Cerita Pemuda Disabilitas dari Masamba, Merantau ke Makassar Demi Jadi Dosen
Selasa, 10 Agustus 2021 - 18:42 WIB
MAKASSAR - Pandemi Covid-19 juga berimbas pada sektor pendidikan. Data Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia, pada 2020 lalu, ada 50-56 persen sekolah mengalami kesulitan finansial, terutama sekolah swasta. Ini akibat banyak orang tua atau wali siswa meminta keringanan sumbangan pembinaan pendidikan (SPP).
Permintaan keringanan pembayaran SPP ini menjadi tanda kesulitan ekonomi orang tua atau wali. Siswa juga kesulitan mengikuti pendidikan berbasis daring karena membutuhkan biaya tambahan.
Baca Juga: Aksi Cepat Tanggap (ACT)
Untuk melanjutkan pendidikannya, ia merantau ke Makassar yang jaraknya 12 jam dari tempat tinggalnya Masamba. Setiba di Makassar, Imanuddin diasramakan di Yayasan Pembinaan Tunanetra Indonesia (YAPTI) Makassar, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa ArabMakassar. Kedua orang tua Imanuddin bekerja sebagai petani di Masamba.
Bantuan Bea Pendidikan sebesar Rp5 juta yang diberikan kepada Imanuddin ini diharapkan dapat menunjang pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada mereka yang peduli kepada anak-anak tunanetra sepertinya.
Baca juga:ACT Sulsel dan MRI Bantu Korban Banjir di Bantaeng dan Jeneponto
“Alhamdulillah, terima kasih kepada seluruh para dermawan atas bantuan yang diberikan terkhusus kepada tunanetra seperti saya. Semoga bantuan seperti ini tak hanya berhenti sampai di saya saja melainkan juga kepada anak-anak membutuhkan yang lainnya, sekali lagi terima kasih atas bantuannya,” ucapnya seperti dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Selasa (10/8).
Saat ditanyai tentang cita-citanya oleh tim ACT di sela-sela penyerahan bantuan, Imanuddin mengaku ingin menjadi dosen. “Saya bercita-cita menjadi dosen, insyaaallah kalo kita terus berusaha tak ada yang mustahil” ujarnya.
Permintaan keringanan pembayaran SPP ini menjadi tanda kesulitan ekonomi orang tua atau wali. Siswa juga kesulitan mengikuti pendidikan berbasis daring karena membutuhkan biaya tambahan.
Baca Juga: Aksi Cepat Tanggap (ACT)
Untuk melanjutkan pendidikannya, ia merantau ke Makassar yang jaraknya 12 jam dari tempat tinggalnya Masamba. Setiba di Makassar, Imanuddin diasramakan di Yayasan Pembinaan Tunanetra Indonesia (YAPTI) Makassar, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa ArabMakassar. Kedua orang tua Imanuddin bekerja sebagai petani di Masamba.
Bantuan Bea Pendidikan sebesar Rp5 juta yang diberikan kepada Imanuddin ini diharapkan dapat menunjang pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada mereka yang peduli kepada anak-anak tunanetra sepertinya.
Baca juga:ACT Sulsel dan MRI Bantu Korban Banjir di Bantaeng dan Jeneponto
“Alhamdulillah, terima kasih kepada seluruh para dermawan atas bantuan yang diberikan terkhusus kepada tunanetra seperti saya. Semoga bantuan seperti ini tak hanya berhenti sampai di saya saja melainkan juga kepada anak-anak membutuhkan yang lainnya, sekali lagi terima kasih atas bantuannya,” ucapnya seperti dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Selasa (10/8).
Saat ditanyai tentang cita-citanya oleh tim ACT di sela-sela penyerahan bantuan, Imanuddin mengaku ingin menjadi dosen. “Saya bercita-cita menjadi dosen, insyaaallah kalo kita terus berusaha tak ada yang mustahil” ujarnya.
(luq)
tulis komentar anda