Pilbup Bandung, LSI Beberkan Kekuatan Tiga Paslon Jelang Hari Pencoblosan
Sabtu, 05 Desember 2020 - 15:26 WIB
Menurut Toto, berdasarkan pengalaman pihaknya yang telah melakukan ratusan kali survei, posisi elektabilitas dengan selisih di atas 15 persen dalam H-7 jelang pencoblosan biasanya tidak pernah mengubah posisi urutan pemenang.
Adapun dinamika yang mungkin terjadi, kata Toto, yakni selisih perolehan suara yang lebih mendekati urutan di atasnya. Misalnya, Nia-Usman yang naik dengan elektabilitas di atas 30 persen. Meski begitu, kenaikan tersebut tak akan mampu menyalip karena elektabilitas paslon di urutan teratasnya terlampau besar.
"Hanya tsunami politik dan money politic yang biasanya mengubah drastis posisi elektabilitas seperti itu, tapi tidak mudah bagi dua kompetitor Dadang-Syahrul untuk membuat isu besar seperti itu," katanya.
Toto menjelaskan, seperti rumus yang berlaku pada tsunami politik, yakni seberapa besar mayoritas publik tahu dan seberapa mayoritas publik percaya, money politics pun tak akan banyak memberi efek signifikan jika tidak dilakukan secara masif.
"Bahkan, alih-alih ingin mendongkrak suara, yang terjadi malah didiskualifikasi. Dengan kata lain, sebaiknya semua kandidat berpikir ulang untuk melakukan praktik money politics. Sebab, selain akan merusak tatanan demokrasi, juga berpotensi pidana serta paslonnya bisa terkena diskualifikasi," tegasnya.
Lebih lanjut Toto mengatakan, berdasarkan temuan data terbaru LSI Network Denny JA, beberapa faktor penting yang membuat elektabilitas Dadang-Syahrul konsisten di posisi teratas dikarenakan paslon yang mengusung jargon Bedas itu memiliki dukungan yang relatif merata.
"Dukungan terhadap Dadang-Syahrul relatif merata di semua segmen demografis baik gender, suku, agama, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, usia, profesi, pemilih partai, pemilih ormas dan bahkan dukungan setiap zona dapil," bebernya.
Selain itu, dalam simulasi personal, elektabilitas Dadang Supriatna juga relatif aman di posisi 40 persenan. Bedanya, pasangan Bedas ini mendapat suntikan elektabilitas yang cukup besar dari calon wakilnya yang juga aktor terkenal, Syahrul Gunawan mencapai 48,9 persen. Adapun Usman Sayogi hanya 16,3 persen dan Atep Rizal 20,0 persen.
"Kenaikan elektabilitas pasangan Bedas juga terjadi pada pemilih yang berkategori strong supporter, dari sebelumnya 24,5 persen menjadi 29,5 persen. Ini artinya, pasangan Bedas sudah punya bekal suara militan 29,5 persen yang tak akan berubah sampai hari H pencoblosan. Bandingkan dengan modal suara militan pasangan Kurnia-Usman yang hanya 19,6 persen dan Yena-Atep hanya 8,5 persen," katanya.
Adapun dinamika yang mungkin terjadi, kata Toto, yakni selisih perolehan suara yang lebih mendekati urutan di atasnya. Misalnya, Nia-Usman yang naik dengan elektabilitas di atas 30 persen. Meski begitu, kenaikan tersebut tak akan mampu menyalip karena elektabilitas paslon di urutan teratasnya terlampau besar.
"Hanya tsunami politik dan money politic yang biasanya mengubah drastis posisi elektabilitas seperti itu, tapi tidak mudah bagi dua kompetitor Dadang-Syahrul untuk membuat isu besar seperti itu," katanya.
Toto menjelaskan, seperti rumus yang berlaku pada tsunami politik, yakni seberapa besar mayoritas publik tahu dan seberapa mayoritas publik percaya, money politics pun tak akan banyak memberi efek signifikan jika tidak dilakukan secara masif.
"Bahkan, alih-alih ingin mendongkrak suara, yang terjadi malah didiskualifikasi. Dengan kata lain, sebaiknya semua kandidat berpikir ulang untuk melakukan praktik money politics. Sebab, selain akan merusak tatanan demokrasi, juga berpotensi pidana serta paslonnya bisa terkena diskualifikasi," tegasnya.
Lebih lanjut Toto mengatakan, berdasarkan temuan data terbaru LSI Network Denny JA, beberapa faktor penting yang membuat elektabilitas Dadang-Syahrul konsisten di posisi teratas dikarenakan paslon yang mengusung jargon Bedas itu memiliki dukungan yang relatif merata.
"Dukungan terhadap Dadang-Syahrul relatif merata di semua segmen demografis baik gender, suku, agama, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, usia, profesi, pemilih partai, pemilih ormas dan bahkan dukungan setiap zona dapil," bebernya.
Selain itu, dalam simulasi personal, elektabilitas Dadang Supriatna juga relatif aman di posisi 40 persenan. Bedanya, pasangan Bedas ini mendapat suntikan elektabilitas yang cukup besar dari calon wakilnya yang juga aktor terkenal, Syahrul Gunawan mencapai 48,9 persen. Adapun Usman Sayogi hanya 16,3 persen dan Atep Rizal 20,0 persen.
"Kenaikan elektabilitas pasangan Bedas juga terjadi pada pemilih yang berkategori strong supporter, dari sebelumnya 24,5 persen menjadi 29,5 persen. Ini artinya, pasangan Bedas sudah punya bekal suara militan 29,5 persen yang tak akan berubah sampai hari H pencoblosan. Bandingkan dengan modal suara militan pasangan Kurnia-Usman yang hanya 19,6 persen dan Yena-Atep hanya 8,5 persen," katanya.
(msd)
tulis komentar anda