Cegah COVID-19 di Pesantren, Lima Ponpes Kolaborasi dengan Geliat Airlangga
Minggu, 11 Oktober 2020 - 09:21 WIB
SURABAYA - Lima pondok pesantren (Ponpes) besar di Jatim berkolaborasi bersama Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat membangun Generasi Cemerlang Berbasis keluarga (Geliat) Airlangga merancang upaya pencegahan penularan COVID-19.
Kelima ponpes yang terdiri dari PP Darul Ulum, PP Bahrul ulum, PP Mambaul Maarif, PP Tebu Ireng dan PP Lirboyo memiliki jumlah ribuan santri sepakat menjadikan pesantren sebagai garda terdepan penanganan COVID-19 di lingkungan masing-masing.
Sekretaris Pengurus Pusat Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Alissa Wahid menuturkan, kerjasama lima pondok pesantren besar dan berpengaruh di Jawa Timur dengan didampingi Geliat Airlangga LPPM Unair Surabaya ini, sebagai langkah positif karena posisi pondok pesantren yang sangat strategis.
“Ponpes sejak dahulu selalu menjadi garda terdepan dalam hal apa pun. Tidak hanya masalah penanganan COVID-19. Di Indonesia ada 23 ribu ponpes yang dalam naungan Nahdlatul Ulama. Ini penting. Maka pesantren juga punya kewajiban untuk memikirkan kemashlatan kehidupan santrinya dan keluarga santri," ujar Alissa Wahid, saat menjadi pembicara dalam webinar series bertajuk Gerak Bersama Pesantren dalam Menghadapi COVID-19 bagi Pimpinan, Pengasuh, Pengurus, Satuan Tugas COVID-19 Pondok Pesantren, Poskestren, dan Santri, Sabtu (10/10/2020).
"Sehingga, bekerjasama dengan pesantren sama artinya dengan bekerjasama dengan jutaan keluarga santrinya yang menimba ilmu di pesantren tersebut,” tambahnya.
Dengan pondok pesantren mendapatkan pendampingan dari kalangan akademisi seperti Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair Surabaya ini, diharapkan para pengurus pondok pesantren sudah mulai bisa memitigasi masalah yang terjadi di lingkungan pondok selama ini. (Baca: TNI: KKSB Terapkan Taktik Licik dan Korbankan Masyarakat Sipil).
Person in charge program Geliat Unair, Dr. Nyoman Anita Damayanti, menyebutkan, jumlah pasien yang terpapar COVID-19 di Jawa Timur jauh lebih sedikit dibandingkan masyarakat yang kondisinya sehat.
"Yang sehat ini lebih banyak dibandingkan mereka yang sakit. Untuk itu mari kita jadikan yang sehat agar tetap sehat, sementara yang sakit jangan boleh menjadi semakin sakit,” katanya.
Mengatasi penyebaran COVID-19 di lingkungan pondok pesantren ini dapat dilakukan dengan menjalankan peningkatan kesehatan di lingkungan santri dan pengasuh pondok pesantren. "Dengan pencegahan penyakit maka kita akan bisa membantu membuat mereka tetap sehat. Itu sudah bisa kita buktikan pada pendampingan ibu hamil," pungkasnya.
Kelima ponpes yang terdiri dari PP Darul Ulum, PP Bahrul ulum, PP Mambaul Maarif, PP Tebu Ireng dan PP Lirboyo memiliki jumlah ribuan santri sepakat menjadikan pesantren sebagai garda terdepan penanganan COVID-19 di lingkungan masing-masing.
Sekretaris Pengurus Pusat Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Alissa Wahid menuturkan, kerjasama lima pondok pesantren besar dan berpengaruh di Jawa Timur dengan didampingi Geliat Airlangga LPPM Unair Surabaya ini, sebagai langkah positif karena posisi pondok pesantren yang sangat strategis.
“Ponpes sejak dahulu selalu menjadi garda terdepan dalam hal apa pun. Tidak hanya masalah penanganan COVID-19. Di Indonesia ada 23 ribu ponpes yang dalam naungan Nahdlatul Ulama. Ini penting. Maka pesantren juga punya kewajiban untuk memikirkan kemashlatan kehidupan santrinya dan keluarga santri," ujar Alissa Wahid, saat menjadi pembicara dalam webinar series bertajuk Gerak Bersama Pesantren dalam Menghadapi COVID-19 bagi Pimpinan, Pengasuh, Pengurus, Satuan Tugas COVID-19 Pondok Pesantren, Poskestren, dan Santri, Sabtu (10/10/2020).
"Sehingga, bekerjasama dengan pesantren sama artinya dengan bekerjasama dengan jutaan keluarga santrinya yang menimba ilmu di pesantren tersebut,” tambahnya.
Dengan pondok pesantren mendapatkan pendampingan dari kalangan akademisi seperti Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair Surabaya ini, diharapkan para pengurus pondok pesantren sudah mulai bisa memitigasi masalah yang terjadi di lingkungan pondok selama ini. (Baca: TNI: KKSB Terapkan Taktik Licik dan Korbankan Masyarakat Sipil).
Person in charge program Geliat Unair, Dr. Nyoman Anita Damayanti, menyebutkan, jumlah pasien yang terpapar COVID-19 di Jawa Timur jauh lebih sedikit dibandingkan masyarakat yang kondisinya sehat.
"Yang sehat ini lebih banyak dibandingkan mereka yang sakit. Untuk itu mari kita jadikan yang sehat agar tetap sehat, sementara yang sakit jangan boleh menjadi semakin sakit,” katanya.
Mengatasi penyebaran COVID-19 di lingkungan pondok pesantren ini dapat dilakukan dengan menjalankan peningkatan kesehatan di lingkungan santri dan pengasuh pondok pesantren. "Dengan pencegahan penyakit maka kita akan bisa membantu membuat mereka tetap sehat. Itu sudah bisa kita buktikan pada pendampingan ibu hamil," pungkasnya.
(nag)
tulis komentar anda