Daeran alias Mat Depok, Pejuang Sekaligus Jawara tanpa Golok
Minggu, 17 Mei 2020 - 05:00 WIB
Ada juga pandangan lain yang menyatakan bahwa tulisan tato di dada Daeran itu adalah “Amat Potolan Depok,”. “Potolan itu jawara. Kalau Amat Depok itu orang Depok," kata Misar, 84 tahun, anak dari istri kedua Mat Depok, seperti dikutip dari Depok Tempo Doeloe.
Mat Depok memang dilahirkan di Depok tahun 1910 dan meninggal pada tahun 1994, atau pada usia 84 tahun. Jika melihat tempat kelahiran dan makamnya yang ada di Depok, sejatinya Mat Depok adalah orang “Depok asli”. Beda dengan Margonda yang tempat kelahirannya di Bogor.
Julukan “potolan” atau jawara yang disematkan pada Mat Depok itulah, bisa jadi, yang membuat dirinya “berbeda” dengan para pahlawan tadi. Mat Depok bukan seorang pejuang “lempang” yang melulu mengangkat senjata.
Dia punya cara “tersendiri” untuk melawan para penjajah. Salah satunya adalah merampok orang-orang Belanda untuk mengambil barang atau benda-benda yang dimiliki mereka.
Ada pandangan bahwa merampok benda atau barang milik penjajah juga merupakan bentuk perjuangan karena menunjukkan sikap perlawanan. Intinya, membuat para penjajah mengalami kesusahan, kerugian, bahkan kemarahan, meski cuma secara materiil dan skalanya kecil. Sama, perjuangan lewat senjata pun membuat pihak Belanda mengalami itu semua, tentu saja dalam skala yang lebih besar.
Aksi heroik pertama yang dilakukan oleh Mat Depok adalah merampok gudang logistik milik Belanda. Buntutnya, Mat Depok ditangkap dan dibuang ke Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, Jakarta.
Pernah mencicipi kehidupan di bui tidak membuat sosok yang satu ini melempem, ia justru makin dikenal dan bikin lawannya geged (gemetar). Mat Depok kemudian “merampok” hati simpanan orang Belanda, Nyai Emah. Polahnya itu membuat dia menjadi buruan tentara Belanda. Mat Depok pun kabur ke Tanah Baru, Depok.
Perjuangan melawan Belanda dengan cara yang “nyeleneh” atau “mbandel” itu membuat Mat Depok dijuluki sebagai Si Pitung dari Depok. Ya Si Pitung, kisah pahlawan legendaris dari Betawi yang tingkahnya seperti Robin Hood. Mencuri dari orang-orang Belanda untuk dibagikan kepada kaum jelata.
Selain dengan cara “nyeleneh”, Mat Depok juga berjuang dengan cara bertempur layaknya para pahlawan nasional dengan mengangkat bedil. Pada masa perang mempertahankan kemerdekaan, Mat Depok ikut berjuang di garda terdepan.
Mat Depok memang dilahirkan di Depok tahun 1910 dan meninggal pada tahun 1994, atau pada usia 84 tahun. Jika melihat tempat kelahiran dan makamnya yang ada di Depok, sejatinya Mat Depok adalah orang “Depok asli”. Beda dengan Margonda yang tempat kelahirannya di Bogor.
Julukan “potolan” atau jawara yang disematkan pada Mat Depok itulah, bisa jadi, yang membuat dirinya “berbeda” dengan para pahlawan tadi. Mat Depok bukan seorang pejuang “lempang” yang melulu mengangkat senjata.
Dia punya cara “tersendiri” untuk melawan para penjajah. Salah satunya adalah merampok orang-orang Belanda untuk mengambil barang atau benda-benda yang dimiliki mereka.
Ada pandangan bahwa merampok benda atau barang milik penjajah juga merupakan bentuk perjuangan karena menunjukkan sikap perlawanan. Intinya, membuat para penjajah mengalami kesusahan, kerugian, bahkan kemarahan, meski cuma secara materiil dan skalanya kecil. Sama, perjuangan lewat senjata pun membuat pihak Belanda mengalami itu semua, tentu saja dalam skala yang lebih besar.
Aksi heroik pertama yang dilakukan oleh Mat Depok adalah merampok gudang logistik milik Belanda. Buntutnya, Mat Depok ditangkap dan dibuang ke Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, Jakarta.
Pernah mencicipi kehidupan di bui tidak membuat sosok yang satu ini melempem, ia justru makin dikenal dan bikin lawannya geged (gemetar). Mat Depok kemudian “merampok” hati simpanan orang Belanda, Nyai Emah. Polahnya itu membuat dia menjadi buruan tentara Belanda. Mat Depok pun kabur ke Tanah Baru, Depok.
Perjuangan melawan Belanda dengan cara yang “nyeleneh” atau “mbandel” itu membuat Mat Depok dijuluki sebagai Si Pitung dari Depok. Ya Si Pitung, kisah pahlawan legendaris dari Betawi yang tingkahnya seperti Robin Hood. Mencuri dari orang-orang Belanda untuk dibagikan kepada kaum jelata.
Selain dengan cara “nyeleneh”, Mat Depok juga berjuang dengan cara bertempur layaknya para pahlawan nasional dengan mengangkat bedil. Pada masa perang mempertahankan kemerdekaan, Mat Depok ikut berjuang di garda terdepan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda