ACT Jateng Fokus Bantu Keluarga Korban PHK Akibat Corona
Rabu, 13 Mei 2020 - 23:35 WIB
SEMARANG - Pandemi COVID-19 yang masih berkepanjangan hingga kini menyebabkan kemerosotan perekonomian bagi masyarakat. Di antara yang paling merasakan dampaknya adalah para buruh pabrik yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara massal.
Mengutip pernyataan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, ada sekitar 50.000 pekerja di Jawa Tengah mengalami PHK pada awal Mei 2020. Merespons hal tersebut lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jateng menggalakan program #BantuSaudaraTerPHK yang mulai disahkan pada Selasa (12/5/2020).
"Hingga hari ini tim ACT sudah mendapati keluhan dari masyarakat yang ter-PHK lebih dari 500 nama di area Semarang. InsyaAllah dalam waktu dekat kita akan datangi satu per satu dan memberikan bantuan, terutama bagi mereka yang mengalami emergency kebutuhan dasar pokok, seperti beras atau sembako untuk makan sehari-hari," kata Kepala Cabang ACT Jateng Giyanto dalam siaran pers, Rabu (13/5/2020) sore.
ACT yang telah 15 tahun terjun menangani berbagai bencana kemanusiaan mengakui bagaimana dampak pandemi ini sangat besar dampaknya bagi dunia. Menurut Giyanto, dalam menghadapi pandemi harus ditangani secara berimbang karena masa emergency dan recovery dapat terjadi bersamaan.
"Kita belum tahu kapan wabah ini akan berakhir, yang jelas kita semua harus menyiapkan napas panjang untuk bahu-membahu mengatasi masalahnya baik dari sisi medis, sosial hingga perekonomian yang sudah sangat terasa dampaknya," ujarnya.
Sementara, tim ACT tengah mempersiapkan 1.000 paket bantuan kepada keluarga yang mengalami PHK di Jawa Tengah. Bantuannya pun beragam, mulai dari beras wakaf, sembako, hingga bekal pemberdayaan masyarakat.
"Mengapa kita berfokus kepada keluarga yang ter-PHK? Satu hal yang paling jelas mereka adalah masyarakat yang masih sangat produktif. Oleh sebab itu stimulus bantuan modal usaha dan juga pelatihan skill akan kita kembangkan supaya masyarakat yang ter-PHK dapat terberdayakan di situasi susah mencari pekerjaan ini," kata Giyanto.
Sementara itu, Psikolog Undip Darosy Endah mengajak para pekerja korban PHK untuk tetap menjaga kehormatan keluarga dan selalu optimis menghadapi pandemi. "Keluarga adalah zona terkecil dalam kehidupan sosial, saya imbau untuk para orang tua untuk menjaga pola stress karena pengaruhnya akan sangat besar bagi psikologis anak-anak," ujar Darosy.
"Mari ciptakan suasana dalam rumah untuk perbanyak ibadah, yakin setiap musibah pasti ada hikmah. Mari kita bangun kekokohan mental, sehingga tidak ada lagi kasus pencurian, perampokan hingga penjarahan dengan motif sulitnya mencukupi kebutuhan pokok akibat pendemi ini," katanya.
Mengutip pernyataan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, ada sekitar 50.000 pekerja di Jawa Tengah mengalami PHK pada awal Mei 2020. Merespons hal tersebut lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jateng menggalakan program #BantuSaudaraTerPHK yang mulai disahkan pada Selasa (12/5/2020).
"Hingga hari ini tim ACT sudah mendapati keluhan dari masyarakat yang ter-PHK lebih dari 500 nama di area Semarang. InsyaAllah dalam waktu dekat kita akan datangi satu per satu dan memberikan bantuan, terutama bagi mereka yang mengalami emergency kebutuhan dasar pokok, seperti beras atau sembako untuk makan sehari-hari," kata Kepala Cabang ACT Jateng Giyanto dalam siaran pers, Rabu (13/5/2020) sore.
ACT yang telah 15 tahun terjun menangani berbagai bencana kemanusiaan mengakui bagaimana dampak pandemi ini sangat besar dampaknya bagi dunia. Menurut Giyanto, dalam menghadapi pandemi harus ditangani secara berimbang karena masa emergency dan recovery dapat terjadi bersamaan.
"Kita belum tahu kapan wabah ini akan berakhir, yang jelas kita semua harus menyiapkan napas panjang untuk bahu-membahu mengatasi masalahnya baik dari sisi medis, sosial hingga perekonomian yang sudah sangat terasa dampaknya," ujarnya.
Sementara, tim ACT tengah mempersiapkan 1.000 paket bantuan kepada keluarga yang mengalami PHK di Jawa Tengah. Bantuannya pun beragam, mulai dari beras wakaf, sembako, hingga bekal pemberdayaan masyarakat.
"Mengapa kita berfokus kepada keluarga yang ter-PHK? Satu hal yang paling jelas mereka adalah masyarakat yang masih sangat produktif. Oleh sebab itu stimulus bantuan modal usaha dan juga pelatihan skill akan kita kembangkan supaya masyarakat yang ter-PHK dapat terberdayakan di situasi susah mencari pekerjaan ini," kata Giyanto.
Sementara itu, Psikolog Undip Darosy Endah mengajak para pekerja korban PHK untuk tetap menjaga kehormatan keluarga dan selalu optimis menghadapi pandemi. "Keluarga adalah zona terkecil dalam kehidupan sosial, saya imbau untuk para orang tua untuk menjaga pola stress karena pengaruhnya akan sangat besar bagi psikologis anak-anak," ujar Darosy.
"Mari ciptakan suasana dalam rumah untuk perbanyak ibadah, yakin setiap musibah pasti ada hikmah. Mari kita bangun kekokohan mental, sehingga tidak ada lagi kasus pencurian, perampokan hingga penjarahan dengan motif sulitnya mencukupi kebutuhan pokok akibat pendemi ini," katanya.
(abd)
tulis komentar anda