Sektor Logistik Minus 30% pada Triwulan 2, Ini Penjelasan SCI
Selasa, 11 Agustus 2020 - 13:36 WIB
BANDUNG - Ekonomi Indonesia triwulan II/2020 tercatat mengalami kontraksi sebesar 5,32%. Perlambatan ini juga disebabkan turunnya sektor logistik yang terkontraksi hingga 30%. Berdasarkan analisis Supply Chain Indonesia (SCI), pada periode tersebut sektor logistik (lapangan usaha transportasi dan pergudangan) mengalami kontraksi tertinggi, yaitu sebesar 30,84% y-on-y atau 29,22% q-to-q.
Kontraksi terbesar sektor logistik pada angkutan udara sebesar 80,23% y-on-y. Dikuti oleh angkutan rel sebesar 63,75%, angkutan pergudangan dan jasa penunjang angkutan:pos dan kurir 38,69%, angkutan sungai, danau, dan penyeberangan 26,66%, angkutan darat 17,65%, dan angkutan laut sebesar 17,48%. (Baca: Minus 5,98, Ekonomi Jabar Triwulan 2 Anjlok Cukup Dalam )
Chairman SCI Setijadi menjelaskan, salah satu penyebab kontraksi sektor logistik itu adalah penurunan volume ekspor dan impor. Ekspor barang dan jasa terkontraksi 11,66%, sementara impor terkontraksi 16,96% (y-on-y).
"Walaupun, sektor ini tertolong oleh lapangan usaha pertanian yang masih tumbuh 16,24% (q-to-q), sementara hampir semua sektor lainnya terkontraksi. Sektor perdagangan, misalnya, terkontraksi sebesar 7,57%," jelas dia. (Baca: Ekonomi Jawa Barat Melambat, Ini Kata Kepala BI )
Setijadi menyatakan kontraksi ini disebabkan antara lain oleh penutupan gerai-gerai penjualan selama pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai wilayah. Kontraksi perdagangan juga dipengaruhi penurunan permintaan karena penurunan daya beli masyarakat yang berimbas pengurangan aktivitas produksi dan distribusi.
"Tapi mulai pulihnya perdagangan diharapkan dapat meningkatkan kembali sektor logistik dan perekonomian pada periode selanjutnya," imbuh dia.
Kontraksi terbesar sektor logistik pada angkutan udara sebesar 80,23% y-on-y. Dikuti oleh angkutan rel sebesar 63,75%, angkutan pergudangan dan jasa penunjang angkutan:pos dan kurir 38,69%, angkutan sungai, danau, dan penyeberangan 26,66%, angkutan darat 17,65%, dan angkutan laut sebesar 17,48%. (Baca: Minus 5,98, Ekonomi Jabar Triwulan 2 Anjlok Cukup Dalam )
Chairman SCI Setijadi menjelaskan, salah satu penyebab kontraksi sektor logistik itu adalah penurunan volume ekspor dan impor. Ekspor barang dan jasa terkontraksi 11,66%, sementara impor terkontraksi 16,96% (y-on-y).
"Walaupun, sektor ini tertolong oleh lapangan usaha pertanian yang masih tumbuh 16,24% (q-to-q), sementara hampir semua sektor lainnya terkontraksi. Sektor perdagangan, misalnya, terkontraksi sebesar 7,57%," jelas dia. (Baca: Ekonomi Jawa Barat Melambat, Ini Kata Kepala BI )
Setijadi menyatakan kontraksi ini disebabkan antara lain oleh penutupan gerai-gerai penjualan selama pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai wilayah. Kontraksi perdagangan juga dipengaruhi penurunan permintaan karena penurunan daya beli masyarakat yang berimbas pengurangan aktivitas produksi dan distribusi.
"Tapi mulai pulihnya perdagangan diharapkan dapat meningkatkan kembali sektor logistik dan perekonomian pada periode selanjutnya," imbuh dia.
(don)
tulis komentar anda