Sinyal Internet Terbatas, Akses Pendidikan di Talaud Tersendat
Jum'at, 08 Mei 2020 - 14:57 WIB
JAKARTA - Pemberlakuan kebijakan belajar dari rumah (study from home) untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona atau COVID-19 yang diambil oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ternyata tidak berjalan mulus. Di sejumlah wilayah, terutama di daerah perbatasan Indonesia, akses internet masih sangat terbatas.
Anggota Komisi I DPR Hillary Brigitta Lasut mengatakan, di daerah pemilihannya Sulawesi Utara (Sulut) I, khususnya di Kabupaten Talaud yang berbatasan langsung dengan Filipina, banyak wilayah yang hingga saat ini tidak terdapat sinyal internet. Akibatnya, siswa tidak bisa melakukan kegiatan belajar. Sementara di Sulut, sedikitnya 45 orang terkonfirmasi mengalami COVID-19. Sebanyak 17 pasien sembuh dan 4 di antaranya meninggal dunia. (Baca juga: Kasus COVID-19 Pertama di Agam, 5 Petugas Puskesmas Dinyatakan Positif)
"Siswa di Kabupaten Talaud yang berhadapan langsung dengan Filipina ada sinyal, tapi sebagian besar belum ada sinyal," ujar Hillary dalam acara Bincang Sore Live IG SINDOnews, Kamis (7/5/2020). (Baca juga: Protes Bansos, Warga Geruduk Kelurahan dan Nyaris Keroyok Ketua RW)
Hillary mengatakan, sektor pendidikan termasuk yang sangat terdampak dari COVID-19 karena pendidikan seharusnya dilakukan secara online. "Agak sulit, kasihan sekali mayyarakat yang ada di sini. Kita masih terus memperjuangkan bersama kepala daerah setempat, minta pemerintah pusat supaya mendapatkan bantuan khusus agar anak-anak ini dibantu dengan fasilitas pendidikan yang layak," tuturnya.
Tidak hanya persoalan akses internet, permasalahan yang tidak kalah pelik adalah akses listrik. Dikatakan anggota DPR termuda ini, di wilayahnya selain tidak ada sinyal, sebagian besar daerah juga mengalami pemadaman listrik 6-7 jam setiap hari. "Dan itu bergantian setiap desa. Saya sudah kirim surat ke PLN, Pemda anggota DPRD kabupaten dan provinsi juga sudah kirim surat ke PLN, kita masih follow up terus katanya daa gardu yang rusak sehingga pendidikan agak stuck di sini, agak kurang berjalan," papar anggota Fraksi Nasdem ini.
Persoalan pemadaman listrik ini ternyata bukan hal baru. Menurut Hillary, sekitar 2-3 tahun pemadaman listrik terjadi di wilayahnya. "Masyarakat sangat kasihan sehingga kami terus berusaha memberikan bantuan-bantuan dan upaya-upaya birokratif supaya masyarakat bisa lebih dibantu," katanya.
Terkait dengan persoalan COVID-19, Hillary mengatakan karena tidak ada rumah sakit (RS) tipe A maka pemda membuat rumah sakit khusus untuk mengisolasi pasien COVID-19. "Kita agak berat karena di sini jalan dan jembatan saja belum banyak yang terbangun," tuturnya.
Anggota Komisi I DPR Hillary Brigitta Lasut mengatakan, di daerah pemilihannya Sulawesi Utara (Sulut) I, khususnya di Kabupaten Talaud yang berbatasan langsung dengan Filipina, banyak wilayah yang hingga saat ini tidak terdapat sinyal internet. Akibatnya, siswa tidak bisa melakukan kegiatan belajar. Sementara di Sulut, sedikitnya 45 orang terkonfirmasi mengalami COVID-19. Sebanyak 17 pasien sembuh dan 4 di antaranya meninggal dunia. (Baca juga: Kasus COVID-19 Pertama di Agam, 5 Petugas Puskesmas Dinyatakan Positif)
"Siswa di Kabupaten Talaud yang berhadapan langsung dengan Filipina ada sinyal, tapi sebagian besar belum ada sinyal," ujar Hillary dalam acara Bincang Sore Live IG SINDOnews, Kamis (7/5/2020). (Baca juga: Protes Bansos, Warga Geruduk Kelurahan dan Nyaris Keroyok Ketua RW)
Hillary mengatakan, sektor pendidikan termasuk yang sangat terdampak dari COVID-19 karena pendidikan seharusnya dilakukan secara online. "Agak sulit, kasihan sekali mayyarakat yang ada di sini. Kita masih terus memperjuangkan bersama kepala daerah setempat, minta pemerintah pusat supaya mendapatkan bantuan khusus agar anak-anak ini dibantu dengan fasilitas pendidikan yang layak," tuturnya.
Tidak hanya persoalan akses internet, permasalahan yang tidak kalah pelik adalah akses listrik. Dikatakan anggota DPR termuda ini, di wilayahnya selain tidak ada sinyal, sebagian besar daerah juga mengalami pemadaman listrik 6-7 jam setiap hari. "Dan itu bergantian setiap desa. Saya sudah kirim surat ke PLN, Pemda anggota DPRD kabupaten dan provinsi juga sudah kirim surat ke PLN, kita masih follow up terus katanya daa gardu yang rusak sehingga pendidikan agak stuck di sini, agak kurang berjalan," papar anggota Fraksi Nasdem ini.
Persoalan pemadaman listrik ini ternyata bukan hal baru. Menurut Hillary, sekitar 2-3 tahun pemadaman listrik terjadi di wilayahnya. "Masyarakat sangat kasihan sehingga kami terus berusaha memberikan bantuan-bantuan dan upaya-upaya birokratif supaya masyarakat bisa lebih dibantu," katanya.
Terkait dengan persoalan COVID-19, Hillary mengatakan karena tidak ada rumah sakit (RS) tipe A maka pemda membuat rumah sakit khusus untuk mengisolasi pasien COVID-19. "Kita agak berat karena di sini jalan dan jembatan saja belum banyak yang terbangun," tuturnya.
(shf)
tulis komentar anda