Kedatangan Ribuan PMI ke Jawa Timur Dikhawatirkan Picu Pengangguran Baru

Kamis, 03 Juni 2021 - 14:11 WIB
ilustrasi
SURABAYA - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengkhawatirkan munculnya pengangguran baru pasca gelombang kedatangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) ke Jawa Timur (Jatim). Apalagi, kepulangan mereka lantaran sudah tidak ada perpanjangan kontrak kerja.

Sebelumnya orang nomor satu di Jatim itu menyebut, ada sebanyak 14.000 PMI akan kembali ke kampung halamannya masing-masing. Dari jumlah itu, hingga 30 Mei, sudah ada sebanyak 11.350 PMI telah pulang ke Jatim. Dari jumlah itu total ada 126 orang yang positif COVID-19 setelah melalui proses skrining.

Di Jatim, sejumlah daerah menjadi kantong PMI seperti seperti Bangkalan, Pamekasan, Jember, Malang, Tulungagung dan Blitar. “Jika tidak dilakukan koordinasi dengan baik, (pengangguran yang bisa muncul dari PMI), dikhawatirkan akan menimbulkan dampak sosial ekonomi,” ujar Khofifah, Kamis (3/6/2021).



Baca juga: Gubernur Khofifah Minta Bupati/Wali Kota di Jatim Pantau Perkembangan Kasus Harian COVID-19

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menunjukkan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jatim pada Februari 2021 sebesar 5,17%, naik 1,57% dibanding Februari 2020. Jika dibandingkan terhadap Agustus 2020, terjadi penurunan TPT sebesar 0,67%.

TPT adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja. “Dilihat dari daerah tempat tinggalnya, TPT di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding perdesaan,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan, Kamis (6/5/2021).

Baca juga: 2 Senjata SS1 yang Dirampas KKB usai Membunuh Briptu Mario Sanoy Berhasil Disita Pasukan TNI-Polri

Pada Februari 2021, TPT perkotaan sebesar 7,01%. Sedangkan TPT perdesaan sebesar 3,13%. Dibandingkan Februari 2020 atau sebelum pandemi COVID-19, terjadi kenaikan TPT baik di daerah perkotaan maupun perdesaan.

Kenaikan TPT di perkotaan cukup tajam, yakni sebesar 2,34%. “TPT laki-laki cenderung lebih tinggi dibanding perempuan. Pada Februari 2021, TPT laki-laki sebesar 5,88%. Jauh lebih tinggi dibandingkan TPT perempuan yang sebesar 4,17%,” ujar Dadang.

TPT laki-laki dan TPT perempuan pada Februari 2021 sama-sama mengalami kenaikan dibandingkan Februari 2020. Dibandingkan Februari 2020, TPT laki-laki naik 2,31%. Sedangkan TPT perempuan naik 0,52%. Peran laki-laki cenderung sebagai kepala keluarga atau pencari nafkah utama menjadi salah satu penyebab tingginya TPT laki-laki dibanding perempuan. “Dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan pada Februari 2021, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih mendominasi. Yakni sebesar 10,41%,” tandas Dadang.

TPT tertinggi berikutnya adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,57%. Sebaliknya, TPT terendah terdapat pada pendidikan SD ke bawah sebesar 2,27%. “Penduduk dengan pendidikan rendah cenderung lebih mudah menerima tawaran pekerjaan apa saja tanpa banyak mengajukan persyaratan karena keterbatasan pendidikan/ijazah yang dimiliki,” terang Dadang.
(msd)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content