Pangeran Raja Atas Angin, Sebar Islam di Bawah Bayang-bayang Ancaman Belanda
Minggu, 11 April 2021 - 05:02 WIB
Hingga saat ini, memang belum ditemukan catatan tertulis atau pun hasil penelitian yang secara rinci memuat tentang riwayat Islamisasi di daerah tersebut. Pembahasan tentang penyebaran Islam di daerah ini masih berkisar dari mulut ke mulut atau tradisi lisan berupa potongan-potongan kisah yang disampaikan oleh para orang tua atau leluhur maupun tokoh agama atau ulama setempat.
Namun, dari keterangan yang diperoleh, Syekh Maulana Muhamad Syafei memilih menggunakan metode dzikir dalam menyebarkan dan mengajarkan agama Islam di tempat itu. Lama kelamaan, Cijenuk banyak didatangi para santri yang ingin belajar ajaran Islam. Baca juga: Jejak Pejuang Kemerdekaan di Penjara Tanpa Nama
Dalam syiar Islam itu, Syekh Maulana Muhammad Syafei dibantu oleh Eyang Jaga Wadana, Eyang Jaga Raksa, dan Eyang Jaga Wulan. Mereka berjuang tanpa kenal lelah untuk menegakkan dan mengembangkan syiar Islam seperti yang tekah diamanatkan leluhurnya.
Dalam cerita yang berkembang hingga saat ini, semasa hidupnya, Syekh Maulana Muhammad Syafei juga dikenal memiliki banyak karomah. Hal itu pulalah yang membuat masyarakat menjulukinya sebagai Pangeran Raja Atas Angin. Salah satu karomah yang dimiliki, yakni mampu berada di beberapa tempat dalam satu waktu.
Bukti peninggalan tokoh awal penyebar Islam ini berupa makam keramat yang banyak diziarahi, baik oleh penduduk sekitar maupun dari daerah luar. Bahkan, dalam waktu tertentu, terutama pada bulan Rabiul Awal (Mulud), makam keramat ini seringkali diziarahi oleh masyarakat dari berbagai daerah.
Hasil perjuangan Syekh Maulana Muhammad Syafei pun masih terasa hingga saat ini dimana sejumlah wilayah di Bandung Barat, seperti Cihampelas, Cililin, Cipongkor, Sindangkerta, Gununghalu dan Rongga dikenal sebagai Kota Santri dan Pabrik Haji.
Kini makam keramat Syekh Maulana Syafei yang berada di RT 07 RW 07, Desa Cijenuk, Kecamatan Cipongkor menjadi salah satu objek wisata religi di Bandung Barat. Di tempat itu pula dimakamkan dua anak perempuan Syekh Maulana Muhammad Syafei, yakni Nyimas Rangga Wulan dan Nyimas Rangga Wayan. (diolah dari berbagai sumber)
Lihat Juga: Kisah Jenderal Sudirman dan KH Masjkur Hanyutkan Diri ke Sungai Hindari Sergapan Belanda
Namun, dari keterangan yang diperoleh, Syekh Maulana Muhamad Syafei memilih menggunakan metode dzikir dalam menyebarkan dan mengajarkan agama Islam di tempat itu. Lama kelamaan, Cijenuk banyak didatangi para santri yang ingin belajar ajaran Islam. Baca juga: Jejak Pejuang Kemerdekaan di Penjara Tanpa Nama
Dalam syiar Islam itu, Syekh Maulana Muhammad Syafei dibantu oleh Eyang Jaga Wadana, Eyang Jaga Raksa, dan Eyang Jaga Wulan. Mereka berjuang tanpa kenal lelah untuk menegakkan dan mengembangkan syiar Islam seperti yang tekah diamanatkan leluhurnya.
Dalam cerita yang berkembang hingga saat ini, semasa hidupnya, Syekh Maulana Muhammad Syafei juga dikenal memiliki banyak karomah. Hal itu pulalah yang membuat masyarakat menjulukinya sebagai Pangeran Raja Atas Angin. Salah satu karomah yang dimiliki, yakni mampu berada di beberapa tempat dalam satu waktu.
Bukti peninggalan tokoh awal penyebar Islam ini berupa makam keramat yang banyak diziarahi, baik oleh penduduk sekitar maupun dari daerah luar. Bahkan, dalam waktu tertentu, terutama pada bulan Rabiul Awal (Mulud), makam keramat ini seringkali diziarahi oleh masyarakat dari berbagai daerah.
Hasil perjuangan Syekh Maulana Muhammad Syafei pun masih terasa hingga saat ini dimana sejumlah wilayah di Bandung Barat, seperti Cihampelas, Cililin, Cipongkor, Sindangkerta, Gununghalu dan Rongga dikenal sebagai Kota Santri dan Pabrik Haji.
Kini makam keramat Syekh Maulana Syafei yang berada di RT 07 RW 07, Desa Cijenuk, Kecamatan Cipongkor menjadi salah satu objek wisata religi di Bandung Barat. Di tempat itu pula dimakamkan dua anak perempuan Syekh Maulana Muhammad Syafei, yakni Nyimas Rangga Wulan dan Nyimas Rangga Wayan. (diolah dari berbagai sumber)
Lihat Juga: Kisah Jenderal Sudirman dan KH Masjkur Hanyutkan Diri ke Sungai Hindari Sergapan Belanda
(don)
tulis komentar anda