Ekspor Impor Mulai Naik, Transportasi Laut Perlu Berbenah
Jum'at, 23 Oktober 2020 - 13:53 WIB
BANDUNG - Kegiatan ekspor impor Indonesia saat pandemi tercatat terus mengalami kenaikan, setelah sebelumnya sempat terpuruk pada awal pandemi. Kenaikan ini, mestinya direspons pelaku transportasi laut untuk menyiapkan infrastruktur yang memadai.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan, data statistik ekspor-impor Indonesia pada September 2020 bisa menjadi salah satu indikasi awal pemulihan ekonomi Indonesia. Perkembangan ini memberikan optimisme pemulihan sektor logistik.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor September mencapai US$14,01 miliar naik 6,97% (m-to-m) dibanding Agustus 2020. Nilai ekspor tertinggi dari industri pengolahan sebesar US$11,56 miliar. Pada periode itu, ekspor non-migas berkontribusi sebesar 94,98%. (Baca: Kondisi Ekspor-Impor Anjlok, Pertumbuhan Industri Perlu Diwaspadai )
Sementara, pada periode itu impor juga naik 7,71% mencapai US$11,57 miliar (m-to-m). Impor bahan baku/penolong sebesar US$8,32 miliar atau naik 7,23% (m-to-m). Impor bahan baku/penolong berkontribusi sebesar 71,87%, barang modal sebesar 18,45%, sedangkan konsumsi sebesar 9,68%.
"Indikasi positif pemulihan perekonomian tersebut harus segera disikapi oleh sektor logistik Indonesia, terutama di sektor kepelabuhanan karena sekitar 90% perdagangan dunia melalui transportasi laut," kata dia, Jumat (23/10/2020).
Menurut dia, penyedia dan pelaku logistik beserta pihak-pihak terkait harus mempersiapkan diri. Salah satunya meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya dengan memanfaatkan teknologi informasi yang terus berkembang. Diantaranya menggunakan big data analytics, cloud logistics, internet of things, serta robotics and automation.
Setijadi menjelaskan pada tahap awal perlu dilakukan perbaikan proses bisnis, serta peningkatan teknologi atau fasilitas dan kompetensi SDM. Implementasi supply chain management (SCM) tidak bisa ditawar untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas dengan integrasi proses bisnis oleh semua entitas dalam supply chain. (Baca: Tekanan Ekonomi Global Mulai Reda, Sri Mulyani: Risiko Tetap Sama )
SCI, kata dia, juga mengapresiasi rencana pemerintah untuk memperbaiki kinerja logistik nasional, iklim investasi, dan daya saing perekonomian dengan penerbitan Inpres No. 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional (NLE).
Untuk mewujudkan sistem logistik yang lebih efisien dengan transformasi digital, perlu kolaborasi dan sinergi melalui implementasi SCM antar pihak. Mulai dari pemerintah (kementerian/lembaga/instansi terkait), penyedia jasa logistik, pemilik barang, operator dan penyedia jasa kepelabuhanan, perusahaan pengangkutan, dan pihak-pihak terkait lainnya.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan, data statistik ekspor-impor Indonesia pada September 2020 bisa menjadi salah satu indikasi awal pemulihan ekonomi Indonesia. Perkembangan ini memberikan optimisme pemulihan sektor logistik.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor September mencapai US$14,01 miliar naik 6,97% (m-to-m) dibanding Agustus 2020. Nilai ekspor tertinggi dari industri pengolahan sebesar US$11,56 miliar. Pada periode itu, ekspor non-migas berkontribusi sebesar 94,98%. (Baca: Kondisi Ekspor-Impor Anjlok, Pertumbuhan Industri Perlu Diwaspadai )
Sementara, pada periode itu impor juga naik 7,71% mencapai US$11,57 miliar (m-to-m). Impor bahan baku/penolong sebesar US$8,32 miliar atau naik 7,23% (m-to-m). Impor bahan baku/penolong berkontribusi sebesar 71,87%, barang modal sebesar 18,45%, sedangkan konsumsi sebesar 9,68%.
"Indikasi positif pemulihan perekonomian tersebut harus segera disikapi oleh sektor logistik Indonesia, terutama di sektor kepelabuhanan karena sekitar 90% perdagangan dunia melalui transportasi laut," kata dia, Jumat (23/10/2020).
Menurut dia, penyedia dan pelaku logistik beserta pihak-pihak terkait harus mempersiapkan diri. Salah satunya meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya dengan memanfaatkan teknologi informasi yang terus berkembang. Diantaranya menggunakan big data analytics, cloud logistics, internet of things, serta robotics and automation.
Setijadi menjelaskan pada tahap awal perlu dilakukan perbaikan proses bisnis, serta peningkatan teknologi atau fasilitas dan kompetensi SDM. Implementasi supply chain management (SCM) tidak bisa ditawar untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas dengan integrasi proses bisnis oleh semua entitas dalam supply chain. (Baca: Tekanan Ekonomi Global Mulai Reda, Sri Mulyani: Risiko Tetap Sama )
SCI, kata dia, juga mengapresiasi rencana pemerintah untuk memperbaiki kinerja logistik nasional, iklim investasi, dan daya saing perekonomian dengan penerbitan Inpres No. 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional (NLE).
Untuk mewujudkan sistem logistik yang lebih efisien dengan transformasi digital, perlu kolaborasi dan sinergi melalui implementasi SCM antar pihak. Mulai dari pemerintah (kementerian/lembaga/instansi terkait), penyedia jasa logistik, pemilik barang, operator dan penyedia jasa kepelabuhanan, perusahaan pengangkutan, dan pihak-pihak terkait lainnya.
tulis komentar anda