Jaksa Sebut Keterangan 3 Terdakwa Perkara Sunda Empire Ngawur
Rabu, 26 Agustus 2020 - 21:22 WIB
BANDUNG - Tim jaksa penuntut umum (JPU) dalam perkara Sunda Empire menilai keterangan yang disampaikan terdakwa Nasri Banks, Raden Ratna Ningrum, dan Ki Ageng Raden Rangga Sasana di persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Jalan RE Martadinata, pada Selasa (25/8/2020), ngawur.
Keterangan ketiga terdakwa, terutama Nasri Banks dan Rangga Sasana, tak memberikan kejelasan apapun. Terdakwa Nasri dan Rangga Sasana masih mengulang cerita tentang Sunda Empire yang diyakininya benar. (BACA JUGA: Nasri: Jika Tidak Daftar Ulang ke Sunda Empire, Semua Negara Tak Boleh Cetak Uang )
"Terkait pemeriksaan terdakwa, menurut versi jaksa, keterangan terdakwa ngawur. Enggak ada yang benar," kata Sukanda, jaksa Kejati Jabar, salah satu JPU dalam perkara itu, Rabu (26/8/2020). (BACA JUGA: Rangga Nyesel Sunda Empire Bikin Gaduh tapi Tak Ngaku Salah, Ini Alasannya )
Sukanda mengemukakan, keterangan yang disampaikan para terdakwa di persidangan hanya persepsi dan tidak bisa dibuktikan. Seperti, bagaimana mencairkan uang di bank dan segalanya, termasuk soal kewajiban semua negara di dunia daftar ulang ke Sunda Empire. (BACA JUGA: Jenderal Bintang 3 Hadir di Sidang Sunda Empire, Majelis Hakim Tertawa )
Jika tak daftar ulang, semua negara dilarang mencetak mata uang. Bahkan Nasri Banks meyakini bahwa Sunda Empire memiliki kuasa atas tatanan dunia. "Kan enggak jelas, ngawur, dan tidak bisa dibuktikan," ujar Sukanda.
Sidang lanjutan kasus Sunda Empire akan dilanjutkan pada 8 September dengan agenda pembacaan tuntutan dari jaksa penuntut umum. "Kami akan siapkan tuntutan pada sidang selanjutnya," tutur Sukanda.
Ketiga terdakwa, Nasri Banks yang menjabat Perdana Menteri atau Grand Prime Minister Sunda Empire, Raden Ratna Ningrum yang menjabat sebagai Ratu Sunda Empire, dan Rangga Sasana sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Sunda Empire, didakwa melakukan tindak pidana menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran di kalangan rakyat.
Perbuatan ini diatur dalam Pasal 14 ayat 1 dan 2 Undang-undang nomor 1 tahun 1946 KUHP juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP serta Pasal 15 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Mereka terancam hukuman 10 tahun penjara.
Seperti diberitakan sebelumnya, Nasri Banks tetap keukeuh dengan ceritanya tentang Sunda Empire yang diyakininya memiliki kuasa atas tatanan dunia. "Setiap siklus 75 tahun, itu masuk titik nol. Jadi setelah bom atom di Hiroshima Jepang pada 1945, semua kembali ketitik nol, titik pusat. Setiap 75 tahun, semua negara harus mendaftar ke Bandung. Jika tidak melakukan daftar ulang, negara-negara tak boleh mencetak uang. Ada aset yang disimpan di Swiss bank pada tahun 1648 di perjanjian murder di Swiss penyimpanan aset pencetak uang," kata Nasri Banks di persidangan.
Keterangan ketiga terdakwa, terutama Nasri Banks dan Rangga Sasana, tak memberikan kejelasan apapun. Terdakwa Nasri dan Rangga Sasana masih mengulang cerita tentang Sunda Empire yang diyakininya benar. (BACA JUGA: Nasri: Jika Tidak Daftar Ulang ke Sunda Empire, Semua Negara Tak Boleh Cetak Uang )
"Terkait pemeriksaan terdakwa, menurut versi jaksa, keterangan terdakwa ngawur. Enggak ada yang benar," kata Sukanda, jaksa Kejati Jabar, salah satu JPU dalam perkara itu, Rabu (26/8/2020). (BACA JUGA: Rangga Nyesel Sunda Empire Bikin Gaduh tapi Tak Ngaku Salah, Ini Alasannya )
Sukanda mengemukakan, keterangan yang disampaikan para terdakwa di persidangan hanya persepsi dan tidak bisa dibuktikan. Seperti, bagaimana mencairkan uang di bank dan segalanya, termasuk soal kewajiban semua negara di dunia daftar ulang ke Sunda Empire. (BACA JUGA: Jenderal Bintang 3 Hadir di Sidang Sunda Empire, Majelis Hakim Tertawa )
Jika tak daftar ulang, semua negara dilarang mencetak mata uang. Bahkan Nasri Banks meyakini bahwa Sunda Empire memiliki kuasa atas tatanan dunia. "Kan enggak jelas, ngawur, dan tidak bisa dibuktikan," ujar Sukanda.
Sidang lanjutan kasus Sunda Empire akan dilanjutkan pada 8 September dengan agenda pembacaan tuntutan dari jaksa penuntut umum. "Kami akan siapkan tuntutan pada sidang selanjutnya," tutur Sukanda.
Ketiga terdakwa, Nasri Banks yang menjabat Perdana Menteri atau Grand Prime Minister Sunda Empire, Raden Ratna Ningrum yang menjabat sebagai Ratu Sunda Empire, dan Rangga Sasana sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Sunda Empire, didakwa melakukan tindak pidana menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran di kalangan rakyat.
Perbuatan ini diatur dalam Pasal 14 ayat 1 dan 2 Undang-undang nomor 1 tahun 1946 KUHP juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP serta Pasal 15 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Mereka terancam hukuman 10 tahun penjara.
Seperti diberitakan sebelumnya, Nasri Banks tetap keukeuh dengan ceritanya tentang Sunda Empire yang diyakininya memiliki kuasa atas tatanan dunia. "Setiap siklus 75 tahun, itu masuk titik nol. Jadi setelah bom atom di Hiroshima Jepang pada 1945, semua kembali ketitik nol, titik pusat. Setiap 75 tahun, semua negara harus mendaftar ke Bandung. Jika tidak melakukan daftar ulang, negara-negara tak boleh mencetak uang. Ada aset yang disimpan di Swiss bank pada tahun 1648 di perjanjian murder di Swiss penyimpanan aset pencetak uang," kata Nasri Banks di persidangan.
tulis komentar anda