Senja Kala Lasmi, Sang Ledek Legendaris Dari Pesisir Utara
Rabu, 21 April 2021 - 09:36 WIB
Tragisnya, sang ledek legendaris tersebut kini harus menghidupi diri sendiri dan orang tuanya dengan jalan mengamen dari rumah ke rumah dan pasar-pasar. Kondisi wajahnya mengalami kerusakan bentuk, setelah era 1990-an dia gagal suntik silicon.
Kegagalan dan redupnya sinar panggung itu, tak membuat Lasmi menyerah. Perempuan yang kini sudah berusia 61 tahun tersebut, tetap semangat mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri dan sang ibu yang sudah renta.
Demkian juga semangatnya untuk terus melestarikan kesenian tradisional yang sudah digelutinya sejak usia 15 tahun. Dia masih menyala, di tengah kerapuhan fisiknya tertelan usia, dan badai budaya asing yang menerpa generasi anak bangsa ini.
Masih sangat kental ingatannya, saat dia bersama ayahnya mengikuti pementasan kesenian tradisional . "Awalnya saya menjadi sinden. Setelah beberapa tahun menekuni sinden, kemudian merambah ke kesenian Tayub," kenangnya.
Saat menekuni seni Tayub, karir Lasmi semakin meroket. Bahkan sang ledek legendaris ini sempat mewakili Grobogan, dan Indonesia dalam ajang festifal seni dan budaya tingkat nasional dan internasional pada era 1980-an.
Kemoncerannya mereduk, saat era 1990-an dia terpengaruh bujuk rayu periasnya untuk mempercantik diri dengan menggunakan suntik silicon. Dengan dana Rp100 ribu kala itu, dia kemudian menjalani suntik silicon.
Bencana itu datang beberapa tahun kemudian, kondisi hidung dan janggut lasmi mulai mengalami perubahan dan kerusakan permanen, hingga ia sempat mengalami depresi dan malu untuk tampil. "Sempat sangat menyesal, namun saya berusaha untuk tetap berkarya," ujarnya.
Baca Juga
Kegagalan dan redupnya sinar panggung itu, tak membuat Lasmi menyerah. Perempuan yang kini sudah berusia 61 tahun tersebut, tetap semangat mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri dan sang ibu yang sudah renta.
Demkian juga semangatnya untuk terus melestarikan kesenian tradisional yang sudah digelutinya sejak usia 15 tahun. Dia masih menyala, di tengah kerapuhan fisiknya tertelan usia, dan badai budaya asing yang menerpa generasi anak bangsa ini.
Masih sangat kental ingatannya, saat dia bersama ayahnya mengikuti pementasan kesenian tradisional . "Awalnya saya menjadi sinden. Setelah beberapa tahun menekuni sinden, kemudian merambah ke kesenian Tayub," kenangnya.
Saat menekuni seni Tayub, karir Lasmi semakin meroket. Bahkan sang ledek legendaris ini sempat mewakili Grobogan, dan Indonesia dalam ajang festifal seni dan budaya tingkat nasional dan internasional pada era 1980-an.
Kemoncerannya mereduk, saat era 1990-an dia terpengaruh bujuk rayu periasnya untuk mempercantik diri dengan menggunakan suntik silicon. Dengan dana Rp100 ribu kala itu, dia kemudian menjalani suntik silicon.
Bencana itu datang beberapa tahun kemudian, kondisi hidung dan janggut lasmi mulai mengalami perubahan dan kerusakan permanen, hingga ia sempat mengalami depresi dan malu untuk tampil. "Sempat sangat menyesal, namun saya berusaha untuk tetap berkarya," ujarnya.
tulis komentar anda