Daya Beli Anjlok Akibat Pandemi, Pelaku UMKM Jabar Kehilangan Pendapatan 80 Persen
Sabtu, 20 Februari 2021 - 19:34 WIB
BANDUNG - Pandemi COVID-19 yang melanda dunia hampir setahun terakhir telah meluluhlantakkan sektor riil menyusul daya beli masyarakat yang anjlok.
Kondisi tersebut juga sangat terasa di Provinsi Jawa Barat. Dampak pandemi dirasakan langsung oleh para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) . Meski masih ada yang bertahan, namun tidak sedikit yang menyerah dan bangkrut.
"Penurunan daya beli berdampak signifikan terhadap para pelaku UMKM . Pendapatan mereka turun drastis hingga 80 persen dalam situasi pandemi ini," ungkap Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Jabar, Kusmana Hartadji, Sabtu (20/2/2021).
Menurut Kusmana, UMKM di Jabar mencapai 4,6 juta unit usaha. Dari jumlah tersebut, 98% merupakan usaha mikro dan kecil yang tidak mampu lagi membeli bahan baku untuk produksi, termasuk mengakses permodalan. "Ada yang bertahan, ada juga yang sama sekali menghentikan usaha," ungkapnya.
Dia menekankan, upaya dan strategi harus dilakukan untuk menyelamatkan dan memulihkan UMKM , di antaranya mempermudah UMKM mendapatkan bahan baku. "Selain itu, membentuk BLUD (Badan Layanan Umum Daerah), fasilitasi pembiayaan dan pemasaran, hingga program padat karya," katanya
Ketua Harian Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan Ekonomi dan Transformasi Ekonomi Daerah Jabar Ipong Witono mengakui, peningkatan daya beli masyarakat amat krusial untuk membangkitkan UMKM di tengah pandemi COVID-19.
"Pemerintah Provinsi Jabar sudah berupaya meningkatkan daya beli dengan menyalurkan bansos, baik kepada masyarakat umum, pekerja, maupun pelaku usaha mikro," sebut Ipong.
Tidak hanya itu, ada pula upaya pembuatan marketplace khusus untuk pelaku UMKM dan pelaku ekonomi kreatif (ekraf) di Jabar. "Sasaran market dalam aplikasi bernama borongdong itu adalah ASN (aparatur sipil negara) di Jabar," kata Ipong.
Kondisi tersebut juga sangat terasa di Provinsi Jawa Barat. Dampak pandemi dirasakan langsung oleh para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) . Meski masih ada yang bertahan, namun tidak sedikit yang menyerah dan bangkrut.
Baca Juga
"Penurunan daya beli berdampak signifikan terhadap para pelaku UMKM . Pendapatan mereka turun drastis hingga 80 persen dalam situasi pandemi ini," ungkap Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Jabar, Kusmana Hartadji, Sabtu (20/2/2021).
Baca Juga
Menurut Kusmana, UMKM di Jabar mencapai 4,6 juta unit usaha. Dari jumlah tersebut, 98% merupakan usaha mikro dan kecil yang tidak mampu lagi membeli bahan baku untuk produksi, termasuk mengakses permodalan. "Ada yang bertahan, ada juga yang sama sekali menghentikan usaha," ungkapnya.
Dia menekankan, upaya dan strategi harus dilakukan untuk menyelamatkan dan memulihkan UMKM , di antaranya mempermudah UMKM mendapatkan bahan baku. "Selain itu, membentuk BLUD (Badan Layanan Umum Daerah), fasilitasi pembiayaan dan pemasaran, hingga program padat karya," katanya
Ketua Harian Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan Ekonomi dan Transformasi Ekonomi Daerah Jabar Ipong Witono mengakui, peningkatan daya beli masyarakat amat krusial untuk membangkitkan UMKM di tengah pandemi COVID-19.
"Pemerintah Provinsi Jabar sudah berupaya meningkatkan daya beli dengan menyalurkan bansos, baik kepada masyarakat umum, pekerja, maupun pelaku usaha mikro," sebut Ipong.
Tidak hanya itu, ada pula upaya pembuatan marketplace khusus untuk pelaku UMKM dan pelaku ekonomi kreatif (ekraf) di Jabar. "Sasaran market dalam aplikasi bernama borongdong itu adalah ASN (aparatur sipil negara) di Jabar," kata Ipong.
(shf)
tulis komentar anda