Kesehatan Mental Kunci Agar Bisa Bela Negara di Tengah Pandemi
Jum'at, 06 Agustus 2021 - 21:15 WIB
Menurut Poppy, kalau mau bangkit, obatnya adalah imunitas. Dengan demikian, untuk melawan COVID-19, kuncinya perasaan orang harus senang dan bahagia sehingga mental menjadi sehat.
Salah satu yang paling penting dalam menghadapi pandemi ini, lanjut Poppy, adalah peran keluarga, terutama ibu. Pasalnya, dengan berbagai pembatasan, banyak anak muda dan anak-anak harus menjalani pendidikan secara daring. Artinya, mereka lebih banyak berada di dalam kamar dan jarang bertemu dengan keluarga.
Kondisi ini membuat kesehatan mental anak akan terganggu. Apalagi bila anak-anak itu memiliki masalah dan tidak bisa mencari solusi serta teman untuk curhat. “Keluarga harus peduli, terutama ibu harus care dan pintar melihat kondisi anak. Tanyakan bila ada anak lagi sedih,” imbuhnya.
Kedua, lanjutnya, anak harus diajari mengenal emosi. Pun kalau anaknya mengenal kesalahan jangan divonis dulu, perbanyak mendengar. Intinya ibu harus jadi konselor rumah tangga dan keluarga harus paham bahwa sang anak butuh bantuan.
“Itu bisa menjadi peran seorang ibu dalam ikut serta bela negara, dengan menyelamatkan anak-anak mereka dari masalah mental. Perempuan (ibu) adalah tiang negara, kalau ibu-ibu mampu mendidik anak dengan baik, maka dia telah berhasil menegakkan tiang negara,” tutur Poppy.
Virnie Ismail mengaku baru muncul di kegiatan ini setelah hampir setahun setengah tidak ke Jakarta akibat menghindari COVID-19. Menurutnya, pandemi COVID-19 ini membuat banyak orang sensitif, stress dan lama-lama depresi.
“Untuk melawan itu, kita harus maintain kesehatan mental dan belajar bijak dan berpikir positif,” ungkapnya.
Sementara itu, salah satu bintang Film Habibie dan Ainun, Jordy Pranata mengaku kondisi pandemi ini butuh kesehatan mental yang kuat. Pasalnya, ia merasakan setiap pagi harus mendengar pengumuman duka dari pengeras suara di masjid serta grup-grup WA.
Untuk menyikapi itu, ia berusaha menjaga kesehatan mental dirinya dan keluarga, dengan banyak melakukan komunikasi dengan teman, tetangga, sahabat, dan lain-lain. Menurutnya, orang yang memiliki masalah mental karena ingin ditemani.
“Itu lumayan ngebantu. Oh gue gak sendiri, di masa pendami ini tidak hanya gue, semua orang juga kesulitan. Di luar sana banyak lebih parah,” ungkapnya.
Salah satu yang paling penting dalam menghadapi pandemi ini, lanjut Poppy, adalah peran keluarga, terutama ibu. Pasalnya, dengan berbagai pembatasan, banyak anak muda dan anak-anak harus menjalani pendidikan secara daring. Artinya, mereka lebih banyak berada di dalam kamar dan jarang bertemu dengan keluarga.
Kondisi ini membuat kesehatan mental anak akan terganggu. Apalagi bila anak-anak itu memiliki masalah dan tidak bisa mencari solusi serta teman untuk curhat. “Keluarga harus peduli, terutama ibu harus care dan pintar melihat kondisi anak. Tanyakan bila ada anak lagi sedih,” imbuhnya.
Kedua, lanjutnya, anak harus diajari mengenal emosi. Pun kalau anaknya mengenal kesalahan jangan divonis dulu, perbanyak mendengar. Intinya ibu harus jadi konselor rumah tangga dan keluarga harus paham bahwa sang anak butuh bantuan.
“Itu bisa menjadi peran seorang ibu dalam ikut serta bela negara, dengan menyelamatkan anak-anak mereka dari masalah mental. Perempuan (ibu) adalah tiang negara, kalau ibu-ibu mampu mendidik anak dengan baik, maka dia telah berhasil menegakkan tiang negara,” tutur Poppy.
Virnie Ismail mengaku baru muncul di kegiatan ini setelah hampir setahun setengah tidak ke Jakarta akibat menghindari COVID-19. Menurutnya, pandemi COVID-19 ini membuat banyak orang sensitif, stress dan lama-lama depresi.
“Untuk melawan itu, kita harus maintain kesehatan mental dan belajar bijak dan berpikir positif,” ungkapnya.
Sementara itu, salah satu bintang Film Habibie dan Ainun, Jordy Pranata mengaku kondisi pandemi ini butuh kesehatan mental yang kuat. Pasalnya, ia merasakan setiap pagi harus mendengar pengumuman duka dari pengeras suara di masjid serta grup-grup WA.
Untuk menyikapi itu, ia berusaha menjaga kesehatan mental dirinya dan keluarga, dengan banyak melakukan komunikasi dengan teman, tetangga, sahabat, dan lain-lain. Menurutnya, orang yang memiliki masalah mental karena ingin ditemani.
“Itu lumayan ngebantu. Oh gue gak sendiri, di masa pendami ini tidak hanya gue, semua orang juga kesulitan. Di luar sana banyak lebih parah,” ungkapnya.
tulis komentar anda