Hasil Rapid Test Antigen Relawan Reaktif, Pengungsian Merapi Diperketat
Sabtu, 30 Januari 2021 - 06:05 WIB
SLEMAN - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, memperketat pengawasan di barak pengungsian Purwobinangun, Pakem, Kabupaten Sleman. Terutama kepada pengunjung yang datang ke barak.
Langkah tersebut diambil untuk mencegah penyebaran dan klaster baru COVID-19 di barak pengungsian, setelah ada satu relawan yang hasil rapid test antigennya reaktif.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman, Joko Supriyanto mengatakan, setelah mengetahui hasilnya, sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 , maka relawan langsung diswab PCR dan selama menunggu hasilnya harus isolasi selama 14 hari. "Dari laporan hasil swab PCR negatif , tapi saya belum tahu keterangan medisnya secara langsung," kata Joko.
Joko menjelaskan, relawan yang hasil rapid test antigen positif tersebut, belum sempat melakukan tugasnya, sehingga belum berinteraksi dengan para pengungsi. Untuk itu, karena tugas mereka akan bersingungan dengan pengungsi, maka akan melakukan rapid test antigen secara berkala. Sehingga semua yang bertugas di pengungsian dalam kondisi sehat dan tidak terpapar COVID-19
"Selain itu, untuk pengunjung dari luar yang akan ke barak pengungsian , juga akan dibatasi. Mereka tidak diperkenankan menemui pengungsi secara langsung dan ketika hendak memberikan bantuan diharuskan melalui petugas," paparnya.
Pengungsi di barak Purwobinanung, jumlahnya fluktuatif. Tercatat pada Jumat (29/1/2021) pagi, ada 160 orang, dan siangnya berkurang menjadi 140 orang. Berkurangnya pengungsi ini, karena yang bukan kelompok rentan pulang ke rumah sedangkan untuk pengungsi rentan jumlahnya tetap. "Untuk kelompok yang bukan rentan ini sebenarnya pulang tidak apa-apa, sebab yang harus mengungsi adalah kelompok rentan," jelasnya.
Menurut Joko biasanya yang bukan kelompok rentan mengungsi , karena keluarganya yang masuk kelompok rentan hanya sendiri, sehingga mereka harus mendampingi dan menemai keluarganya tersebut. Sehingga ini yang menyebabkan jumlah pengungsi di barak flukuatif.
Langkah tersebut diambil untuk mencegah penyebaran dan klaster baru COVID-19 di barak pengungsian, setelah ada satu relawan yang hasil rapid test antigennya reaktif.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman, Joko Supriyanto mengatakan, setelah mengetahui hasilnya, sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 , maka relawan langsung diswab PCR dan selama menunggu hasilnya harus isolasi selama 14 hari. "Dari laporan hasil swab PCR negatif , tapi saya belum tahu keterangan medisnya secara langsung," kata Joko.
Joko menjelaskan, relawan yang hasil rapid test antigen positif tersebut, belum sempat melakukan tugasnya, sehingga belum berinteraksi dengan para pengungsi. Untuk itu, karena tugas mereka akan bersingungan dengan pengungsi, maka akan melakukan rapid test antigen secara berkala. Sehingga semua yang bertugas di pengungsian dalam kondisi sehat dan tidak terpapar COVID-19
"Selain itu, untuk pengunjung dari luar yang akan ke barak pengungsian , juga akan dibatasi. Mereka tidak diperkenankan menemui pengungsi secara langsung dan ketika hendak memberikan bantuan diharuskan melalui petugas," paparnya.
Pengungsi di barak Purwobinanung, jumlahnya fluktuatif. Tercatat pada Jumat (29/1/2021) pagi, ada 160 orang, dan siangnya berkurang menjadi 140 orang. Berkurangnya pengungsi ini, karena yang bukan kelompok rentan pulang ke rumah sedangkan untuk pengungsi rentan jumlahnya tetap. "Untuk kelompok yang bukan rentan ini sebenarnya pulang tidak apa-apa, sebab yang harus mengungsi adalah kelompok rentan," jelasnya.
Menurut Joko biasanya yang bukan kelompok rentan mengungsi , karena keluarganya yang masuk kelompok rentan hanya sendiri, sehingga mereka harus mendampingi dan menemai keluarganya tersebut. Sehingga ini yang menyebabkan jumlah pengungsi di barak flukuatif.
(eyt)
tulis komentar anda