Jalan Kolaboratif Bebaskan Jatim dari Zona Merah
Selasa, 27 Oktober 2020 - 07:05 WIB
Di sektor paling kecil, kolaborasi antara keluarga dan guru di sekolah bisa menjadi pelopor yang kuat. Mereka diminta untuk lebih mewaspadai ancaman serta dampak penyebaran Covid-19 kepada anak-anak didiknya. Apalagi, tingkat kematian anak penderita Covid-19 di Indonesia, persentasenya saat ini lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain.
Pakar Kesehatan Anak RSUD dr Soetomo Surabaya Leny Kartina dr, Sp.A(K) menuturkan, jika di negara-negara lain persentase kematian anak-anak yang terpapar Covid-19 antara 0,1-0,2%, tetapi untuk di Indonesia angkanya bahkan mencapai hingga 1,1%.
“Jadi, di Indonesia itu angkanya lebih tinggi. Ini yang patut diwaspadai. Para pengajar di sekolah memiliki peran yang sangat penting untuk memberikan pemahaman pada masyarakat,” ujar Leny.
Penularan utama Covid-19 kepada anak-anak ini diketahui berasal dari keluarga dekat mereka sendiri, yaitu orang tua atau saudara yang tinggal dalam satu rumah. Ditambah lagi gejala dan klinis anak yang terinfeksi Covid-19 tidak sama persis dengan orang dewasa. (Baca juga: Mengenal Sejarah Taman Nasional Komodo yang Lagi Viral)
“Dari 2.143 anak yang konfirmasi positif dan dilakukan pemeriksaan dalam sebuah penelitian berskala besar menunjukkan 90% di antaranya mempunyai gejala asimtomatis atau tidak memberikan gejala klinis, jadi seperti gejala menyerupai penyakit Kawasaki,” kata Leny.
Data per 15 September 2020 jumlah anak-anak usia 0-9 tahun di Jawa Timur yang positif terinveksi Covid-19 mencapai 1.412 anak. Sementara jumlah anak-anak usia 10-19 tahun yang terpapar Covid-19 mencapai 2.472 anak.
Khusus untuk anak bawah lima tahun atau balita (1-4 tahun) di Jawa Timur yang terkena Covid-19, hingga 14 Juli 2020, mencapai 170 anak. Meskipun tercatat 39% (67 anak) dinyatakan sembuh, tingkat kematian mencapai 1% (1 anak).
Epidemiolog FKM Unair Surabaya Dr M Atoillah Isfandiari, dr, M.Kes mengatakan, ketika awal virus masuk ke Indonesia, terdapat kesenjangan pengetahuan antara mereka yang paham tentang Covid-19 dengan masyarakat awam. Ini yang menjadi penyebab kesimpang-siuran dan kebingungan masyarakat terhadap informasi yang benar tentang Covid-19. (Baca juga: Normalisasi Hubungan Sudan-Israel Picu Kontroversi)
“Banyak hal yang masih belum diketahui tentang Covid-19 sehingga pengetahuan perlu disampaikan sebaik mungkin,” kata Atoillah.
Seperti kesimpang-siuran masalah antibodi, misalnya. Bagi Atoillah, antibodi akan diproduksi apabila ada kuman atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Untuk memproduksi antibodi ini tubuh manusia membutuhkan waktu 4-5 hari.
Pakar Kesehatan Anak RSUD dr Soetomo Surabaya Leny Kartina dr, Sp.A(K) menuturkan, jika di negara-negara lain persentase kematian anak-anak yang terpapar Covid-19 antara 0,1-0,2%, tetapi untuk di Indonesia angkanya bahkan mencapai hingga 1,1%.
“Jadi, di Indonesia itu angkanya lebih tinggi. Ini yang patut diwaspadai. Para pengajar di sekolah memiliki peran yang sangat penting untuk memberikan pemahaman pada masyarakat,” ujar Leny.
Penularan utama Covid-19 kepada anak-anak ini diketahui berasal dari keluarga dekat mereka sendiri, yaitu orang tua atau saudara yang tinggal dalam satu rumah. Ditambah lagi gejala dan klinis anak yang terinfeksi Covid-19 tidak sama persis dengan orang dewasa. (Baca juga: Mengenal Sejarah Taman Nasional Komodo yang Lagi Viral)
“Dari 2.143 anak yang konfirmasi positif dan dilakukan pemeriksaan dalam sebuah penelitian berskala besar menunjukkan 90% di antaranya mempunyai gejala asimtomatis atau tidak memberikan gejala klinis, jadi seperti gejala menyerupai penyakit Kawasaki,” kata Leny.
Data per 15 September 2020 jumlah anak-anak usia 0-9 tahun di Jawa Timur yang positif terinveksi Covid-19 mencapai 1.412 anak. Sementara jumlah anak-anak usia 10-19 tahun yang terpapar Covid-19 mencapai 2.472 anak.
Khusus untuk anak bawah lima tahun atau balita (1-4 tahun) di Jawa Timur yang terkena Covid-19, hingga 14 Juli 2020, mencapai 170 anak. Meskipun tercatat 39% (67 anak) dinyatakan sembuh, tingkat kematian mencapai 1% (1 anak).
Epidemiolog FKM Unair Surabaya Dr M Atoillah Isfandiari, dr, M.Kes mengatakan, ketika awal virus masuk ke Indonesia, terdapat kesenjangan pengetahuan antara mereka yang paham tentang Covid-19 dengan masyarakat awam. Ini yang menjadi penyebab kesimpang-siuran dan kebingungan masyarakat terhadap informasi yang benar tentang Covid-19. (Baca juga: Normalisasi Hubungan Sudan-Israel Picu Kontroversi)
“Banyak hal yang masih belum diketahui tentang Covid-19 sehingga pengetahuan perlu disampaikan sebaik mungkin,” kata Atoillah.
Seperti kesimpang-siuran masalah antibodi, misalnya. Bagi Atoillah, antibodi akan diproduksi apabila ada kuman atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Untuk memproduksi antibodi ini tubuh manusia membutuhkan waktu 4-5 hari.
tulis komentar anda