Cerita Para Pelaku UKM Semarang Bertahan di Masa Pandemi COVID-19
Senin, 07 September 2020 - 06:40 WIB
(Baca juga: Hingga Penutupan, Hanya 1 Paslon yang Mendaftar di Sungaipenuh )
Bak oase di tengah padang pasir, pesanan masker itu memantik semangat Anindya Batik untuk memproduksi secara massal masker batik tersebut. Luar biasanya ia berhasil menampung lebih banyak kawan difabel. Setidaknya ada 10 kawan difabel yang dirumahkan dari industri konveksi dan sepatu.
"Dari awalnya kami terdampak karena pandemi sampai akhirnya kami justru buka lapangan pekerjaan karena orderan banyak. Mereka ada yang dari pabrik sepatu dan konveksi yang industrinya tutup yang difabel saya panggil untuk main ke sini. Mereka bilang bisa mengerjakan dan akhirnya ikut ambil kain dikerjakan di rumah. Kurang lebih 10 orang baru yang ditarik selama pandemi, termasuk yang bekerja di pabrik di Pekalongan," ujar dia.
Sementara, Ganjar Pranowo mengatakan tiga UKM itu merupakan contoh bagaimana usaha kecil menengah bisa bertahan dengan caranya masing-masing. Pertama UKM Rajutan Nyonya bisa bertahan serta mengajak ibu rumah tangga dan lansia untuk membuat rajutan.
Kedua Roti Bekatul yang berani menjual produk 50 persen dari harga biasa untuk meningkatkan penjualan. Ketiga Anindya Batik yang bertahan dengan membuat masker batik. (Baca juga: Gelar Konvoi 7 Km, Calon Independen Indramayu Daftar ke KPU )
"Saya sedang cek bagaimana UKM kita bisa survive, bisa jalan, dan mereka masih bisa semangat. Menariknya dari batik Anindya ini adalah penjahitnya penyandang disabilitas. Ada tuna rungu dan tuna wicara," kata Ganjar.
"Ini semuanya bisa bekerja dan produksinya jalan terus-menerus. Ini karya-karya mereka yang perlu kita support, musti kita beli. Kita beli produk teman kita rame-rame," pungkasnya.
Bak oase di tengah padang pasir, pesanan masker itu memantik semangat Anindya Batik untuk memproduksi secara massal masker batik tersebut. Luar biasanya ia berhasil menampung lebih banyak kawan difabel. Setidaknya ada 10 kawan difabel yang dirumahkan dari industri konveksi dan sepatu.
"Dari awalnya kami terdampak karena pandemi sampai akhirnya kami justru buka lapangan pekerjaan karena orderan banyak. Mereka ada yang dari pabrik sepatu dan konveksi yang industrinya tutup yang difabel saya panggil untuk main ke sini. Mereka bilang bisa mengerjakan dan akhirnya ikut ambil kain dikerjakan di rumah. Kurang lebih 10 orang baru yang ditarik selama pandemi, termasuk yang bekerja di pabrik di Pekalongan," ujar dia.
Sementara, Ganjar Pranowo mengatakan tiga UKM itu merupakan contoh bagaimana usaha kecil menengah bisa bertahan dengan caranya masing-masing. Pertama UKM Rajutan Nyonya bisa bertahan serta mengajak ibu rumah tangga dan lansia untuk membuat rajutan.
Kedua Roti Bekatul yang berani menjual produk 50 persen dari harga biasa untuk meningkatkan penjualan. Ketiga Anindya Batik yang bertahan dengan membuat masker batik. (Baca juga: Gelar Konvoi 7 Km, Calon Independen Indramayu Daftar ke KPU )
"Saya sedang cek bagaimana UKM kita bisa survive, bisa jalan, dan mereka masih bisa semangat. Menariknya dari batik Anindya ini adalah penjahitnya penyandang disabilitas. Ada tuna rungu dan tuna wicara," kata Ganjar.
"Ini semuanya bisa bekerja dan produksinya jalan terus-menerus. Ini karya-karya mereka yang perlu kita support, musti kita beli. Kita beli produk teman kita rame-rame," pungkasnya.
(eyt)
tulis komentar anda