Kemarau Panjang, Petani di Kolaka Timur Rugi Rp14,6 Miliar Akibat Gagal Panen
Jum'at, 20 Oktober 2023 - 16:09 WIB
KOLAKA TIMUR - 508 hektare sawah di Desa Bou, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) gagal panen akibat kemarau panjang. Pemerintah daerah (Pemda) setempat mencatat nilai kerugian petani ditaksir mencapai Rp14,6 miliar.
Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Koltim, Abdul Azis mengatakan pihaknya telah mendampingi langsung tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sultra meninjau kawasan persawahanbyang puso di Desa Bou. Petani pasrah padinya gagal panen karena sumber air juga mengering.
"Langkah paling penting yang harus dilakukan saat ini yakni menyiapkan sumur bor. Kami butuh 30 unit sebagaimana jumlah perhitungan BPBD Sultra di lapangan," ujarnya, Jum'at (20/10/2023).
Sebelumnya, kata Abdul Azis, Pemkab telah berupaya memberikan alkon kepada para petani agar bisa mendistribusikan air ke sawah mereka. Langkah itu tidak efektif lantaran sejumlah sumber mata air justru mengering.
Di Koltim, hamparan sawah disebutkan kurang lebih seluas 19.000 Hektare. 1.100 hektare diantaranya berada di Desa Bou yang mana sejumlah 508 Hektare mengering. "Kami berharap bisa segera mendapatkan bantuan sumur bor agar kekeringan bisa diatasi dan petani terdampak mendapat bantuan," harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Koltim, Ridwan menyebutkan hasil perhitungan komulatif dari nilai kerugian petani sebesar Rp14,6 miliar. Selain itu, petaninya kini dilema karena tidak punya benih simpanan untuk ditanam pada musim selanjutnya.
"Benih mereka itu kasian disisipkan dari hasil penennya. Sekarang tidak punya karena tidak ada yang bisa dipanen," iba Ridwan.
Kata Ridwan, pihaknya telah bersurat ke Distanak Sultra yang ditembuskan ke Gubernur terkait permintaan bantuan benih padi. Petani terdampak puso saat ini dikemukakan membutuhkan benih sebanyak 13 ton untuk ditanam saat musim hujan tiba.
Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Koltim, Abdul Azis mengatakan pihaknya telah mendampingi langsung tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sultra meninjau kawasan persawahanbyang puso di Desa Bou. Petani pasrah padinya gagal panen karena sumber air juga mengering.
"Langkah paling penting yang harus dilakukan saat ini yakni menyiapkan sumur bor. Kami butuh 30 unit sebagaimana jumlah perhitungan BPBD Sultra di lapangan," ujarnya, Jum'at (20/10/2023).
Sebelumnya, kata Abdul Azis, Pemkab telah berupaya memberikan alkon kepada para petani agar bisa mendistribusikan air ke sawah mereka. Langkah itu tidak efektif lantaran sejumlah sumber mata air justru mengering.
Di Koltim, hamparan sawah disebutkan kurang lebih seluas 19.000 Hektare. 1.100 hektare diantaranya berada di Desa Bou yang mana sejumlah 508 Hektare mengering. "Kami berharap bisa segera mendapatkan bantuan sumur bor agar kekeringan bisa diatasi dan petani terdampak mendapat bantuan," harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Koltim, Ridwan menyebutkan hasil perhitungan komulatif dari nilai kerugian petani sebesar Rp14,6 miliar. Selain itu, petaninya kini dilema karena tidak punya benih simpanan untuk ditanam pada musim selanjutnya.
"Benih mereka itu kasian disisipkan dari hasil penennya. Sekarang tidak punya karena tidak ada yang bisa dipanen," iba Ridwan.
Kata Ridwan, pihaknya telah bersurat ke Distanak Sultra yang ditembuskan ke Gubernur terkait permintaan bantuan benih padi. Petani terdampak puso saat ini dikemukakan membutuhkan benih sebanyak 13 ton untuk ditanam saat musim hujan tiba.
(hri)
tulis komentar anda