Hotel Dinilai Lebih Layak untuk Pasien Covid-19 Dibanding Isolasi Apung
Selasa, 03 Agustus 2021 - 08:59 WIB
MAKASSAR - Kapal Motor (KM) Umsini resmi dioperasikan sebagai tempat isolasi apung bagi penderita Covid-19. Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar menggelontorkan anggaran senilai Rp1,5 miliar setiap bulan untuk pengoperasiannya.
Hal itu pun menuai sorotan, salah satunya dari legislator. Tempat isolasi bagi pasien Covid-19 dinilai lebih cocok di hotel dibandingkan isolasi apung. Meski menelan anggaran cukup fantastis, isolasi apung belum bisa memenuhi kebutuhan dasar pasien, utamanya berkaitan dengan privasi.
"Kalau saya itu yang penting, ini malah tidak manusiawi. Apalagi kalau satu ruangan begitu kayak kelas ekonomi pengap saling baku hirup virus, karena ini nda ditau juga jenisnya apakah delta atau apa. Bagaimana juga misalnya kalau mau ganti baju," ungkap Anggota Komisi D Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) DPRD Kota Makassar , Yeni Rahman.
Selain itu, legislator PKS ini menilai isolasi apung tersebut tidak sepenuhnya bisa nyaman digunakan oleh seluruh pasien mengingat kondisinya berada di lautan.
"Jadi kita juga tidak tau kenapa Pak Wali lebih pilih itu (isolasi apung) karena anggarannya juga nda dibicarakan dengan kita. Intinya kita cuma minta agar ini lebih dahulu dikaji. Jangan mendorong program yang sifatnya coba-coba. Jadi sekarang ini bukan lagi masalah politik," ujarnya.
Menurutnya anggaran Rp1,5 miliar akan lebih optimal jika digunakan untuk isolasi pasien Covid-19 di hotel seperti program Wisata Covid-19 yang digagas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel beberapa waktu lalu.
"Ini kan nda perlu hotel mewah yang jelas di situ ada masing-masing ruang tersendirinya dan ada toilet serta ventilasi udara itu memadai," katanya.
Tak hanya itu, pemanfaatan hotel juga akan membawa dampak positif bagi hotel-hotel di Kota Makassar yang terdampak dan terancam gulung tikar akibat pandemi Covid-19.
Hal itu pun menuai sorotan, salah satunya dari legislator. Tempat isolasi bagi pasien Covid-19 dinilai lebih cocok di hotel dibandingkan isolasi apung. Meski menelan anggaran cukup fantastis, isolasi apung belum bisa memenuhi kebutuhan dasar pasien, utamanya berkaitan dengan privasi.
"Kalau saya itu yang penting, ini malah tidak manusiawi. Apalagi kalau satu ruangan begitu kayak kelas ekonomi pengap saling baku hirup virus, karena ini nda ditau juga jenisnya apakah delta atau apa. Bagaimana juga misalnya kalau mau ganti baju," ungkap Anggota Komisi D Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) DPRD Kota Makassar , Yeni Rahman.
Selain itu, legislator PKS ini menilai isolasi apung tersebut tidak sepenuhnya bisa nyaman digunakan oleh seluruh pasien mengingat kondisinya berada di lautan.
"Jadi kita juga tidak tau kenapa Pak Wali lebih pilih itu (isolasi apung) karena anggarannya juga nda dibicarakan dengan kita. Intinya kita cuma minta agar ini lebih dahulu dikaji. Jangan mendorong program yang sifatnya coba-coba. Jadi sekarang ini bukan lagi masalah politik," ujarnya.
Menurutnya anggaran Rp1,5 miliar akan lebih optimal jika digunakan untuk isolasi pasien Covid-19 di hotel seperti program Wisata Covid-19 yang digagas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel beberapa waktu lalu.
"Ini kan nda perlu hotel mewah yang jelas di situ ada masing-masing ruang tersendirinya dan ada toilet serta ventilasi udara itu memadai," katanya.
Tak hanya itu, pemanfaatan hotel juga akan membawa dampak positif bagi hotel-hotel di Kota Makassar yang terdampak dan terancam gulung tikar akibat pandemi Covid-19.
tulis komentar anda