Investor Asing Incar Megaproyek Tempat Pengolah Sampah Rp800 Miliar di Cirebon
Jum'at, 02 Oktober 2020 - 19:33 WIB
BANDUNG - Sejumlah investor asing mengincar megaproyek Tempat Pengolahan & Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Cirebon Raya dengan nilai investasi hingga USD57 juta atau setara Rp800 miliar.
TPPAS Cirebon Raya yang bakal dibangun di Desa Cupang, Desa Walahar, Kecamatan Gempol dan Desa Ciwaringin, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon itu mengusung konsep ramah lingkungan (waste to energy) melalui pemanfaatan teknologi mechanical and biological treatment (MBT).
Melalui teknologi tersebut, sampah yang bakal ditampung dari Cirebon Raya dan Indramayu tersebut diolah menjadi refuse derived fuel (RDF) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara.
Dibangun di atas lahan seluas 52 hektare, TPPAS tersebut memiliki kapasitas pengolahan sampah hingga 1.000 ton sampah per hari dan dapat ditingkatkan menjadi 1.500 ton per hari dengan kapasitas produksi RDF kurang lebih 350 ton per hari.
Ketua Tim Percepatan dan Inisiasi Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) PT Migas Hulu Jabar (MUJ), Mungki Rahadian mengatakan, sebagai pemegang proyek, pihaknya telah memperkenalkan proyek strategis milik Pemprov Jabar tersebut melalui presentasi virtual di ajang Indonesia Invesment Day (IID) 2020, 29 hingga 30 September 2020 lalu.
Dia menyebutkan, sejumlah investor asing dari United Kingdom (UK), Belanda, China, Jepang, Singapore, Korea Selatan, dan Australia telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi dalam megaproyek tersebut.
"Investasi yang membawa isu perbaikan lingkungan diminati investor asing, mereka sangat tertarik dengan proyek yang mengusung konsep green energy," ungkap Mungki di Bandung, Jumat (2/10/2020).
Menurut Mungki, konsep pengelolaan sampah menjadi energi alternatif sangat diminati investor asing. Isu energi alternatif pengganti energi fosil yang tidak ramah terhadap lingkungan membuat para investor kini mulai mengalihkan perhatiannya dalam berinvestasi.
"Karena investasi terbaik saat ini memang energi terbarukan, sedangkan energi fosil trennya terus menurun dan ditinggalkan. Apalagi, banyak juga masyarakat yang beralih ke energi alternatif yang lebih ramah terhadap lingkungan," imbuhnya.
TPPAS Cirebon Raya yang bakal dibangun di Desa Cupang, Desa Walahar, Kecamatan Gempol dan Desa Ciwaringin, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon itu mengusung konsep ramah lingkungan (waste to energy) melalui pemanfaatan teknologi mechanical and biological treatment (MBT).
Melalui teknologi tersebut, sampah yang bakal ditampung dari Cirebon Raya dan Indramayu tersebut diolah menjadi refuse derived fuel (RDF) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara.
Dibangun di atas lahan seluas 52 hektare, TPPAS tersebut memiliki kapasitas pengolahan sampah hingga 1.000 ton sampah per hari dan dapat ditingkatkan menjadi 1.500 ton per hari dengan kapasitas produksi RDF kurang lebih 350 ton per hari.
Ketua Tim Percepatan dan Inisiasi Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) PT Migas Hulu Jabar (MUJ), Mungki Rahadian mengatakan, sebagai pemegang proyek, pihaknya telah memperkenalkan proyek strategis milik Pemprov Jabar tersebut melalui presentasi virtual di ajang Indonesia Invesment Day (IID) 2020, 29 hingga 30 September 2020 lalu.
Dia menyebutkan, sejumlah investor asing dari United Kingdom (UK), Belanda, China, Jepang, Singapore, Korea Selatan, dan Australia telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi dalam megaproyek tersebut.
"Investasi yang membawa isu perbaikan lingkungan diminati investor asing, mereka sangat tertarik dengan proyek yang mengusung konsep green energy," ungkap Mungki di Bandung, Jumat (2/10/2020).
Menurut Mungki, konsep pengelolaan sampah menjadi energi alternatif sangat diminati investor asing. Isu energi alternatif pengganti energi fosil yang tidak ramah terhadap lingkungan membuat para investor kini mulai mengalihkan perhatiannya dalam berinvestasi.
"Karena investasi terbaik saat ini memang energi terbarukan, sedangkan energi fosil trennya terus menurun dan ditinggalkan. Apalagi, banyak juga masyarakat yang beralih ke energi alternatif yang lebih ramah terhadap lingkungan," imbuhnya.
tulis komentar anda