Kisah Kesaktian Kiai Nawawi, Suwuk Kebal hingga Kerikil Granat

Minggu, 27 Desember 2020 - 05:00 WIB
Makam Kiai Nawawi di TPU Mangunrejo di Dusun Losari, Desa Sidoharjo, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto. Foto/SINDOnews/Tritus Julan
Peran KH Nawawi dalam perang mempertahankan kemerdekaan tak bisa diragukan lagi. Tak hanya dari balik meja, pejuang kemerdekaan kelahiran tahun 1886 itu juga turun ke medan pertempuran dan memimpin pasukan mengusir pasukan sekutu. Tak berlebihan, jika gelar syuhada kemerdekaan disematkan padanya.

Kiai Nawawi lahir dari keluarga sederhana di Dusun Lespadangan, Desa Terusan, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto . Sang ayah, Munadi dikenal sebagai tukang kayu. Sementara sang ibu, Siti Khalimah, merupakan ibu rumah tangga biasa yang taat pada agama. Tak heran, jika Nawawi kecil selalu diajarkan taat kepada ulama.

(Baca juga: Sultan Nuku, Keberanian dan Kekuatan Batin Mengusir Penjajah dari Tidore)

Meski dari keluarga sederhana, namun kiai yang memiliki nama lengkap Muhammad Nawawi ini sempat mengenyam pendidikan di Hollandsch Inlandsche School Partikelir (HISP). Lembaga pendidikan setara sekolah dasar di zaman penjajahan Belanda. Selanjutnya, Kiai Nawawi diantarkan sang ayah mondok di Pondok Pesantren Tebuireng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.



(Baca juga: Menelusuri Kisah Raja Nong Isa, Penguasa Pertama Pulau Batam)

Belasan tahun menempa ilmu dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, Nawawi muda lantas mengasah ilmu ke sejumlah kiai termasyhur di Jawa Timur. Diantaranya Kiai Sholeh di Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Kiai Zainuddin di Kabupaten Nganjuk, Kiai Khosin di Siwalan Panji, Kabupaten Sidoarjo, bahkan Kiai Kholil di Kademangan, Kabupaten Bangkalan.

"Beliau mondok sekitar 15 tahun. Selama menjadi santri, Kiai Nawawi dikenal paling rajin mengikuti pelajaran," tulis pemerhati sejarah Mojokerto, Abdullah Masrur dalam bukunya, 'Titik Akhir di Sumantoro-Jejak Langkah Perjuangan KH Nawawi', terbitan Maret 2012.

Pada tahun 1928, Kiai Nawawi dan teman-temannya mendirikan cabang Jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU) Mojokerto. Hanya berselang dua tahun pasca NU resmi didirikan Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, pada 31 Januari 1926. Ketika itu, Kiai Nawawi menjabat pengurus Syuriah. Kiai Nawawi juga rutin turun ke musala-musala untuk melakukan dakwah.

"Selain menyebarkan ajaran Islam, Kiai Nawawi juga mengajak masyarakat melawan penjajah. Mulai sejak penjajahan belanda hingga saat Jepang datang ke Indonesia, tahun 1943. Ajaran beliau cinta tanah air dan bangsa adalah bagian dari iman," tulis Masrur.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content