PDIP Surabaya: Tak Bersalaman Tetap Saling Memafkan di Hari Fitri

Sabtu, 23 Mei 2020 - 15:23 WIB
PDIP Kota Surabaya, terus menggelorakan semangat gotong royong menghadapi pandemi COVID-19. Foto/Dok.SINDOnews/Lukman Hakim
SURABAYA - DPC PDIP Kota Surabaya mengajak masyarakat Kota Pahlawan untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriah dengan penuh syukur. Yang tak kalah penting, menguatkan semangat gotong royong untuk menghadapi pandemi COVID-19.

(Baca juga: Keterlaluan! KKB Tembak 2 Tenaga Medis COVID-19 di Intan Jaya )

Partai politik berlambang banteng moncong putih tersebut juga mengajak warga untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan di tengah situasi pandemi. "Kami keluarga besar PDIP Kota Surabaya mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin," ujar Adi Sutarwijono, Ketua DPC PDIP Kota Surabaya, Sabtu (23/5/2020).

Adi yang juga Ketua DPRD Kota Surabaya ini mengatakan, Hari Raya Idul Fitri tahun ini dirayakan dengan cara berbeda dibanding tahun lalu. Di tengah imbauan agar warga tetap di rumah, tidak menggelar halalbihalal yang mengumpulkan banyak orang, dan tidak pulang kampung atau berpergian ke luar kota.



"Kita bersilaturahmi dan saling memaafkan dengan tidak saling berjumpa fisik dan tidak bersalaman. Dengan memanfaatkan teknologi komunikasi, kita saling bermaaf-maafan. Kita tidak bersalaman, tapi hati pasti saling memaafkan. Kita perkuat tali silaturahmi dengan cara yang lain," kata Adi.

Adi menambahkan, Hari Raya Idul Fitri tahun ini juga diharapkan bisa memperkuat gotong royong nasional dalam balutan silaturahmi antarwarga.

"Silaturahmi untuk memperkuat kohesivitas sosial harus diwujudkan dalam kerja gotong royong agar Surabaya dan Indonesia bisa melewati masa pandemi ini dengan baik," papar Adi.

"Kita bergotong royong dan ambil tanggung jawab sesuai bidang masing-masing. Termasuk warga bisa ambil tanggung jawab dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan, mulai cuci tangan pakai sabun, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan orang, mengonsumsi gizi seimbang dan rajin olahraga," imbuh mantan jurnalis ini.

Adi kemudian menyinggung sejarah "halalbihalal" yang diperkenalkan oleh Presiden Sukarno dan KH Wahab Chasbullah. Bung Karno meminta pendapat Kiai Wahab terkait situasi bangsa ketika itu, di awal kemerdekaan, yang penuh gejolak. Antar-elemen ketika itu terpecah. Sehingga oleh Bung Karno, momentum Lebaran digunakan untuk membangun persaudaraan nasional.

"Maka muncullah istilah halalbihalal, saling memaafkan dan saling menghalalkan. Maka dalam konteks saat ini, Lebaran menjadi tradisi yang menyatukan. Kita saling memaafkan, lupakan semua perbedaan, dan kita perkuat kerja-kerja untuk menangani COVID-19 serta memulihkan kualitas kehidupan rakyat," pungkas Adi.
(eyt)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content