Gubernur Canangkan Kawasan Siaga Bencana di Luwu Timur
Kamis, 22 Oktober 2020 - 12:08 WIB
LUWU TIMUR - Gubernur Sulsel , HM Nurdin Abdullah melakukan pencanangan kawasan siaga bencana di Kecamatan Tomoni Timur, Luwu Timur, Kamis (22/10/2020).
Kegiatan ini dihadiri Kasubdit Kesiapsiagaan dan Mitigasi Direktorat Perlindungan Sosial Bencana Alam Kemensos, Iyan Kusmadiana, Pjs Bupati Luwu Timur , Bupati Luwu Basmin Mattayang , Pjs Bupati Luwu Utara Iqbal Suhaeb dan jajaran stakeholder lainnya.
Di Luwu Timur, ada dua desa yang menjadi kawasan siaga bencana (KSB), yakni Kertoharjo di Kecamatan Tomoni Timur dan Desa Burau Kecamatan Burau. Pencanangan KSB ditandai dengan pemukulan kentongan, serta simulasi standar operasional KSB.
Tak hanya mencanangkan KSB, pada kesempatan itu juga diserahkan bantuan dari Kemensos senilai Rp2,6 miliar, terdiri dari keserasian sosial dari Kemensos di Desa Benteng Kecamatan Burau dan Desa Tabaroge Kecamatan Wotu senilai Rp150 juta per desa. Kemduan dana stimulan untuk lumbung sosial di dua lokasi KSB, yakni Desa Kertoharjo dan Desa Burau.
Selain itu, ada juga penyerahan bantuan jaminan hidup korban bencana banjir bandang Luwu Utara bagi 3.133 jiwa, senilai Rp1,8 miliar. Bantuan longsor bagi 12 kepala keluarga di Kota Palopo senilai Rp300 juta, isi hunian tetap bencana longsor Luwu Timur 16 KK sebanyak Rp48 juta, dan bantuan untuk Sanggar Karawitan Desa Bangun Jaya, Kecamatan Tomoni sebesar Rp50 juta. Serta bantuan beras regular penanggulangan bencana 3.000 kg untuk 10.543 penerima senilai Rp31,6 juta.
Gubernur Sulsel , Nurdin Abdullah mengatakan, banjir bandang yang terjadi di Luwu Utara, airnya surut tapi menyisahkan pasir yang jumlahnya sangat banyak. Menurutnya, fenomena tersebut perlu dicermati, karena biasanya banjir bandang terjadi karena ada aliran sungai yang terhambat.
Menurutnya, konservasi tidak berfungsi lagi dengan baik, tetapi yang terjadi di Luwu Utara adalah curah hujan yang memang di atas curah hujan normal. Kedua, tidak didukung oleh kondisi tanah yang baik.
"Kalau kita lihat sedimentasi cukup bagus, tetapi ada 130 lebih longsoran, ini akibat karena apa? Agregat tanah di mana struktur tanah lebih ke berpasir. Jadi bisa kita liat betapa masyarakat kita pilu kita lihat rumah mereka tidak bisa diselamatkan lagi karena ditimbun oleh pasir," ujarnya saat memberikan sambutannya.
Kegiatan ini dihadiri Kasubdit Kesiapsiagaan dan Mitigasi Direktorat Perlindungan Sosial Bencana Alam Kemensos, Iyan Kusmadiana, Pjs Bupati Luwu Timur , Bupati Luwu Basmin Mattayang , Pjs Bupati Luwu Utara Iqbal Suhaeb dan jajaran stakeholder lainnya.
Di Luwu Timur, ada dua desa yang menjadi kawasan siaga bencana (KSB), yakni Kertoharjo di Kecamatan Tomoni Timur dan Desa Burau Kecamatan Burau. Pencanangan KSB ditandai dengan pemukulan kentongan, serta simulasi standar operasional KSB.
Tak hanya mencanangkan KSB, pada kesempatan itu juga diserahkan bantuan dari Kemensos senilai Rp2,6 miliar, terdiri dari keserasian sosial dari Kemensos di Desa Benteng Kecamatan Burau dan Desa Tabaroge Kecamatan Wotu senilai Rp150 juta per desa. Kemduan dana stimulan untuk lumbung sosial di dua lokasi KSB, yakni Desa Kertoharjo dan Desa Burau.
Selain itu, ada juga penyerahan bantuan jaminan hidup korban bencana banjir bandang Luwu Utara bagi 3.133 jiwa, senilai Rp1,8 miliar. Bantuan longsor bagi 12 kepala keluarga di Kota Palopo senilai Rp300 juta, isi hunian tetap bencana longsor Luwu Timur 16 KK sebanyak Rp48 juta, dan bantuan untuk Sanggar Karawitan Desa Bangun Jaya, Kecamatan Tomoni sebesar Rp50 juta. Serta bantuan beras regular penanggulangan bencana 3.000 kg untuk 10.543 penerima senilai Rp31,6 juta.
Gubernur Sulsel , Nurdin Abdullah mengatakan, banjir bandang yang terjadi di Luwu Utara, airnya surut tapi menyisahkan pasir yang jumlahnya sangat banyak. Menurutnya, fenomena tersebut perlu dicermati, karena biasanya banjir bandang terjadi karena ada aliran sungai yang terhambat.
Menurutnya, konservasi tidak berfungsi lagi dengan baik, tetapi yang terjadi di Luwu Utara adalah curah hujan yang memang di atas curah hujan normal. Kedua, tidak didukung oleh kondisi tanah yang baik.
"Kalau kita lihat sedimentasi cukup bagus, tetapi ada 130 lebih longsoran, ini akibat karena apa? Agregat tanah di mana struktur tanah lebih ke berpasir. Jadi bisa kita liat betapa masyarakat kita pilu kita lihat rumah mereka tidak bisa diselamatkan lagi karena ditimbun oleh pasir," ujarnya saat memberikan sambutannya.
tulis komentar anda