Pacu Kinerja Ekspor, Pengusaha Jatim Minta Aturan PPKM Diperlonggar
Kamis, 19 Agustus 2021 - 06:18 WIB
SURABAYA - Ekspor Jawa Timur (Jatim), mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Juli 2021 mencapai USD1,69 miliar, turun 17,75 persen dibanding Juni 2021. Namun, nilai tersebut jika dibanding Juli 2020 justru naik 7,33 persen.
Meski begitu, pelaku industri di Jatim, khususnya yang berorientasi ekspor berharap pemerintah memberikan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam proses produksi. Hal ini bertujuan untuk mendorong kinerja ekspor tahun ini agar bisa lebih baik.
"Selama PPKM, industri tidak diizinkan beroperasi secara penuh. Kami pun sempat mengajukan untuk perusahaan-perusahaan ekspor agar bisa beroperasi 100 persen," kata Ketua Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (Forkas) Jatim Eddy Widjanarko, Rabu (18/8/2021).
Dia mengungkapkan, kinerja ekspor cukup terganggu terutama di awal mulai berlakunya PPKM. Dia menyebut bahwa saat itu banyak pemeriksaan yang dilakukan petugas ke pabrik-pabrik, hal itu membuat pabrik memutuskan untuk menutup produksinya sementara waktu.
"Pada Juni-Juli itu banyak sekali pemeriksaan-pemeriksaan. Otomatis pabrik jadi resah, akhirnya banyak yang memutuskan untuk close produksinya. Hal ini bisa mempengaruhi kinerja ekspor,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) itu menyatakan, hambatan lain yang cukup mempengaruhi kinerja ekspor yakni masalah kelangkaan kontainer ekspor yang masih berlangsung sampai saat sejak akhir tahun lalu.
"Kontainer itu masih jadi rebutan, dengan ongkos yang mahal. Kalau biasanya satu perusahaan butuh 10 kontainer untuk ekspor, saat ini hanya dapat 5 kontainer saja,” ujarnya.
Disisi lain, lanjut Eddy, kinerja ekspor Jatim sampai akhir tahun ini masih memiliki peluang untuk meningkat, terutama di sektor-sektor esensial dan kritikal. Misalnya, industri minyak nabati, termasuk industri furnitur.
Sedangkan industri sepatu ekspor diperkirakan masih stagnan. "Industri garmen, dan produk kertas, tahun ini saya kira akan tumbuh,” jelasnya.
Sementara itu, di sektor ritel juga ada peluang tumbuh. Ini setelah pemerintah mulai memberikan pelonggaran pembukaan mal di sejumlah daerah termasuk di Jatim seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto dan Bangkalan.
“Mal dibuka akan menarik pengunjung untuk datang dan berbelanja. Ini akan memutar perekonomian,” pungkas Eddy.
Meski begitu, pelaku industri di Jatim, khususnya yang berorientasi ekspor berharap pemerintah memberikan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam proses produksi. Hal ini bertujuan untuk mendorong kinerja ekspor tahun ini agar bisa lebih baik.
"Selama PPKM, industri tidak diizinkan beroperasi secara penuh. Kami pun sempat mengajukan untuk perusahaan-perusahaan ekspor agar bisa beroperasi 100 persen," kata Ketua Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (Forkas) Jatim Eddy Widjanarko, Rabu (18/8/2021).
Dia mengungkapkan, kinerja ekspor cukup terganggu terutama di awal mulai berlakunya PPKM. Dia menyebut bahwa saat itu banyak pemeriksaan yang dilakukan petugas ke pabrik-pabrik, hal itu membuat pabrik memutuskan untuk menutup produksinya sementara waktu.
Baca Juga
"Pada Juni-Juli itu banyak sekali pemeriksaan-pemeriksaan. Otomatis pabrik jadi resah, akhirnya banyak yang memutuskan untuk close produksinya. Hal ini bisa mempengaruhi kinerja ekspor,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) itu menyatakan, hambatan lain yang cukup mempengaruhi kinerja ekspor yakni masalah kelangkaan kontainer ekspor yang masih berlangsung sampai saat sejak akhir tahun lalu.
"Kontainer itu masih jadi rebutan, dengan ongkos yang mahal. Kalau biasanya satu perusahaan butuh 10 kontainer untuk ekspor, saat ini hanya dapat 5 kontainer saja,” ujarnya.
Disisi lain, lanjut Eddy, kinerja ekspor Jatim sampai akhir tahun ini masih memiliki peluang untuk meningkat, terutama di sektor-sektor esensial dan kritikal. Misalnya, industri minyak nabati, termasuk industri furnitur.
Sedangkan industri sepatu ekspor diperkirakan masih stagnan. "Industri garmen, dan produk kertas, tahun ini saya kira akan tumbuh,” jelasnya.
Sementara itu, di sektor ritel juga ada peluang tumbuh. Ini setelah pemerintah mulai memberikan pelonggaran pembukaan mal di sejumlah daerah termasuk di Jatim seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto dan Bangkalan.
“Mal dibuka akan menarik pengunjung untuk datang dan berbelanja. Ini akan memutar perekonomian,” pungkas Eddy.
(don)
tulis komentar anda