Barisan Pemuda dan Mahasiswa Pilar Demokrasi di Medan Dukung Moeldoko
Minggu, 21 Maret 2021 - 05:57 WIB
Baca juga: Yasonna Tak Mau Gegabah, Teliti Dulu Dokumen Kubu Moeldoko
Fahmi mengatakan, tren politik kekerabatan itu sebagai gejala patrimonial, yang mengutamakan regenerasi politik berdasarkan ikatan genealogis, ketimbang merit system, dalam menimbang prestasi.
"Dulu pewarisan ditunjuk langsung, sekarang lewat jalur politik prosedural. Anak atau keluarga para elite masuk institusi yang disiapkan, yaitu partai politik. Oleh karena itu, patrimonialistik ini terselubung oleh jalur prosedural," katanya.
"Dinasti politik harus dilarang dengan tegas, karena jika makin maraknya praktek ini maka proses rekrutmen dan kaderisasi di partai politik tidak berjalan atau macet," sambungnya
Dengan politik dinasti, kata Ahmad, membuat orang yang tidak kompeten memiliki kekuasaan. Tapi hal sebaliknya pun bisa terjadi, dimana orang yang kompeten menjadi tidak dipakai karena alasan bukan keluarga.
"Pada akhirnya hal ini jelas sangat mencederai proses demokrasi," bebernya.
Fahmi mengajak Pemuda dan mahasiswa di seluruh Indonesia untuk melek berpolitik.
"Kita sebagai pemuda dan mahasiswa harus tegas menolak praktik - praktik dinasti kepemimpinan seperti ini agar kedepan menjamin hadirnya pemimpin - pemimpin berkualitas," ungkapnya.
Untuk itu, Ahmad yang akrab dengan panggilan AFSB menginisiasi sebuah gerakan pemuda yang bernama "Barisan Mahasiswa dan Pemuda Pilar Demokrasi"
Lihat Juga :
tulis komentar anda