Persahabatan Raden Wijaya dan Arya Wiraraja Nyaris Putus usai Pemberontakan Ranggalawe di Majapahit
Selasa, 04 Maret 2025 - 07:33 WIB
Persahabatan Raden Wijaya dan Arya Wiraraja pendiri Kerajaan Majapahit nyaris berantakan usai pemberontakan Ranggalawe. Foto/SindoNews
SEMARANG - Raden Wijaya dan Arya Wiraraja merupakan dua sahabat yang membuat berdirinya Kerajaan Majapahit . Tapi persahabatan keduanya nyaris putus karena kematian anak dari Arya Wiraraja, saat dibunuh oleh pasukan Majapahit.
Ya Ranggalawe memang melakukan pemberontakan ke Majapahit semasa Raden Wijaya bertahta. Pemberontakan itu juga tercatat sebagai pemberontakan pertama di Kerajaan Majapahit. Kesabaran Raden Wijaya memang sudah habis melihat pemberontakan dari Ranggalawe, anak dari Arya Wiraraja, sahabatnya sendiri.
Bagi Raden Wijaya ia pribadi menyukai Ranggalawe yang pemberani dan sigap. Namun, tindakan Ranggalawe justru menjelaskan mengapa ia bisa menjadi sekutu militer yang kuat, tapi sama sekali tak layak menduduki kursi menteri pada masa damai.
Alhasil sebagaimana dikisahkan Earl Drake pada "Gayatri Rajapatni : Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit" dikutip SindoNews, Selasa (4/3/2025) Raden Wijaya tak bisa lagi mentolerir sikap Ranggalawe. Pemberontakan bersenjata Ranggalawe pun tidak dapat ditolerir dan harus segera diberangus.
Dengan berat hati, Raden Wijaya mengirim seorang panglima militer veteran untuk membasmi pemberontakan itu. Sang panglima melaksanakan tugasnya dengan sangat efektif, membunuh Ranggalawe dan menyisakan segelintir pengikutnya.
Akhir peristiwa ini membuat ayah Ranggalawe, yang tak lain sahabatnya sendiri Arya Wiraraja saat jadi Bupati Madura, merasa marah. Setelah habis rasa perkabungannya, pendukung, dan penasihat kunci pertama raja itu pun menghadap Raden Wijaya.
Mereka menuntut agar Sang Raja menepati janjinya dulu-yang dibuat secara terburu-buru untuk memberikan separuh kerajaan kepadanya jika Wijaya naik tahta. Namun Raden Wijaya merasa sangat keberatan harus memecah kerajaan dan membiarkannya terbuka bagi serangan pihak luar.
Namun, Raden Wijaya adalah seorang yang setia pada janjinya dan mengasihi ayah yang baru saja kehilangan anaknya itu. Karena alasan-alasan inilah, ia mengeluarkan prasasti Panggungan (1296), yang menyerahkan daerah Timur kerajaan, beserta sebagian besar urusan-urusan administrasinya ke tangan Arya Wiraraja.
Sementara selebihnya, termasuk Ibu Kota Majapahit, tetap di bawah kendali sang raja. Namun, prasasti tersebut juga menegaskan posisi Raden Wijaya sebagai pimpinan resmi seantero kerajaan dan menekankan kedudukan Nambi sebagai Mahapatih Majapahit, serta memuji kehandalannya.
Ya Ranggalawe memang melakukan pemberontakan ke Majapahit semasa Raden Wijaya bertahta. Pemberontakan itu juga tercatat sebagai pemberontakan pertama di Kerajaan Majapahit. Kesabaran Raden Wijaya memang sudah habis melihat pemberontakan dari Ranggalawe, anak dari Arya Wiraraja, sahabatnya sendiri.
Bagi Raden Wijaya ia pribadi menyukai Ranggalawe yang pemberani dan sigap. Namun, tindakan Ranggalawe justru menjelaskan mengapa ia bisa menjadi sekutu militer yang kuat, tapi sama sekali tak layak menduduki kursi menteri pada masa damai.
Alhasil sebagaimana dikisahkan Earl Drake pada "Gayatri Rajapatni : Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit" dikutip SindoNews, Selasa (4/3/2025) Raden Wijaya tak bisa lagi mentolerir sikap Ranggalawe. Pemberontakan bersenjata Ranggalawe pun tidak dapat ditolerir dan harus segera diberangus.
Dengan berat hati, Raden Wijaya mengirim seorang panglima militer veteran untuk membasmi pemberontakan itu. Sang panglima melaksanakan tugasnya dengan sangat efektif, membunuh Ranggalawe dan menyisakan segelintir pengikutnya.
Baca Juga
Akhir peristiwa ini membuat ayah Ranggalawe, yang tak lain sahabatnya sendiri Arya Wiraraja saat jadi Bupati Madura, merasa marah. Setelah habis rasa perkabungannya, pendukung, dan penasihat kunci pertama raja itu pun menghadap Raden Wijaya.
Mereka menuntut agar Sang Raja menepati janjinya dulu-yang dibuat secara terburu-buru untuk memberikan separuh kerajaan kepadanya jika Wijaya naik tahta. Namun Raden Wijaya merasa sangat keberatan harus memecah kerajaan dan membiarkannya terbuka bagi serangan pihak luar.
Namun, Raden Wijaya adalah seorang yang setia pada janjinya dan mengasihi ayah yang baru saja kehilangan anaknya itu. Karena alasan-alasan inilah, ia mengeluarkan prasasti Panggungan (1296), yang menyerahkan daerah Timur kerajaan, beserta sebagian besar urusan-urusan administrasinya ke tangan Arya Wiraraja.
Sementara selebihnya, termasuk Ibu Kota Majapahit, tetap di bawah kendali sang raja. Namun, prasasti tersebut juga menegaskan posisi Raden Wijaya sebagai pimpinan resmi seantero kerajaan dan menekankan kedudukan Nambi sebagai Mahapatih Majapahit, serta memuji kehandalannya.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda