Satu Dekade Gojek, Ini Kata Pengamat dari Unair
Senin, 16 November 2020 - 06:45 WIB
SURABAYA - Gojek telah memasuki usia 10 tahun. Di usianya satu dekade ini, pengamat Ekonomi dari Universitas Airlangga, Rumayya Batubara menyebut Gojek akan terus maju dan berkembang. Dengan strategi dan inovasinya Gojek telah berhasil mempertahankankan bisnisnya di masa pandemi COVID-19.
"Salah satu layanan barunya Paylater secara implisit merupakan fintech, dimana orang bisa menikmati layanan sekarang dan membayarnya nanti. Sebagai aplikasi penyedia berbagai layanan (omni channel) yang inovatif saya optimis Gojek akan bertahan dan terus maju di industri ini," ujar Rumayya. (Baca juga: Kapal Kargo Bermuatan Kontainer Terbalik di Terminal Teluk Lamong )
Menurut Rumayya, industri di mana Gojek berada merupakan industri yang sangat kompetitif, karena meski saat ini hanya ada satu pesaing berat yaitu Grab, pesaing ini memaksa Gojek untuk terus berinovasi jangan sampai market share-nya dimakan oleh pesaing. Bahkan kalau bisa Gojek mengambil market share pesaingnya.
"Di usianya yang memasuki satu dekade Gojek sudah cukup mapan. Sangat sulit bagi kompetitor untuk mengejar Gojek," tandasnya.
Dengan kondisi fundamental bisnis Gojek yang semakin kuat, lanjut Rumayya, memungkinkan bagi Gojek untuk menarik investor dan mengembangkan bisnisnya ke bidang yang belum dijangkau kompetitor.
"Investor startup tidak mengejar profit tapi nilai valuasi perusahaan. Selama Gojek dapat menunjukkan sinyal sebagai bisnis yang prospektif, maka investor akan tetap tertarik. Indikasi bisnis ini terus tumbuh adalah pangsa pasar yang terus meluas," kata dia.(Baca juga: Polda Jatim Masih Selidiki Penyebab Kebakaran di Ruang RTMC )
Seperti diketahui, pada perayaan ulang tahun ke-10 yang digelar Kamis (12/11), Gojek mengumumkan fundamental perusahaan di tahun 2020 yang semakin kuat didukung oleh total nilai transaksi di dalam platform Gojek group ( Gross transaction value - GTV) yang mencapai US$12 miliar (sekitar Rp170 triliun) atau meningkat 10% dibandingkan tahun lalu.
Pencapaian ini didorong antara lain oleh transaksi dari pengguna aktif bulanan (monthly active users) Gojek yang telah mencapai 38 juta pengguna di seluruh Asia Tenggara. Sementara itu, GTV dari layanan pembayaran digital, GoPay, saat ini telah melampaui total GTV di masa pra-pandemi seiring dengan semakin banyaknya konsumen dan merchant yang beralih ke layanan digital dan bertransaksi secara online.
Di posisinya yang sudah cukup kuat seperti saat ini, Rumayya berharap Gojek menghindari strategi head to head dengan pesaing. "Gojek dapat mencari market dimana Grab tidak bermain di sana. Sebab akan menimbulkan perang tarif yang menjadikan persaingan tidak sehat. Meskipun dalam kompetisi harga seperti ini konsumen merasa lebih diuntungkan," katanya.
"Ke depan Gojek dapat mengembangkan layanan baru di mana Grab belum masuk, misalnya green consumer yang lebih aware terhadap masalah lingkungan. Gojek bisa melakukan inovasi-inovasi yang mendukung green consumer," ujarnya.
"Salah satu layanan barunya Paylater secara implisit merupakan fintech, dimana orang bisa menikmati layanan sekarang dan membayarnya nanti. Sebagai aplikasi penyedia berbagai layanan (omni channel) yang inovatif saya optimis Gojek akan bertahan dan terus maju di industri ini," ujar Rumayya. (Baca juga: Kapal Kargo Bermuatan Kontainer Terbalik di Terminal Teluk Lamong )
Menurut Rumayya, industri di mana Gojek berada merupakan industri yang sangat kompetitif, karena meski saat ini hanya ada satu pesaing berat yaitu Grab, pesaing ini memaksa Gojek untuk terus berinovasi jangan sampai market share-nya dimakan oleh pesaing. Bahkan kalau bisa Gojek mengambil market share pesaingnya.
"Di usianya yang memasuki satu dekade Gojek sudah cukup mapan. Sangat sulit bagi kompetitor untuk mengejar Gojek," tandasnya.
Dengan kondisi fundamental bisnis Gojek yang semakin kuat, lanjut Rumayya, memungkinkan bagi Gojek untuk menarik investor dan mengembangkan bisnisnya ke bidang yang belum dijangkau kompetitor.
"Investor startup tidak mengejar profit tapi nilai valuasi perusahaan. Selama Gojek dapat menunjukkan sinyal sebagai bisnis yang prospektif, maka investor akan tetap tertarik. Indikasi bisnis ini terus tumbuh adalah pangsa pasar yang terus meluas," kata dia.(Baca juga: Polda Jatim Masih Selidiki Penyebab Kebakaran di Ruang RTMC )
Seperti diketahui, pada perayaan ulang tahun ke-10 yang digelar Kamis (12/11), Gojek mengumumkan fundamental perusahaan di tahun 2020 yang semakin kuat didukung oleh total nilai transaksi di dalam platform Gojek group ( Gross transaction value - GTV) yang mencapai US$12 miliar (sekitar Rp170 triliun) atau meningkat 10% dibandingkan tahun lalu.
Pencapaian ini didorong antara lain oleh transaksi dari pengguna aktif bulanan (monthly active users) Gojek yang telah mencapai 38 juta pengguna di seluruh Asia Tenggara. Sementara itu, GTV dari layanan pembayaran digital, GoPay, saat ini telah melampaui total GTV di masa pra-pandemi seiring dengan semakin banyaknya konsumen dan merchant yang beralih ke layanan digital dan bertransaksi secara online.
Di posisinya yang sudah cukup kuat seperti saat ini, Rumayya berharap Gojek menghindari strategi head to head dengan pesaing. "Gojek dapat mencari market dimana Grab tidak bermain di sana. Sebab akan menimbulkan perang tarif yang menjadikan persaingan tidak sehat. Meskipun dalam kompetisi harga seperti ini konsumen merasa lebih diuntungkan," katanya.
"Ke depan Gojek dapat mengembangkan layanan baru di mana Grab belum masuk, misalnya green consumer yang lebih aware terhadap masalah lingkungan. Gojek bisa melakukan inovasi-inovasi yang mendukung green consumer," ujarnya.
(msd)
tulis komentar anda