Penyebutan Dinasti Brawijaya di Era Kerajaan Majapahit Berdasarkan Serat Kanda
Selasa, 20 Juni 2023 - 06:38 WIB
Nama Brawijaya menjadi nama yang tak asing di kalangan masyarakat Jawa utamanya di Jawa Timur. Konon nama ini merujuk pada sebuah Dinasti Brawijaya di Kerajaan Majapahit.
Sejumlah nama menggunakan kata Brawijaya mulai dari komando militernya Kodam Brawijaya, nama sebuah stadion di Kediri, hingga jadi sebuah nama perguruan tinggi di Malang bernama Universitas Brawijaya.
Kepercayaan tentang adanya dinasti Brawijaya di masyarakat Jawa bersumber pada uraian Babad Tanah Jawi dan serat-serat babad lainnya yang ditulis pada zaman Islam dalam abad 17 dan 18. Sebagaimana dikutip dari "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit", dari Prof. Slamet Muljana diuraikan bahwa berdirinya Kerajaan Majapahit sedikit banyak ada persamaan antara Babad Tanah Jawi dengan Kakawin Pararaton yang dikarang Mpu Prapanca, yang hidup sezaman dengan Hayam Wuruk, raja Majapahit.
Nama Brawijaya dalam Babad Tanah Jawi ialah nama abhiseka Jaka Sesuruh dari Pajajaran, pendiri Kerajaan Majapahit. Pada Pararaton pendiri Kerajaan Majapahit bernama Raden Wijaya, singkatan dari nama Nararya Sanggramawijaya, menantu Sri Kertanagara dari Singasari.
Baca juga: Keanehan Masjid Tiban yang Pernah Berpindah Lokasi secara Misterius
Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit setelah Singasari jatuh dalam kekuasaan Jayakatwang. Sedangkan mengenai asal-usul nama Majapahit terdapat kesamaan antara uraian Pararaton dan uraian Babad Tanah Jawi. Kedua sumber sejarah itu menyatakan bahwa nama Majapahit berasal dari buah maja yang pahit rasanya, kedapatan di hutan yang ditebangi untuk dijadikan dukuh.
Menurut Babad Tanah Jawi berdirinya Kerajaan Majapahit setelah Jaka Sesuruh berhasil mengalahkan Kerajaan Pajajaran yang dikuasai oleh Banyak Wide. Menurut Pararaton berdirinya Kerajaan Majapahit setelah Raden Wijaya berhasil mengalahkan Jayakatwang dari Kediri dengan bantuan tentara Tartar, yang datang di Jawa atas permintaan Arya Wiraraja alias Banyak Wide.
Meskipun demikian, namun uraian Babad Tanah Jawi itu tidak bersumber pada Pararaton. Bahkan boleh dikatakan penggubah Babad Tanah Jawi tidak pernah kenal karya sejarah Pararaton. Seandainya dia pernah kenal Pararaton, dia tidak akan menyatakan bahwa patih pertama di Majapahit ialah Patih Wahan alih-alih Patih Nambi. Justru pernyataan itu menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan Prabhu Brawijaya pertama dalam Babad Tanah Jawi itu bukan Raden Wijaya dalam Pararaton.
Di Babad Tanah Jawi maupun Serat Kanda menyebut raja pertama yang menguasai Majapahit Brawijaya. Bunyinya mirip sekali dengan nama Wijaya, singkatan dari nama Sanggrama-wijaya, yang disebut dalam Pararaton sebagai Raden Wijaya.
Memang menurut hasil penelitian sejarah, Raden Wijaya adalah pendiri Kerajaan Majapahit. Namun Serat Pararaton tidak pernah menyebut tokoh pendiri Kerajaan Majapahit itu Brawijaya, melainkan selalu menyebut Raden Wijaya.
Lagi pula patih Amangkubhumi yang mendampingi Raden Wijaya setelah dinobatkan sebagai raja Majapahit dengan nama Abhiseka Kertarasaja Jayawardhana ialah Patih Nambi, berdasarkan Pararaton. Sedangkan nama Patih Nambi tidak dikenal dalam Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda, justru yang disebut ialah Patih Wahan. Demikianlah jelas bahwa penggubah Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda itu tidak menggunakan Pararaton sebagai sumber sejarah.
Sejumlah nama menggunakan kata Brawijaya mulai dari komando militernya Kodam Brawijaya, nama sebuah stadion di Kediri, hingga jadi sebuah nama perguruan tinggi di Malang bernama Universitas Brawijaya.
Kepercayaan tentang adanya dinasti Brawijaya di masyarakat Jawa bersumber pada uraian Babad Tanah Jawi dan serat-serat babad lainnya yang ditulis pada zaman Islam dalam abad 17 dan 18. Sebagaimana dikutip dari "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit", dari Prof. Slamet Muljana diuraikan bahwa berdirinya Kerajaan Majapahit sedikit banyak ada persamaan antara Babad Tanah Jawi dengan Kakawin Pararaton yang dikarang Mpu Prapanca, yang hidup sezaman dengan Hayam Wuruk, raja Majapahit.
Nama Brawijaya dalam Babad Tanah Jawi ialah nama abhiseka Jaka Sesuruh dari Pajajaran, pendiri Kerajaan Majapahit. Pada Pararaton pendiri Kerajaan Majapahit bernama Raden Wijaya, singkatan dari nama Nararya Sanggramawijaya, menantu Sri Kertanagara dari Singasari.
Baca juga: Keanehan Masjid Tiban yang Pernah Berpindah Lokasi secara Misterius
Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit setelah Singasari jatuh dalam kekuasaan Jayakatwang. Sedangkan mengenai asal-usul nama Majapahit terdapat kesamaan antara uraian Pararaton dan uraian Babad Tanah Jawi. Kedua sumber sejarah itu menyatakan bahwa nama Majapahit berasal dari buah maja yang pahit rasanya, kedapatan di hutan yang ditebangi untuk dijadikan dukuh.
Menurut Babad Tanah Jawi berdirinya Kerajaan Majapahit setelah Jaka Sesuruh berhasil mengalahkan Kerajaan Pajajaran yang dikuasai oleh Banyak Wide. Menurut Pararaton berdirinya Kerajaan Majapahit setelah Raden Wijaya berhasil mengalahkan Jayakatwang dari Kediri dengan bantuan tentara Tartar, yang datang di Jawa atas permintaan Arya Wiraraja alias Banyak Wide.
Meskipun demikian, namun uraian Babad Tanah Jawi itu tidak bersumber pada Pararaton. Bahkan boleh dikatakan penggubah Babad Tanah Jawi tidak pernah kenal karya sejarah Pararaton. Seandainya dia pernah kenal Pararaton, dia tidak akan menyatakan bahwa patih pertama di Majapahit ialah Patih Wahan alih-alih Patih Nambi. Justru pernyataan itu menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan Prabhu Brawijaya pertama dalam Babad Tanah Jawi itu bukan Raden Wijaya dalam Pararaton.
Di Babad Tanah Jawi maupun Serat Kanda menyebut raja pertama yang menguasai Majapahit Brawijaya. Bunyinya mirip sekali dengan nama Wijaya, singkatan dari nama Sanggrama-wijaya, yang disebut dalam Pararaton sebagai Raden Wijaya.
Memang menurut hasil penelitian sejarah, Raden Wijaya adalah pendiri Kerajaan Majapahit. Namun Serat Pararaton tidak pernah menyebut tokoh pendiri Kerajaan Majapahit itu Brawijaya, melainkan selalu menyebut Raden Wijaya.
Lagi pula patih Amangkubhumi yang mendampingi Raden Wijaya setelah dinobatkan sebagai raja Majapahit dengan nama Abhiseka Kertarasaja Jayawardhana ialah Patih Nambi, berdasarkan Pararaton. Sedangkan nama Patih Nambi tidak dikenal dalam Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda, justru yang disebut ialah Patih Wahan. Demikianlah jelas bahwa penggubah Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda itu tidak menggunakan Pararaton sebagai sumber sejarah.
(msd)
tulis komentar anda