ke level 4.
Baca juga: Tak Kantongi Izin, Rumah Makan di Kota Mojokerto Disegel Satpol PP
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengaku, capaian ini dipengaruhi oleh masifnya testing dan tracing yang lebih efektif. Dengan standar jumlah tes yang ditetapkan WHO yaitu 1:1.000 penduduk/minggu, Jatim seharusnya melakukan test 40.000/minggu.
Sementara, minggu kemarin jumlah testing di Jatim telah mencapai 90.045. “Yang artinya angka tes di Jatim
sudah mencapai lebih dari 2 kali lipat standar WHO,” katanya, Senin (6/9/2021).
Untuk pelacakan kasus atau tracing ratio COVID-19 di Jatim, imbuhnya, juga mengalami peningkatan. Dari yang sebelumnya 1,17 sekarang naik menjadi 11,75. Yang artinya kapasitas tracing di Jawa Timur naik 10 kali lipat.
“Harapannya ke depan, positivity rate yang semakin rendah ini dan testing rate maupun tracing ratio yang semakin tinggi bisa terus dipertahankan. Karena terbukti efektif menurunkan kasus COVID-19,” terangnya.
Baca juga: Ajukan Eksepsi, Bupati Nganjuk Nonaktif Novi Rahman Hidayat Minta Dibebaskan dari Dakwaan dan Rutan
Orang nomor satu di Jatim itu menambahkan, kombinasi menurunnya positivity rate dan tingginya tracing ratio maupun testing rate sangat mempengaruhi penurunan keterisian tempat tidur di rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) di Jatim. Dimana, tambahan BOR di Jatim turun menjadi 22,48 persen.
Di samping itu, tingkat kematian juga menurun dari 5,5/100.000 penduduk per minggu menjadi 2,11/100.000 penduduk. “Tingkat keterisian tempat tidur ini juga sudah berada sangat jauh di bawah standar WHO yaitu di bawah 60 persen,” tandasnya.
(msd)
tulis komentar anda