Menabuh Periuk Nasi di Tengah Pandemi

Rabu, 14 Oktober 2020 - 03:32 WIB
Istibsaroh (47), baru selesai menjemur baju di teras rumah ketika Hendriawan (49), suaminya datang dengan wajah yang ditekuk mencoba memarkir sepeda motornya tepat di depan pagar. Ia segera bergegas untuk masuk ke rumah. Jarum jam belum menunjukan pukul 15.00 WIB, ketika matahari menerobos masuk ke celah-celah rumah dengan begitu terik dan angin yang berhembus kencang.

"Kok cepat pulangnya, mas?" Kata Isti, sambi menatap suaminya yang tak merespon pertanyaan itu. Bergegas saja ia masuk ke dalam rumah dan meletakan jaket hitamnya di bahu kursi sambil mencoba mengambil segelas air minum di ujung dapur, Selasa (13/10/2020).

(Baca juga: Bandara Kembali Normal, Konsumsi Avtur di Sulawesi Berangsur Naik )

Hendri kini duduk di kursi tamu kecil berwarna coklat tua yang busanya sudah kempes termakan zaman. Lehernya mulai disandarkan, melihat langit-langit rumah dengan tatapan kosong, berharap semua yang terjadi hari ini hanyalah mimpi, ia pun tinggal bangun dan melupakan mimpi buruk itu sembari mengusap mukanya dengan air yang dingin.

Derap langkah kaki terdengar dari luar ketika Isti mencoba membuka pintu ruang tamu, sebuah bak kecil untuk menampung jemuran dipegang erat sambil melihat suaminya yang masih duduk dan terdengar ia menarik nafas dalam-dalam sambil melihatnya. "Aku kena PHK Bu, kantor sepi orderan, ada 70 orang yang diberhentikan," kata Hendri pada istrinya dalam tatapan kosong.

Sudah hampir 21 tahun ini Hendri bekerja di sebuah perusahaan yang mengarap instalasi listrik rumah dan industri. Sejak pandemi, order pemesanan instalasi turun drastis. Perusahaannya tak mampu lagi mempertahankan jumlah teknisi yang jumlahnya ratusan orang. Sebagian besar harus diputus kontraknya untuk bisa meringankan beban keuangan perusahaan.

Mendengar kabar itu, Isti mulai lemas. Kakinya seperti lumpuh ketika dirinya ikut duduk di lantai ruang tamu kecil yang berukuran 3x4 meter itu. Suasana hening mengelayuti mereka berdua, siang yang terik semakin bergemuruh dalam pikiran mereka.

Isti langsung teringat pada dua anaknya yang masih duduk di bangku SMP dan SD. Meskipun sekolahnya dilakukan secara daring, ia masih harus menyediakan biaya pendidikan, perangkat alat daring dan kuota internet yang harus terus terisi setiap hari.

(Baca juga: Tak Bisa Menahan Nafsu Birahi, Kakek Ini Hamili Gadis 14 Tahun )

Ia harus tegar, tak boleh terlihat goyah di depan anak-anaknya. Dalam situasi pandemi, dirinya begitu memahami bagaimana kondisi anak-anak demikian terguncang saat ini. Apalagi kalau ditambah mendengar orang tuanya kena PHK dan tak lagi kerja. Kesehatan mental anak harus bisa dijaga, mereka sudah lelah belajar di rumah dan tak lagi bermain dengan teman-teman sebayanya selama pandemi ini.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More