PHRI Sebut Bisnis Hotel di Jawa Timur Berangsur Pulih
Selasa, 13 April 2021 - 16:52 WIB
SURABAYA - Momen ramadhan dan lebaran tahun ini diprediksi akan mendongkrak kinerja okupansi hotel. Pasalnya, pemerintah saat ini sudah melakukan pelonggaran aktivitas masyarakat.
Berbeda dengan tahun lalu dimana pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Kami melihat perkiraan masih adanya pasar perhotelan. Ini juga berdasarkan kebijakan dibukanya tempat-tempat wisata daerah. Namun, pasar terbatas hanya dari dalam provinsi yang kemungkinan masyarakat bisa berwisata di jarak yang dekat,” kata Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim, Sugito Adhi, Selasa (13/4/2021).
Menurutnya, meski pemerintah melarang mudik, namun potensi orang menginap di hotel tetap ada. Mungkin yang di Surabaya berwisata ke Malang, atau Banyuwangi. Dimana masih satu provinsi.
“Rata-rata okupansi hotel di Jatim pada akhir 2020 cukup drop karena aturan larangan bepergian yakni sekitar 10%–25%,” ungkapnya.
Kondisi ini pun turut berdampak pada rate harga hotel yang juga turun. Misalnya untuk hotel bintang 2-3 di Surabaya yang biasanya dijual Rp300.000-Rp400.000 sampai banting harga menjadi Rp150.000.
Baca juga: Halau Pemudik, Polisi Bakal Sekat Perbatasan Kota Surabaya
“Di awal tahun ini perlahan okupansi sudah meningkat sekitar 30%–40%. Bahkan ada yang mencapai 60% bergantung daerah dan kapasitasnya, dan harga menginap perlahan naik seusai pasar,” kata Adhi.
Baca juga: Catat, Ada 500 Beasiswa Pendidikan Bagi Pelajar MBR
Dia menambahkan, pada awal tahun 2021, okupansi hotel cukup baik, terutama untuk segmen MICE. Lalu di akhir pekan banyak orang menginap.
“Meski di awal puasa umumnya okupansi turun menjadi rata-rata 20%. Namun, setidaknya sudah ada beberapa hotel yang melaporkan adanya booking restoran untuk buka bersama. Ini cukup bagus,” terangnya.
Berbeda dengan tahun lalu dimana pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Kami melihat perkiraan masih adanya pasar perhotelan. Ini juga berdasarkan kebijakan dibukanya tempat-tempat wisata daerah. Namun, pasar terbatas hanya dari dalam provinsi yang kemungkinan masyarakat bisa berwisata di jarak yang dekat,” kata Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim, Sugito Adhi, Selasa (13/4/2021).
Menurutnya, meski pemerintah melarang mudik, namun potensi orang menginap di hotel tetap ada. Mungkin yang di Surabaya berwisata ke Malang, atau Banyuwangi. Dimana masih satu provinsi.
“Rata-rata okupansi hotel di Jatim pada akhir 2020 cukup drop karena aturan larangan bepergian yakni sekitar 10%–25%,” ungkapnya.
Kondisi ini pun turut berdampak pada rate harga hotel yang juga turun. Misalnya untuk hotel bintang 2-3 di Surabaya yang biasanya dijual Rp300.000-Rp400.000 sampai banting harga menjadi Rp150.000.
Baca juga: Halau Pemudik, Polisi Bakal Sekat Perbatasan Kota Surabaya
“Di awal tahun ini perlahan okupansi sudah meningkat sekitar 30%–40%. Bahkan ada yang mencapai 60% bergantung daerah dan kapasitasnya, dan harga menginap perlahan naik seusai pasar,” kata Adhi.
Baca juga: Catat, Ada 500 Beasiswa Pendidikan Bagi Pelajar MBR
Dia menambahkan, pada awal tahun 2021, okupansi hotel cukup baik, terutama untuk segmen MICE. Lalu di akhir pekan banyak orang menginap.
“Meski di awal puasa umumnya okupansi turun menjadi rata-rata 20%. Namun, setidaknya sudah ada beberapa hotel yang melaporkan adanya booking restoran untuk buka bersama. Ini cukup bagus,” terangnya.
(boy)
tulis komentar anda