Kisah Din Minimi Panglima GAM Kembali ke Pangkuan NKRI Setelah Didatangi Langsung Sutiyoso

Senin, 08 Juli 2024 - 10:45 WIB
“Akhirnya saya bertiga aja. Kita ke tempat dia. Dikepung 120 orang di tempat Din Minimi. Kalau mau populer bantai saja atau saya disandera tetapi kan saya bukan bonek (bondo nekat). Saya ada latar belakang, ada keyakinan gitu,” terangnya.



Dalam situasi terkepung, Sutiyoso yang memiliki kemampuan intelijen dan terbiasa menghadapi situasi genting di medan operasi tak gentar. Dengan senjata yang sudah dikokang dan siap diletuskan tersebut, Sutiyoso kemudian mengajak kelompok tersebut untuk berdialog.

“Saat itu saya bawa pistol, anak buah saya bawa AK. Saya juga bawa cadangan magazine penuh, sudah saya kokang saya kunci. Untuk jaga-jaga,” ucapnya.

Dengan tenang dan penuh kewaspadaan tinggi, Bang Yos melakukan strategi soft approach atau persuasif dan mengajak Din Minimi serta pengikutnya berdialog. ”Sempat saya ngomong, Din, aku ini hanya 3 orang mana menang lawan 120 orang. Kenapa saya berani, karena saya percaya kamu, maka saya minta kamu percaya juga,” katanya.

”Tapi aku juga ngomong, Din, aku bertiga bawa senjata enggak apa-apakan? Itu semuanya saya declare aja, supaya dia paham macam-macam, kamu mati juga, kira-kira begitu. Saya bilang sama mereka jangan konyol,” imbuh Bang Yos.

Upaya Sutiyoso menaklukkan Din Minimi dan pengikutnya akhirnya berhasil tanpa letusan peluru dan satupun korban jiwa setelah berdialog cukup panjang dan alot. Din Minimi akhirnya menyerah dan mau kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

“Jam 5 pagi dia baru final menyerah. Walaupun dia kaku tapi sempat bilang kepada anak buahnya untuk menyerah. Kemudian 10 orang membawa senjata 60 senjata, diserahkan langsung ke Jakarta diantar bupatinya,” jelas Sutiyoso.

Bang Yos mengatakan senjata yang dimiliki kelompok Din Minimi merupakan peninggalan sisa-sisa konflik dahulu karena masih ada senjata yang belum diserahkan. ‎Menurutnya, tidak menutup kemungkinan senjata yang diselundupkan dari perbatasan.

"Karena saya pernah tugas 10 bulan tahun 1978 dulu ya, mengawasi pantai utara itu amat sulit, tidak tercover. (senjata) bisa dari Thailand, bisa dari Filipina," ucapnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content