Malam Keramat di Keraton Gunung Kawi Malang Dianggap Sakral

Jum'at, 20 Oktober 2023 - 08:14 WIB
loading...
Malam Keramat di Keraton Gunung Kawi Malang Dianggap Sakral
Keraton Gunung Kawi, Malang, Jawa Timur erat dengan wisata religi di malam keramat dan sakral. Foto/MPI/Avirista Midaada
A A A
MALANG - Keraton Gunung Kawi menjadi salah satu objek wisata spiritual di Malang, Jawa Timur. Keraton yang berlokasi di Desa Balesari, Kecamatan Ngajum ini kerap ramai dikunjungi masyarakat ketika momen malam keramat.

Jono, pemandu wisata Keraton Gunung Kawi mengakui, beberapa pengunjung yang sudah berkunjung lebih dari satu kali dan tujuannya tercapainya, biasanya akan datang kembali. Mereka datang ketika momen malam yang dianggap sakral.



"Kalau ramainya malam Jumat legi, sama kayak pesarean (di Gunung Kawi), orang sini sowan. Kalau dapat rejeki syukuran, ramainya (untuk acara syukuran) biasanya," ucap Jono saat dikonfirmasi.

Selain proses syukuran dari tujuan yang sudah terpenuhi, biasanya para pengunjung akan datang untuk melakukan tawasulan, berdiam diri, berdoa, sambil memohon kepada Tuhan di area Keraton Gunung Kawi. Biasanya selain berdoa, mereka juga akan memberikan sesajen kepada leluhur.

"Kalau orang tirakatan itu Seloso Kliwon, Jumat Kliwon sowan, tawasulan, kalau hasil rezeki nggeh (ya) balik, kalau nggak ya nggak. Ritual memakai sajen, pasang sajen, terserah njenengan yang mau hajat," tuturnya.

Menurut Jono, ada tiga tempat yang biasa digunakan oleh para warga berdoa atau meminta sesuatu di kawasan Keraton Gunung Kawi.


Pertama di area bangunan keraton, yang berada di bawah atau setelah gerbang masuk area Keraton Gunung Kawi.

Kemudian, area berikutnya yang biasanya digunakan berdiam diri dan berdoa, ziarah, yakni di bangunan makam Toenggol Manik Djaja Ningrat dan Toenggol Wati di atas bangunan keraton.

"Yang tingkatan tertinggi di Pesanggrahan Keraton Gunung Kawi, tapi itu tidak dibuka setiap hari. Kalau ada yang minta dan diizinkan oleh juru kuncinya biasanya, kalau ada keperluan saja dibukanya," kata warga Balesari, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang ini.

Jono menjelaskan, biasanya selama proses doa para pengunjung akan mengadukan tujuan mereka, berdoa meminta diberikan kelancaran rezeki. Di mana mereka juga biasanya mempersembahkan makanan untuk syukuran, beberapa sesajen, dan dupa.

"Dibatin tujuannya apa, tawasulan, dikasih lancar rejekinya. Ya paling satu jam, paling lama 3-5 jam, tujuannya sama yang penting berdoa. Satu jam sama semalam sama saja, kalau semalaman malah ketiduran," terang dia.

Ia juga mengakui ada beberapa pengunjung yang datang bukan untuk tujuan berdoa, melainkan untuk mencari beberapa benda-benda berkaitan spiritual. Diakui memang di lokasi sekitar keraton, ada aktivitas pencarian benda-benda pusaka, hingga aktivitas berkaitan dengan gaib.

"Di sini orang itu macam-macam tujuannya, ada yang gaib tujuan YouTube, kadang salah sasaran. Orang tujuannya aneh-aneh, tuyul atau apa, padahal di sini nggak ada, itu cuma cara-caranya setiap orang berbeda-beda," tuturnya.

Para pengunjung yang biasanya berhasil dikatakan Jono akan kembali, untuk mempersembahkan syukuran sebagai rasa syukur akan rezeki yang didapat. Tetapi diakui hal itu tidak menjadi wajib dinominalkan atau ada patokan nilai.

"Urusannya apa, dikasih lancar berhasil, sukses, syukuran. Tergantung tamunya, yang punya uang tamunya, kalau ada rezeki ya dikasih, ya kalau terkabul kalau tidak kan tambah susah," ujarnya.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1633 seconds (0.1#10.140)