Jalan Kolaboratif Bebaskan Jatim dari Zona Merah
Selasa, 27 Oktober 2020 - 07:05 WIB
SURABAYA - Gerakan kolaborasi apik antarberbagai kalangan dalam menekan jumlah penularan Covid-19 di Jawa Timur membuahkan hasil. Sempat menjadi provinsi di tingkat penularan tertinggi di Indonesia, Jawa Timur kini berhasil keluar dari zona merah.
Dari berbagai simpul kantong penularan, semua pihak ikut berpartisipasi dengan cara mereka untuk menanamkan gerakan patuh pada protokol kesehatan dan menjaga disiplin melawan virus. Para kiai, akademisi, santri, bunda PAUD, sampai anak berkebutuhan khusus berada di garda terdepan untuk menyampaikan pesan dan gerakan berjamaah untuk melawan sebaran virus. (Baca: Bolehkah Seorang Istri Menunda Kehamilan?)
Petang belum beranjak pergi ketika langit Surabaya masih memerah di ujung barat. Angin masih berembus kencang, membawa sergapan dingin untuk memberikan tanda hujan siap menerjang Kota Pahlawan malam nanti, diiringi kilatan petir yang terus menghunjam. Sebuah notifikasi masuk ke Comand Center 112 yang ada di Gedung Siola.
Laporan warga lengkap dengan foto dan lokasi orang berkerumun tanpa melaksanakan protokol kesehatan. Pesan kemudian disebar cepat ke tim Swab Hunter yang ada di jalanan, melakukan patroli dengan menyisir perkampungan, pusat belanja, sampai pasar tradisional.
Tim khusus yang tergabung dalam tim Swab Hunter langsung memeriksa lokasi foto. Mereka bergerak cepat menuju ke Taman Bungkul, semua personel bergegas masuk ke mobil patroli. Mereka terdiri atas tiga pilar seperti personel kecamatan, Kapolsek, dan Danramil.
Ratusan orang terjaring, berbagai pelanggaran pun mewarnai mulai dari tidak memakai masker sampai tidak menjaga jarak ketika berkerumun. Ada 103 orang yang diamankan, sebagian dites swab di lokasi, sebagian dibawa ke puskesmas terdekat.
“Mereka langsung dites. Kalau ada yang positif, langsung kami bawa ke Asrama Haji bagi mereka yang tak memiliki gejala,” kata Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Irvan Widyanto.
Tim ini bergerak 24 jam melakukan patroli keliling Kota Surabaya. Partisipasi dari masyarakat juga kerap mempersempit pergerakan para pelanggar protokol kesehatan. Pada saat razia pagi hingga siang hari, jika ditemukan ada pelanggar, langsung dibawa ke puskesmas di wilayah tersebut dan langsung tes swab di puskesmas. “Saat razia pada malam hari, jika ditemukan pelanggar, mereka akan dibawa ke beberapa titik lokasi swab yang sudah ditentukan Dinas Kesehatan,” jelasnya. (Baca juga: Bantuan Kuota Internet, Perhimpunan Guru: Kemendikbud Tak Serius)
Pesantren Pegang Peran Kunci
Dari berbagai simpul kantong penularan, semua pihak ikut berpartisipasi dengan cara mereka untuk menanamkan gerakan patuh pada protokol kesehatan dan menjaga disiplin melawan virus. Para kiai, akademisi, santri, bunda PAUD, sampai anak berkebutuhan khusus berada di garda terdepan untuk menyampaikan pesan dan gerakan berjamaah untuk melawan sebaran virus. (Baca: Bolehkah Seorang Istri Menunda Kehamilan?)
Petang belum beranjak pergi ketika langit Surabaya masih memerah di ujung barat. Angin masih berembus kencang, membawa sergapan dingin untuk memberikan tanda hujan siap menerjang Kota Pahlawan malam nanti, diiringi kilatan petir yang terus menghunjam. Sebuah notifikasi masuk ke Comand Center 112 yang ada di Gedung Siola.
Laporan warga lengkap dengan foto dan lokasi orang berkerumun tanpa melaksanakan protokol kesehatan. Pesan kemudian disebar cepat ke tim Swab Hunter yang ada di jalanan, melakukan patroli dengan menyisir perkampungan, pusat belanja, sampai pasar tradisional.
Tim khusus yang tergabung dalam tim Swab Hunter langsung memeriksa lokasi foto. Mereka bergerak cepat menuju ke Taman Bungkul, semua personel bergegas masuk ke mobil patroli. Mereka terdiri atas tiga pilar seperti personel kecamatan, Kapolsek, dan Danramil.
Ratusan orang terjaring, berbagai pelanggaran pun mewarnai mulai dari tidak memakai masker sampai tidak menjaga jarak ketika berkerumun. Ada 103 orang yang diamankan, sebagian dites swab di lokasi, sebagian dibawa ke puskesmas terdekat.
“Mereka langsung dites. Kalau ada yang positif, langsung kami bawa ke Asrama Haji bagi mereka yang tak memiliki gejala,” kata Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Irvan Widyanto.
Tim ini bergerak 24 jam melakukan patroli keliling Kota Surabaya. Partisipasi dari masyarakat juga kerap mempersempit pergerakan para pelanggar protokol kesehatan. Pada saat razia pagi hingga siang hari, jika ditemukan ada pelanggar, langsung dibawa ke puskesmas di wilayah tersebut dan langsung tes swab di puskesmas. “Saat razia pada malam hari, jika ditemukan pelanggar, mereka akan dibawa ke beberapa titik lokasi swab yang sudah ditentukan Dinas Kesehatan,” jelasnya. (Baca juga: Bantuan Kuota Internet, Perhimpunan Guru: Kemendikbud Tak Serius)
Pesantren Pegang Peran Kunci
tulis komentar anda