Wabah COVID-19, Ini Risiko Utama Pertumbuhan Ekonomi Jateng
Selasa, 12 Mei 2020 - 13:17 WIB
SEMARANG - Penyebaran wabah COVID-19 berdampak pada perekonomian nasional dan Jawa Tengah sehingga telah menyebabkan kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi di Jawa Tengah tidak sebaik triwulan sebelumnya
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Mei 2020, perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I 2020 tumbuh 2,60% (yoy), atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 5,34% (yoy). Seluruh komponen konsumsi masyarakat mengalami penurunan mulai dari makanan, sandang, transportasi, hingga peralatan rumah tangga.
Sementara, Hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia berupa Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) pada triwulan I 2020 tercatat sebesar 118,65, menurun dibanding triwulan IV 2019 sebesar 122,40.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Soekowardojo, hal itu mencerminkan optimisme konsumen telah mengalami penurunan. Investor pun terpaksa menunda sejumlah rencana investasinya. Penanaman modal baik dari asing maupun dalam negeri mengalami penurunan.
“Di sisi lain, konsumsi pemerintah mengalami peningkatan yang didorong kenaikan belanja pegawai dan belanja sosial yang dilakukan dalam upaya menahan dampak sosial ekonomi lebih lanjut,” kata Soekowardojo dalam siaran pers, Selasa (12/5/2020) siang.
Ia menyebutkan, secara total ekspor luar negeri juga meningkat ditopang dari sektor migas yang berasal dari hilirisasi migas di Cilacap. Namun, ekspor luar negeri nonmigas yang jadi andalan Jawa Tengah mengalami penurunan dengan tumbuh -0,70% (yoy).
“Sejumlah komoditas ekspor yang menurun antara lain barang rajutan, kayu dan barang dari kayu, serat, dan mesin-mesin/ peralatan listrik,” sebutnya.
Soekowardojo menjelaskan, berdasarkan lapangan usaha utama, perlambatan pada triwulan I 2020 terjadi pada industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian.
Sementara, penurunan kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT), kayu olahan, dan alas kaki terjadi akibat penurunan permintaan domestik maupun luar negeri.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Mei 2020, perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I 2020 tumbuh 2,60% (yoy), atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 5,34% (yoy). Seluruh komponen konsumsi masyarakat mengalami penurunan mulai dari makanan, sandang, transportasi, hingga peralatan rumah tangga.
Sementara, Hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia berupa Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) pada triwulan I 2020 tercatat sebesar 118,65, menurun dibanding triwulan IV 2019 sebesar 122,40.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Soekowardojo, hal itu mencerminkan optimisme konsumen telah mengalami penurunan. Investor pun terpaksa menunda sejumlah rencana investasinya. Penanaman modal baik dari asing maupun dalam negeri mengalami penurunan.
“Di sisi lain, konsumsi pemerintah mengalami peningkatan yang didorong kenaikan belanja pegawai dan belanja sosial yang dilakukan dalam upaya menahan dampak sosial ekonomi lebih lanjut,” kata Soekowardojo dalam siaran pers, Selasa (12/5/2020) siang.
Ia menyebutkan, secara total ekspor luar negeri juga meningkat ditopang dari sektor migas yang berasal dari hilirisasi migas di Cilacap. Namun, ekspor luar negeri nonmigas yang jadi andalan Jawa Tengah mengalami penurunan dengan tumbuh -0,70% (yoy).
“Sejumlah komoditas ekspor yang menurun antara lain barang rajutan, kayu dan barang dari kayu, serat, dan mesin-mesin/ peralatan listrik,” sebutnya.
Soekowardojo menjelaskan, berdasarkan lapangan usaha utama, perlambatan pada triwulan I 2020 terjadi pada industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian.
Sementara, penurunan kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT), kayu olahan, dan alas kaki terjadi akibat penurunan permintaan domestik maupun luar negeri.
tulis komentar anda