Warisan Leluhur, Gerabah Khas Kampung Abar Sentani Diajarkan ke Milenial

Rabu, 14 Oktober 2020 - 21:54 WIB
Pembuatan gerabah atau sempe khas Kampung Abar Sentani, Papua dilestarikan dengan berbagai cara. Di antaranya diajarkan kepada generasi milenial. Foto/iNews TV/Edy Siswanto
JAYAPURA - Pembuatan gerabah atau sempe khas Kampung Abar Sentani, Papua dilestarikan dengan berbagai cara. Di antaranya diajarkan kepada generasi milenial . Seperti yang dilakukan Balai Arkeologi Papua yang menggelar pelatihan membuat gerabah bagi pelajar SMP dan SMA di Kota dan Kabupaten Jayapura.

Ketua Panitia sekaligus Peneliti Senior Balai Arkeologi Papua, Hari Suroso mengatakan, pelatihan yang diikuti 40 siswa perwakilan dari 20 sekolah itu sekaligus untuk persiapan para siswa menjelang lomba membuat gerabah pada 21-22 Oktober mendatang. "Kami hadirkan langsung perajin gerabah dari Kampung Abar, Sentani langsung yaitu mama Berbalina Elbakoi yang eksis membuat gerabah sejak kecil," katanya, Rabu (14/10/2020). (Baca juga: Sepotong Cerita Gerabah Leluhur Sentani yang Harus Tetap Lestari)

Hari menambahkan, pelatihan gerabah juga dimaksudkan untuk melestarikan budaya leluhur yang telah diwariskan sejak ribuan tahun silam. "Kita getol dengan pelatihan ini dengan tujuan pelestarian gerabah. Terutamanya kepada generasi milenial agar mereka tahu sejarah dan warisan budaya, agar mereka cinta dan mau terus melestariakan di masa mendatang," ucapnya. (Baca juga: Dulu Dianggap Makanan Ular, Porang Kini Nilai Jualnya Tinggi)



Kepala Balai Arkeologi Papua Gusti Made Sudarmika mengakui jika dewasa ini generasi milenial seolah terperangkap pada budaya luar akibat perkembangan teknologi. Sementara budaya sendiri seolah tidak diminati. (Baca juga: Seharian Tak Pulang dan Enggan Menyusui, Istri Ditusuk Suami)

"Ini yang menjadi tantangan kita, jadi budaya leluhur ini jangan sampai hilang. menumbuhkan minat itu sangat penting, salah satunya apa yang kami lakukan. Budaya membuat gerabah atau sempe ini adalah warisan leluhur yang harus tetap lestari. Jangan tergerak dengan budaya modern," katanya.

Made menjelaskan, gerabah asli Kampung Abar memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, dibuat secara tradisional turun temurun dengan menyertakan motif Megalitik Situs Tutari. Hal ini membuat gerabah ini berbeda.

"Ini kalau dikembangkan maka akan menjadi ekonomi kreatif yang cukup menjanjikan. Makanya kita berupaya budaya ini tidak hilang dan terus lestari. Tidak hanya pelatihan atau lomba, jadi kita bekerjasama dengan guru-guru sekolah dan perajin telah membuat buku Muatan Lokal (Mulok), dan ini telah diajarkan di beberapa sekolah," katanya.

Guru pendamping dari SMP Negeri 6 Kota Jayapura, Robert H Qui mengatakan, dengan pelatihan ini maka siswa dapat menerapkan langsung materi Mulok yang telah diajarkan di sekolah. Terlebih dihadiri langsung perajin handal.

"Kalau di sekolah kita hanya mengajarkan materi. Sedangkan ini langsung diajarkan oleh perajin. Saya lihat antusias siswa sangat bangus dalam pelatihan maupun selama mengikuti pelajaran muatan lokal gerabah," katanya.

Robert menilai gerabah cukup menjanjikan jika diolah secara baik dalam hal pengembangan ekonomi kreatif. "Tugas kami memberikan ilmu pengetahuan agar mereka paham dan cinta akan budaya ini. Dan lagi dengan sedikit kisah dari perajinnya, maka mereka akan tahu kalau gerabah warisan leluhur ini mampu menghasilkan pundi-pendi untuk keluarga. Jadi ini harus menjadi komitmen bersama untuk pelestarian budaya warisan leluhur," pungkasnya.
(shf)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content