Malam Keramat di Keraton Gunung Kawi Malang Dianggap Sakral
Jum'at, 20 Oktober 2023 - 08:14 WIB
Kemudian, area berikutnya yang biasanya digunakan berdiam diri dan berdoa, ziarah, yakni di bangunan makam Toenggol Manik Djaja Ningrat dan Toenggol Wati di atas bangunan keraton.
"Yang tingkatan tertinggi di Pesanggrahan Keraton Gunung Kawi, tapi itu tidak dibuka setiap hari. Kalau ada yang minta dan diizinkan oleh juru kuncinya biasanya, kalau ada keperluan saja dibukanya," kata warga Balesari, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang ini.
Jono menjelaskan, biasanya selama proses doa para pengunjung akan mengadukan tujuan mereka, berdoa meminta diberikan kelancaran rezeki. Di mana mereka juga biasanya mempersembahkan makanan untuk syukuran, beberapa sesajen, dan dupa.
"Dibatin tujuannya apa, tawasulan, dikasih lancar rejekinya. Ya paling satu jam, paling lama 3-5 jam, tujuannya sama yang penting berdoa. Satu jam sama semalam sama saja, kalau semalaman malah ketiduran," terang dia.
Ia juga mengakui ada beberapa pengunjung yang datang bukan untuk tujuan berdoa, melainkan untuk mencari beberapa benda-benda berkaitan spiritual. Diakui memang di lokasi sekitar keraton, ada aktivitas pencarian benda-benda pusaka, hingga aktivitas berkaitan dengan gaib.
"Di sini orang itu macam-macam tujuannya, ada yang gaib tujuan YouTube, kadang salah sasaran. Orang tujuannya aneh-aneh, tuyul atau apa, padahal di sini nggak ada, itu cuma cara-caranya setiap orang berbeda-beda," tuturnya.
Para pengunjung yang biasanya berhasil dikatakan Jono akan kembali, untuk mempersembahkan syukuran sebagai rasa syukur akan rezeki yang didapat. Tetapi diakui hal itu tidak menjadi wajib dinominalkan atau ada patokan nilai.
"Urusannya apa, dikasih lancar berhasil, sukses, syukuran. Tergantung tamunya, yang punya uang tamunya, kalau ada rezeki ya dikasih, ya kalau terkabul kalau tidak kan tambah susah," ujarnya.
"Yang tingkatan tertinggi di Pesanggrahan Keraton Gunung Kawi, tapi itu tidak dibuka setiap hari. Kalau ada yang minta dan diizinkan oleh juru kuncinya biasanya, kalau ada keperluan saja dibukanya," kata warga Balesari, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang ini.
Jono menjelaskan, biasanya selama proses doa para pengunjung akan mengadukan tujuan mereka, berdoa meminta diberikan kelancaran rezeki. Di mana mereka juga biasanya mempersembahkan makanan untuk syukuran, beberapa sesajen, dan dupa.
"Dibatin tujuannya apa, tawasulan, dikasih lancar rejekinya. Ya paling satu jam, paling lama 3-5 jam, tujuannya sama yang penting berdoa. Satu jam sama semalam sama saja, kalau semalaman malah ketiduran," terang dia.
Ia juga mengakui ada beberapa pengunjung yang datang bukan untuk tujuan berdoa, melainkan untuk mencari beberapa benda-benda berkaitan spiritual. Diakui memang di lokasi sekitar keraton, ada aktivitas pencarian benda-benda pusaka, hingga aktivitas berkaitan dengan gaib.
"Di sini orang itu macam-macam tujuannya, ada yang gaib tujuan YouTube, kadang salah sasaran. Orang tujuannya aneh-aneh, tuyul atau apa, padahal di sini nggak ada, itu cuma cara-caranya setiap orang berbeda-beda," tuturnya.
Para pengunjung yang biasanya berhasil dikatakan Jono akan kembali, untuk mempersembahkan syukuran sebagai rasa syukur akan rezeki yang didapat. Tetapi diakui hal itu tidak menjadi wajib dinominalkan atau ada patokan nilai.
"Urusannya apa, dikasih lancar berhasil, sukses, syukuran. Tergantung tamunya, yang punya uang tamunya, kalau ada rezeki ya dikasih, ya kalau terkabul kalau tidak kan tambah susah," ujarnya.
(shf)
tulis komentar anda