Kisah Sarijo, Anggota TNI Asal Bantul Yang Tak Malu Usaha Sampingan Jualan Sate Kronyos
Minggu, 16 Juni 2024 - 17:30 WIB
Semua itu, kata dia, tak lain agar bisa membahagiakan istri dan ketiga anaknya. Terlebih, apa yang dia lakukan tidak merugikan orang lain, dan usahanya halal. “Kenapa harus malu, asalkan halal, tidak mencuri,” katanya.
Untuk lokasi berjualan, Sarijo awalnya berpindah-pindah. Namun, saking banyaknya pembeli, sekarang ia lebih sering berjualan di depan Kantor Kapanewon, Panggang.
Setiap harinya, sepulang berdinas, mulai pukul 14.30 WIB, dia akan mempersiapkan dagangan dengan gerobak motor. "Jadi yang nyiapin semuanya istri, saya tinggal masukin ke gerobak yang buat keliling," tuturnya.
Sarijo yang tinggal di Dusun Potrobayan, Kalurahan Srihardono, Pundong, Bantul itu mengaku dalam sehari bisa menghabiskan 300-400 tusuk sate kronyos. Satu tusuk sate, dia jual dengan harga Rp2.000.
Tak ada hari libur baginya. Hanya saja, ketika ada tugas dalam kedinasan yang belum selesai, dia tidak berjualan seperti biasanya.
"Tetap bagi saya yang utama adalah dinas. Pimpinan juga memaklumi, pesannya ya yang paling utama dinas," paparnya.
Sementara, salah seorang pembeli, Dwiningsih Handayani warga Bantul mengaku sate kronyos buatan Sarijo memiliki rasa yang nikmat. Pedas, gurih dan manis bercampur menjadi satu rasa yang enak di dalam mulut.
"Saya baru pertama kali coba, soalnya saya biasanya enggak suka sama wanginya. Tapi tadi ini dari wanginya sudah enak, gurih, pedas, asin campur jadi satu, enak," katanya.
Tak hanya itu, Dwi mengaku tidak menyukai sate kronyos karena biasanya saat dimakan akan meninggalkan sisa lemak yang menempel di mulut. Tetapi, sate kronyos buatan Sarijo sama sekali tidak menempel, meski kandungan lemaknya sangat banyak.
Untuk lokasi berjualan, Sarijo awalnya berpindah-pindah. Namun, saking banyaknya pembeli, sekarang ia lebih sering berjualan di depan Kantor Kapanewon, Panggang.
Setiap harinya, sepulang berdinas, mulai pukul 14.30 WIB, dia akan mempersiapkan dagangan dengan gerobak motor. "Jadi yang nyiapin semuanya istri, saya tinggal masukin ke gerobak yang buat keliling," tuturnya.
Sarijo yang tinggal di Dusun Potrobayan, Kalurahan Srihardono, Pundong, Bantul itu mengaku dalam sehari bisa menghabiskan 300-400 tusuk sate kronyos. Satu tusuk sate, dia jual dengan harga Rp2.000.
Tak ada hari libur baginya. Hanya saja, ketika ada tugas dalam kedinasan yang belum selesai, dia tidak berjualan seperti biasanya.
"Tetap bagi saya yang utama adalah dinas. Pimpinan juga memaklumi, pesannya ya yang paling utama dinas," paparnya.
Sementara, salah seorang pembeli, Dwiningsih Handayani warga Bantul mengaku sate kronyos buatan Sarijo memiliki rasa yang nikmat. Pedas, gurih dan manis bercampur menjadi satu rasa yang enak di dalam mulut.
"Saya baru pertama kali coba, soalnya saya biasanya enggak suka sama wanginya. Tapi tadi ini dari wanginya sudah enak, gurih, pedas, asin campur jadi satu, enak," katanya.
Tak hanya itu, Dwi mengaku tidak menyukai sate kronyos karena biasanya saat dimakan akan meninggalkan sisa lemak yang menempel di mulut. Tetapi, sate kronyos buatan Sarijo sama sekali tidak menempel, meski kandungan lemaknya sangat banyak.
Lihat Juga :
tulis komentar anda