BKSDA Olah TKP Petani yang Diterkam Beruang Saat Menyadap Karet
Kamis, 07 Mei 2020 - 20:31 WIB
MUARA ENIM - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lahat melakukan pengecekan ke lokasi kejadian tempat seorang petani yang dikabarkan diterkam beruang pada Kamis (7/5/2020).
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan (Sumsel) Martialis Puspito mengatakan, timnya baru saja ke lokasi untuk melakukan olah TKP bersama tim dari pemerintah desa maupun dari Polres Muara Enim.
Menurutnya, kondisi tempat perkebunan itu banyak ditumbuhi belukar dan diduga di sana ada dua aktivitas yang terjadi bersamaan. Si petani sedang menyadap karet dan beruangnya lewat sehingga sama-sama terkejut dan menyebabkan beruang menjadi reaktif.
“Beruang kan kalau terkejut akan menjadi reaktif, sehingga menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut,” ujar Puspito.
Ditambahkan Puspito, kedatangan timnya ke lokasi untuk memastikan apakah beruang tersebut masih ada di sekitar lokasi atau sudah menjauh. Biasanya kalau ada konflik, aktivitas beruang masih ada dalam tempo 2-3 hari, maka eskalasinya harus naik.
Harus ada upaya lanjut, apakah harus dievakuasi atau bagaimana. Setelah dicek, beruangnya sudah tidak ada lagi, baik dari pengecekan lokasi maupun info dari warga. ( Baca:Alm. ABK Indonesia yang Dibuang ke Laut Akan Mendapatkan Haknya )
“Tapi kami sudah memberikan kontak kami kepada warga setempat, jika terlihat tanda-tanda apapun dari aktivitas terkonsentrasi ke satwa tersebut untuk dapat segera menghubungi kami," katanya.
Selain itu juga Ia mengatakan dari hasil pengecekan ke lapangan, tidak ditemukan tanda-tanda aktivitas terkonsentrasi dari beruang tersebut. Puspito mengimbau kepada warga untuk waspada saat beraktivitas di kebun atau hutan karena memang keberadaan beruang tersebar di mana-mana.
"Beruang ini kan ada di mana saja. Bahkan sebagian besar wilayah kerja saya, mulai dari Muratara hingga Muaraenim itu adalah ibu kota beruang. Konflik paling tinggi di wilayah kerja kami adalah beruang, ” jelasnya.
Hingga saat ini pihaknya pun belum bisa menemui korban dikarenakan adanya wabah COVID-19. BKSDA lebih memilih untuk melakukan olah TKP terlebih dahulu.
"Dari pengalaman kami, setelah konflik beruang akan langsung pergi dan tidak akan menujukkan aktivitas terkonsentrasi di lokasi tersebut," tutupnya.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan (Sumsel) Martialis Puspito mengatakan, timnya baru saja ke lokasi untuk melakukan olah TKP bersama tim dari pemerintah desa maupun dari Polres Muara Enim.
Menurutnya, kondisi tempat perkebunan itu banyak ditumbuhi belukar dan diduga di sana ada dua aktivitas yang terjadi bersamaan. Si petani sedang menyadap karet dan beruangnya lewat sehingga sama-sama terkejut dan menyebabkan beruang menjadi reaktif.
“Beruang kan kalau terkejut akan menjadi reaktif, sehingga menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut,” ujar Puspito.
Ditambahkan Puspito, kedatangan timnya ke lokasi untuk memastikan apakah beruang tersebut masih ada di sekitar lokasi atau sudah menjauh. Biasanya kalau ada konflik, aktivitas beruang masih ada dalam tempo 2-3 hari, maka eskalasinya harus naik.
Harus ada upaya lanjut, apakah harus dievakuasi atau bagaimana. Setelah dicek, beruangnya sudah tidak ada lagi, baik dari pengecekan lokasi maupun info dari warga. ( Baca:Alm. ABK Indonesia yang Dibuang ke Laut Akan Mendapatkan Haknya )
“Tapi kami sudah memberikan kontak kami kepada warga setempat, jika terlihat tanda-tanda apapun dari aktivitas terkonsentrasi ke satwa tersebut untuk dapat segera menghubungi kami," katanya.
Selain itu juga Ia mengatakan dari hasil pengecekan ke lapangan, tidak ditemukan tanda-tanda aktivitas terkonsentrasi dari beruang tersebut. Puspito mengimbau kepada warga untuk waspada saat beraktivitas di kebun atau hutan karena memang keberadaan beruang tersebar di mana-mana.
"Beruang ini kan ada di mana saja. Bahkan sebagian besar wilayah kerja saya, mulai dari Muratara hingga Muaraenim itu adalah ibu kota beruang. Konflik paling tinggi di wilayah kerja kami adalah beruang, ” jelasnya.
Hingga saat ini pihaknya pun belum bisa menemui korban dikarenakan adanya wabah COVID-19. BKSDA lebih memilih untuk melakukan olah TKP terlebih dahulu.
"Dari pengalaman kami, setelah konflik beruang akan langsung pergi dan tidak akan menujukkan aktivitas terkonsentrasi di lokasi tersebut," tutupnya.
(ihs)
tulis komentar anda