Keperkasaan Sultan Hasanuddin Melawan Belanda, dan Perjanjian Bongaya yang Meruntuhkan Kerajaan Gowa
Senin, 06 September 2021 - 05:05 WIB
Kerajaan Makasar yang merupakan gabungan Kerajaan Gowa-Tallo mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653-1669). Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.
Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon.
Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Perlawanan rakyat Makassar terhadap VOC terjadi pada tahun 1654-1655. Pada pertengahan abad ke-17, Kerajaan Makassar menjadi pesaing berat bagi VOC terutama dalam bidang pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur.
Persaingan dagang tersebut terasa semakin berat untuk VOC, sehingga VOC merancang siasat dengan berpura-pura ingin membangun hubungan baik dan saling menguntungkan dengan Kerajaan Makassar. Upaya VOC yang sepertinya terlihat baik ini disambut baik oleh Raja Gowa dan kemudian VOC diberikan izin untuk berdagang secara bebas.
Setelah mendapatkan kesempatan berdagang dan mendapatkan pengaruh di Makassar, VOC mulai mengajukan tuntutan kepada Sultan Hasanuddin. Tuntutan VOC terhadap Makassar ditentang oleh Sultan Hasanudin dalam bentuk perlawanan dan penolakan semua bentuk isi tuntutan yang diajukan oleh VOC yang sangat ingin menguasai perdagangan di daerah Indonesia Timur. Oleh karena itu, VOC selalu berusaha mencari jalan untuk menghancurkan Makassar sehingga terjadilah beberapa kali pertempuran antara rakyat Makassar melawan VOC.
Perang Makasar dipicu oleh perang dagang antara Kerajaan Makasar yang menjadikan pelabuhannya bebas dikunjungi oleh kapal-kapal dari Eropa ataupun dari Asia dan Nusantara, dengan pihak VOC yang ingin memaksakan monopoli. Pelabuhan Makasar dianggap menyaingi perniagaan VOC. Keinginan VOC untuk mengontrol jalur perniagaan laut, ditolak oleh Sultan Hasanuddin.
Namun Sultan Hasanuddin menolak keras permintan VOC, dan meneguhkan semangat orang-orang Makasar untuk melawan tindakan yang memaksakan kehendak, padahal sudah sejak lama, perniagaan laut di Asia Tenggara ini berjalan dengan sistem pasar bebas.
Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon.
Baca Juga
Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Perlawanan rakyat Makassar terhadap VOC terjadi pada tahun 1654-1655. Pada pertengahan abad ke-17, Kerajaan Makassar menjadi pesaing berat bagi VOC terutama dalam bidang pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur.
Persaingan dagang tersebut terasa semakin berat untuk VOC, sehingga VOC merancang siasat dengan berpura-pura ingin membangun hubungan baik dan saling menguntungkan dengan Kerajaan Makassar. Upaya VOC yang sepertinya terlihat baik ini disambut baik oleh Raja Gowa dan kemudian VOC diberikan izin untuk berdagang secara bebas.
Setelah mendapatkan kesempatan berdagang dan mendapatkan pengaruh di Makassar, VOC mulai mengajukan tuntutan kepada Sultan Hasanuddin. Tuntutan VOC terhadap Makassar ditentang oleh Sultan Hasanudin dalam bentuk perlawanan dan penolakan semua bentuk isi tuntutan yang diajukan oleh VOC yang sangat ingin menguasai perdagangan di daerah Indonesia Timur. Oleh karena itu, VOC selalu berusaha mencari jalan untuk menghancurkan Makassar sehingga terjadilah beberapa kali pertempuran antara rakyat Makassar melawan VOC.
Perang Makasar dipicu oleh perang dagang antara Kerajaan Makasar yang menjadikan pelabuhannya bebas dikunjungi oleh kapal-kapal dari Eropa ataupun dari Asia dan Nusantara, dengan pihak VOC yang ingin memaksakan monopoli. Pelabuhan Makasar dianggap menyaingi perniagaan VOC. Keinginan VOC untuk mengontrol jalur perniagaan laut, ditolak oleh Sultan Hasanuddin.
Namun Sultan Hasanuddin menolak keras permintan VOC, dan meneguhkan semangat orang-orang Makasar untuk melawan tindakan yang memaksakan kehendak, padahal sudah sejak lama, perniagaan laut di Asia Tenggara ini berjalan dengan sistem pasar bebas.
tulis komentar anda