Kapal Muatan Papan Terbalik Diterjang Badai, Jadilah Kota Balikpapan
Sabtu, 26 September 2020 - 05:06 WIB
“Putriku, Aji Tatin, di hari yang penuh bahagia ini Ayah memberikan wilayah teluk yang indah dan mempesona itu sebagai hadiah pernikahanmu. Kini, teluk itu telah menjadi wilayah kekuasaanmu. Engkau pun boleh memungut upeti dari rakyatmu,” kata Sultan Aji Muhammad di hadapan putri dan disaksikan oleh seluruh undangan yang hadir di pesta megah tersebut.
“Terima kasih, Ayahanda. Semoga Ananda bisa menjaga amanat ini,” ucap Putri Aji Tatin dengan perasaan bahagia.
Sejak itulah, Putri Aji Tatin menjadi raja di teluk tersebut. Untuk memungut upeti dari rakyat, Tatin dibantu oleh suaminya dan seorang abdi setia bernama Panglima Sendong. Pada saat itu upeti yang dipungut dari rakyatnya berupa hasil bumi, terutama kayu yang sudah berbentuk papan. Papan tersebut akan digunakan untuk membangun istana.
Pada suatu hari, orang-orang kepercayaan Putri Aji Tatin yang dipimpin Panglima Sendong menjalankan tugas memungut upeti dari rakyat. Upeti berupa papan tersebut diangkut melalui laut dengan menggunakan perahu.
Namun, saat kapal hampir sampai di teluk, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Selang beberapa saat, gelombang laut yang amat dahsyat menerjang perahu yang mereka tumpangi. Seluruh penumpang perahu menjadi sangat panik.
“Ayo, cepat dayung perahunya ke teluk!” teriak Panglima Sendong.
Mendengar seruan itu, para pendayung segera mengayuh perahu mereka dengan cepat agar kapal cepat sampai ke teluk.
Namun, semuanya sudah terlambat. Sebelum perahu itu mencapai teluk, gelombang laut yang semakin besar menabrak bagian lambung perahu. Air laut pun masuk dan memenuhi seluruh bagian perahu. Perahu yang dipenuhi muatan papan kayu itu pun terbalik.
Perahu yang sudah hampir tenggelam itu kemudian terbawa gelombang laut dan akhirnya terhempas ke sebuah karang di sekitar teluk sehingga pecah berantakan.
Tokong (galah) para pendayung pun patah terlihat. Papan kayu yang memenuhi perahu itu sebagian hanyut ke laut dan sebagian yang lain terdampar di tepi teluk. Tak seorangpun penumpang perahu selamat, termasuk Panglima Sendong.
“Terima kasih, Ayahanda. Semoga Ananda bisa menjaga amanat ini,” ucap Putri Aji Tatin dengan perasaan bahagia.
Sejak itulah, Putri Aji Tatin menjadi raja di teluk tersebut. Untuk memungut upeti dari rakyat, Tatin dibantu oleh suaminya dan seorang abdi setia bernama Panglima Sendong. Pada saat itu upeti yang dipungut dari rakyatnya berupa hasil bumi, terutama kayu yang sudah berbentuk papan. Papan tersebut akan digunakan untuk membangun istana.
Pada suatu hari, orang-orang kepercayaan Putri Aji Tatin yang dipimpin Panglima Sendong menjalankan tugas memungut upeti dari rakyat. Upeti berupa papan tersebut diangkut melalui laut dengan menggunakan perahu.
Namun, saat kapal hampir sampai di teluk, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Selang beberapa saat, gelombang laut yang amat dahsyat menerjang perahu yang mereka tumpangi. Seluruh penumpang perahu menjadi sangat panik.
“Ayo, cepat dayung perahunya ke teluk!” teriak Panglima Sendong.
Mendengar seruan itu, para pendayung segera mengayuh perahu mereka dengan cepat agar kapal cepat sampai ke teluk.
Namun, semuanya sudah terlambat. Sebelum perahu itu mencapai teluk, gelombang laut yang semakin besar menabrak bagian lambung perahu. Air laut pun masuk dan memenuhi seluruh bagian perahu. Perahu yang dipenuhi muatan papan kayu itu pun terbalik.
Perahu yang sudah hampir tenggelam itu kemudian terbawa gelombang laut dan akhirnya terhempas ke sebuah karang di sekitar teluk sehingga pecah berantakan.
Tokong (galah) para pendayung pun patah terlihat. Papan kayu yang memenuhi perahu itu sebagian hanyut ke laut dan sebagian yang lain terdampar di tepi teluk. Tak seorangpun penumpang perahu selamat, termasuk Panglima Sendong.
tulis komentar anda