Efisiensi Logistik, Pelaku Bisnis Multimoda Harus Berkolaborasi
Minggu, 23 Agustus 2020 - 20:59 WIB
(Baca juga: Kecelakaan Maut di Tol Cipali, Ini Daftar Korbannya )
Di antaranya menghidupkan kembali atau membangun jalur kereta api sebagai akses ke pelabuhan . Hal ini dapat mengurangi konsumsi BBM untuk truk yang masih mendominasi porsi moda angkutan di Indonesia.
Ia menegaskan, perlu ada perimbangan porsi angkutan logistik di Indonesia. “Saat ini angkutan logistik masih terlalu mengandalkan angkutan jalan (darat) dengan presentase 90,4 persen. Sementara (angkutan) laut hanya 7 persen dan penyeberangan (ferry) hanya 2 persen. Kemudian kereta api malah hanya 0,6 persen,” paparnya.
Cris melihat hal tersebut merupakan salah satu penyebab tingginya biaya logistik nasional . Peningkatan penggunaan angkutan laut, penyeberangan, dan kereta api akan meningkatkan efisiensi karena kapal dan kereta api merupakan moda angkutan dengan biaya terendah bila dikomparansi dengan kemampuan angkutnya.
"Pemerintah telah menerbitkan sejumlah regulasi yang mengatur keterpaduan angkutan multimoda. Mulai dari Peraturan Presiden, Peraturan Pemerintah, hingga Peraturan Menteri Perhubungan. Sehingga diharapkan bisa mendorong partisipasi dan kolaborasi yang lebih selaras dari banyak pihak," kata Cris Kuntadi.
(Baca juga: Kader PDIP Surabaya Mati-matian Menangkan Calon Pilihan Megawati )
Sementara itu, Direktur Utama Pelindo Marines (Pelindo III Group), Eko Hariyadi Budiyanto menyebutkan bahwa marine & logistics merupakan sektor jasa yang relatif bisa bertahan, bahkan berkembang, di masa pandemi COVID-19 ini.
"Potensi ekonomi dari sektor marine & logistics juga terbuka dari pasar internasional, yakni jasa pemanduan di Selat Malaka, perairan internasional di wilayah Indonesia, Malaysia, dan Singapura," ujarnya.
Setidaknya ada sekitar 75 ribu kapal per tahun yang melintasi Selat Malaka. Pelindo Marines merupakan entitas BUMN Indonesia yang sudah menggarap jasa pemanduan internasional tersebut.
"Layanan marine dan logistik yang terintegrasi sangat potensial, tidak hanya pemanduan kapal, tetapi juga dikembangkan ke penundaan kapal, ship-to-ship transfer, bunkering, supplies, spare parts, hingga kru kapal. Sehingga potensi ekonomi maritimnya sangat besar untuk digarap dengan kolaborasi bersama," tandasnya.
Di antaranya menghidupkan kembali atau membangun jalur kereta api sebagai akses ke pelabuhan . Hal ini dapat mengurangi konsumsi BBM untuk truk yang masih mendominasi porsi moda angkutan di Indonesia.
Ia menegaskan, perlu ada perimbangan porsi angkutan logistik di Indonesia. “Saat ini angkutan logistik masih terlalu mengandalkan angkutan jalan (darat) dengan presentase 90,4 persen. Sementara (angkutan) laut hanya 7 persen dan penyeberangan (ferry) hanya 2 persen. Kemudian kereta api malah hanya 0,6 persen,” paparnya.
Cris melihat hal tersebut merupakan salah satu penyebab tingginya biaya logistik nasional . Peningkatan penggunaan angkutan laut, penyeberangan, dan kereta api akan meningkatkan efisiensi karena kapal dan kereta api merupakan moda angkutan dengan biaya terendah bila dikomparansi dengan kemampuan angkutnya.
"Pemerintah telah menerbitkan sejumlah regulasi yang mengatur keterpaduan angkutan multimoda. Mulai dari Peraturan Presiden, Peraturan Pemerintah, hingga Peraturan Menteri Perhubungan. Sehingga diharapkan bisa mendorong partisipasi dan kolaborasi yang lebih selaras dari banyak pihak," kata Cris Kuntadi.
(Baca juga: Kader PDIP Surabaya Mati-matian Menangkan Calon Pilihan Megawati )
Sementara itu, Direktur Utama Pelindo Marines (Pelindo III Group), Eko Hariyadi Budiyanto menyebutkan bahwa marine & logistics merupakan sektor jasa yang relatif bisa bertahan, bahkan berkembang, di masa pandemi COVID-19 ini.
"Potensi ekonomi dari sektor marine & logistics juga terbuka dari pasar internasional, yakni jasa pemanduan di Selat Malaka, perairan internasional di wilayah Indonesia, Malaysia, dan Singapura," ujarnya.
Setidaknya ada sekitar 75 ribu kapal per tahun yang melintasi Selat Malaka. Pelindo Marines merupakan entitas BUMN Indonesia yang sudah menggarap jasa pemanduan internasional tersebut.
"Layanan marine dan logistik yang terintegrasi sangat potensial, tidak hanya pemanduan kapal, tetapi juga dikembangkan ke penundaan kapal, ship-to-ship transfer, bunkering, supplies, spare parts, hingga kru kapal. Sehingga potensi ekonomi maritimnya sangat besar untuk digarap dengan kolaborasi bersama," tandasnya.
tulis komentar anda