Kisah Panasnya Perang Intelijen Indonesia vs Uni Soviet di Masa Lampau
Minggu, 09 Februari 2025 - 14:37 WIB
Selain itu, diketahui juga adanya perekrut ulung di tubuh militer Indonesia itu bernama Vladimir Abromov. Dari Abromov terungkap juga sejumlah sandi yang menjadi kebiasaan mata-mata Soviet.
Pada pertengahan Juni 1972, kerja senyap Petrov untuk Satsus Intel terbongkar agen Soviet. Terungkapnya penyamaran sebagai agen ganda itu terjadi akibat kecerobohannya sendiri.
Untung saja, Petrov yang diburu agen Soviet masih berhasil diselamatkan ke Filipina, lalu dipindahkan ke Washington DC. CIA di Amerika kemudian memberi suaka Petrov di Virginia.
"Dengan nama sandi Houdini, ia (Petrov) terbukti menjadi salah satu agen pembelot GRU yang paling produktif pada waktu itu," ungkap Ken Conboy.
Menurut laporan Houdini, diketahui agen Soviet sengaja tidak memperlihatkan reaksi yang berlebihan dari momen pengkhianatan Petrov.
Sebaliknya, mereka tetap melakukan perekrutan anggota baru dan menjadi lebih agresif.
Menurut catatan Ken Conboy, dari sekian institusi yang menjadi sasaran, tidak ada yang lebih menarik selain angkatan bersenjata (militer). Sejumlah kegiatan rekrutmen intelijen Soviet pun terbongkar.
Pada 1971 misalnya, KGB berusaha merekrut ajudan Jenderal Nasution. Lalu, di tahun 1972, agen GRU mencoba mendekati seorang letnan angkatan darat.
Sebagaimana dijelaskan di atas, Satsus Intel rezim Soeharto memang suka menangani kegiatan agen Soviet dengan aksi yang berbeda-beda. Namun, sebagian besarnya dilakukan dengan tindakan kontraintelijen.
Salah satunya operasi dengan sandi Jaring terjadi pada 1974. Kemudian, ada operasi bersandi Belati Ganda tahun 1975 hingga operasi bersandi Ubur-ubur.
Pada pertengahan Juni 1972, kerja senyap Petrov untuk Satsus Intel terbongkar agen Soviet. Terungkapnya penyamaran sebagai agen ganda itu terjadi akibat kecerobohannya sendiri.
Untung saja, Petrov yang diburu agen Soviet masih berhasil diselamatkan ke Filipina, lalu dipindahkan ke Washington DC. CIA di Amerika kemudian memberi suaka Petrov di Virginia.
"Dengan nama sandi Houdini, ia (Petrov) terbukti menjadi salah satu agen pembelot GRU yang paling produktif pada waktu itu," ungkap Ken Conboy.
Menurut laporan Houdini, diketahui agen Soviet sengaja tidak memperlihatkan reaksi yang berlebihan dari momen pengkhianatan Petrov.
Sebaliknya, mereka tetap melakukan perekrutan anggota baru dan menjadi lebih agresif.
Menurut catatan Ken Conboy, dari sekian institusi yang menjadi sasaran, tidak ada yang lebih menarik selain angkatan bersenjata (militer). Sejumlah kegiatan rekrutmen intelijen Soviet pun terbongkar.
Pada 1971 misalnya, KGB berusaha merekrut ajudan Jenderal Nasution. Lalu, di tahun 1972, agen GRU mencoba mendekati seorang letnan angkatan darat.
Sebagaimana dijelaskan di atas, Satsus Intel rezim Soeharto memang suka menangani kegiatan agen Soviet dengan aksi yang berbeda-beda. Namun, sebagian besarnya dilakukan dengan tindakan kontraintelijen.
Salah satunya operasi dengan sandi Jaring terjadi pada 1974. Kemudian, ada operasi bersandi Belati Ganda tahun 1975 hingga operasi bersandi Ubur-ubur.
Lihat Juga :
tulis komentar anda