Gelar Silaturahmi Kebangsaan, Polda Bali Undang Gus Miftah
Kamis, 20 Mei 2021 - 20:17 WIB
DENPASAR - Polda Bali menggelar Silaturahmi Kebangsaan Demi Merawat Kebhinekaan dan Keutuhan NKRI di Gedung Perkasa Raga Garwita, Denpasar, Bali, Kamis (20/5/2021).
Baca juga: Halau Arus Pemudik, Polda Bali Tambah Dua Pos Penyekatan
Silaturahmi dihadiri Ketua MPR Bambang Soesatyo, Gus Miftah, Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Danrem 163/Wirasatya Brigjen TNI Husein Sagaf, Ketua FKUB Provinsi Bali, Ketua IMMA/BS, Rektor Universitas se-Bali, seluruh PJU Polda Bali dan perwakilan mahasiswa, termasuk mahasiswa Papua yang tinggal di Bali.
Baca juga: Warga Belanda Ini Masuk Islam Setelah Dengar Ceramah Gus Miftah di Gereja
Kapolda mengatakan, moment kali ini juga bertepatan dengan peringatan ke-113 hari kebangkitan nasional yang bertemakan BANGKIT!. “Secara global selain kita menghadapi permasalahan pandemi COVID-19, terdapat juga permasalahan konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel yang menjadi perhatian dari sejumlah negara. konflik ini sudah berlarut-larut tanpa adanya perdamaian antar kedua negara," katanya.
Menyikapi hal tersebut, sebagai warga negara Indonesia dengan berbagai keberagaman suku, ras, dan agama, maka potensi gesekan di tengah masyarakat harus diantisipasi bersama.
“Mari kita awali dari pulau bali sebagai wajah keberagaman dan kemajemukan Indonesia pada tingkat regional maupun internasional. Kita menjaga Bali yang memiliki julukan The Island of Tolerance, The Island of Gods, The Island of Peace and Love dan The Island of Paradise, dengan tetap menjaga budaya lokal tanpa menutup diri dari budaya lain maupun budaya internasional pada kehidupan sosial masyarakat Bali,” tandasnya.
Sementara, Gus Miftah mengatakan hal yang membuat Indonesia terpecah adalah karena belum memahami arti Bhineka. Masyarakat Bangsa Indonesia kebanyakan tidak memahami arti Bhineka sehingga banyak dijumpai di Indonesia adanya perpecahan yang diakibatkan oleh diskriminasi agama.
"Dulu saat saya SD saya diajarkan untuk mencintai negara melalui pelajaran PMP kebangsaan, kita diperintahkan untuk menghafal nama nama pahlawan, menghafal lagu lagu kebangsaan,” kata Gus Miftah.
Dia menegaskan, yang mempersatukan itu rasa senasib sepenanggungan, satu idiolegi yang sama yaitu Pancasila. "Sampai saat ini Pancasila mampu menjadi alat pemersatu," tegasnya.
Sedangkan Bambang Soesatyo menyampaikan tantangan bangsa Indonesia ke depannya adalah perbedaan suku, ras dan agama (SARA). “Pandemi COVID-19 yang melanda kita saat ini ada beberapa fase, yaitu fase krisis kesehatan, fase survaive, fase krisis ekonomi, fase krisis sosial dan politik. Pemerintah saat ini sedang bekerja keras, oleh karena itu saya mengajak semua pihak agar bersama-sama dalam menghambat laju COVID-19 ini,” ujarnya.
Baca juga: Halau Arus Pemudik, Polda Bali Tambah Dua Pos Penyekatan
Silaturahmi dihadiri Ketua MPR Bambang Soesatyo, Gus Miftah, Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Danrem 163/Wirasatya Brigjen TNI Husein Sagaf, Ketua FKUB Provinsi Bali, Ketua IMMA/BS, Rektor Universitas se-Bali, seluruh PJU Polda Bali dan perwakilan mahasiswa, termasuk mahasiswa Papua yang tinggal di Bali.
Baca juga: Warga Belanda Ini Masuk Islam Setelah Dengar Ceramah Gus Miftah di Gereja
Kapolda mengatakan, moment kali ini juga bertepatan dengan peringatan ke-113 hari kebangkitan nasional yang bertemakan BANGKIT!. “Secara global selain kita menghadapi permasalahan pandemi COVID-19, terdapat juga permasalahan konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel yang menjadi perhatian dari sejumlah negara. konflik ini sudah berlarut-larut tanpa adanya perdamaian antar kedua negara," katanya.
Menyikapi hal tersebut, sebagai warga negara Indonesia dengan berbagai keberagaman suku, ras, dan agama, maka potensi gesekan di tengah masyarakat harus diantisipasi bersama.
“Mari kita awali dari pulau bali sebagai wajah keberagaman dan kemajemukan Indonesia pada tingkat regional maupun internasional. Kita menjaga Bali yang memiliki julukan The Island of Tolerance, The Island of Gods, The Island of Peace and Love dan The Island of Paradise, dengan tetap menjaga budaya lokal tanpa menutup diri dari budaya lain maupun budaya internasional pada kehidupan sosial masyarakat Bali,” tandasnya.
Sementara, Gus Miftah mengatakan hal yang membuat Indonesia terpecah adalah karena belum memahami arti Bhineka. Masyarakat Bangsa Indonesia kebanyakan tidak memahami arti Bhineka sehingga banyak dijumpai di Indonesia adanya perpecahan yang diakibatkan oleh diskriminasi agama.
"Dulu saat saya SD saya diajarkan untuk mencintai negara melalui pelajaran PMP kebangsaan, kita diperintahkan untuk menghafal nama nama pahlawan, menghafal lagu lagu kebangsaan,” kata Gus Miftah.
Dia menegaskan, yang mempersatukan itu rasa senasib sepenanggungan, satu idiolegi yang sama yaitu Pancasila. "Sampai saat ini Pancasila mampu menjadi alat pemersatu," tegasnya.
Sedangkan Bambang Soesatyo menyampaikan tantangan bangsa Indonesia ke depannya adalah perbedaan suku, ras dan agama (SARA). “Pandemi COVID-19 yang melanda kita saat ini ada beberapa fase, yaitu fase krisis kesehatan, fase survaive, fase krisis ekonomi, fase krisis sosial dan politik. Pemerintah saat ini sedang bekerja keras, oleh karena itu saya mengajak semua pihak agar bersama-sama dalam menghambat laju COVID-19 ini,” ujarnya.
(shf)
tulis komentar anda