Sembuh, Mantan Pasien Positif COVID-19 di Kediri Ini Menceritakan Pengalamannya
Selasa, 14 April 2020 - 14:17 WIB
KEDIRI - Seorang perempuan warga Kota Kediri, Jawa Timur yang sudah sembuh dari paparan virus corona (COVID-19) menceritakan pengalamannya saat teleconference dengan Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar. Dia menyebut selama ini hanya melakukan perjalanan dari rumah ke kantor dan kembali ke rumah lagi. Rute pendek, yang sepintas tidak beresiko tinggi.
"Tak pernah kemana-mana. Apalagi ke pusat keramaian," tuturnya. Catatan riwayat perjalanan lebih jauh juga tidak ditemukan. Dalam testimoninya, wanita tersebut juga mengaku tidak pernah bertandang ke daerah maupun negara yang terpapar corona. (Baca juga: Pemda Belum Anggarkan Penanganan COVID-19, Siap-siap Ditegur Sri Mulyani)
Sampai pada suatu hari, tubuhnya terserang demam tinggi, di mana pengukur suhu menunjuk angka diatas 38 derajat celcius. "Jadi kemungkinan saya kena dari pembawa virus yang tanpa gejala. Pada saat itu belum ada imbauan orang sehat mengenakan masker," katanya.
Saat terjadi perubahan pada suhu tubuh (demam), ia belum tahu apa yang tengah terjadi. Namun sebagai orang yang berlatar belakang kesehatan, ia langsung melakukan antisipasi sendiri. Mengisolasi diri, menjaga jarak dari anggota keluarga lain di Kelurahan Balowerti, termasuk kepada bayinya yang baru berumur 11 bulan.
"Kemudian mencoba minum obat penurun panas, namun panas tetap pada angka 38-39 derajat celcius, "ungkapnya kepada Abu Bakar yang menyimak penuturannya. Pada hari kedua demam, ia memutuskan berobat ke dokter sekaligus melakukan tes lab.
Begitu juga pada hari keempat, ia kembali berobat ke dokter dan melakukan tes laboratorium. "Pas hari ke-4 ini mulai merasakan batuk kering, "terangnya. Karena timbul gejala klinis yang mengarah, ia langsung diisolasi di RSUD SLG Kediri dengan protokoler sebagaimana pasien Covid-19.
Serangan batuk kering tidak berhenti. Muncul gejala klinis baru sulit bernafas (sesak nafas) pada perawatan hari ketiga. Untuk membantu pernafasan, petugas medis sampai memasang oksigen. "Secara umum kondisi semakin menurun, "terangnya.
Hasil swab laboratorium yang dikirim petugas menyatakan dirinya positif Covid-19. Namun setelah hari kelima perawatan kondisinya mulai membaik. Meski demikian indra pengecapnya belum benar benar berfungsi.
Semua makanan yang masuk ke mulut masih terasa tawar. "Tidak ada rasanya, "kenangnya. Yang paling disedihkannya, ia merasa menjalani semua itu (isolasi di RSUD) sendirian. Karena aturan protokoler, tidak ada orang yang membezuk. Bahkan keluarga juga dilarang mendekat.
"Tak pernah kemana-mana. Apalagi ke pusat keramaian," tuturnya. Catatan riwayat perjalanan lebih jauh juga tidak ditemukan. Dalam testimoninya, wanita tersebut juga mengaku tidak pernah bertandang ke daerah maupun negara yang terpapar corona. (Baca juga: Pemda Belum Anggarkan Penanganan COVID-19, Siap-siap Ditegur Sri Mulyani)
Sampai pada suatu hari, tubuhnya terserang demam tinggi, di mana pengukur suhu menunjuk angka diatas 38 derajat celcius. "Jadi kemungkinan saya kena dari pembawa virus yang tanpa gejala. Pada saat itu belum ada imbauan orang sehat mengenakan masker," katanya.
Saat terjadi perubahan pada suhu tubuh (demam), ia belum tahu apa yang tengah terjadi. Namun sebagai orang yang berlatar belakang kesehatan, ia langsung melakukan antisipasi sendiri. Mengisolasi diri, menjaga jarak dari anggota keluarga lain di Kelurahan Balowerti, termasuk kepada bayinya yang baru berumur 11 bulan.
"Kemudian mencoba minum obat penurun panas, namun panas tetap pada angka 38-39 derajat celcius, "ungkapnya kepada Abu Bakar yang menyimak penuturannya. Pada hari kedua demam, ia memutuskan berobat ke dokter sekaligus melakukan tes lab.
Begitu juga pada hari keempat, ia kembali berobat ke dokter dan melakukan tes laboratorium. "Pas hari ke-4 ini mulai merasakan batuk kering, "terangnya. Karena timbul gejala klinis yang mengarah, ia langsung diisolasi di RSUD SLG Kediri dengan protokoler sebagaimana pasien Covid-19.
Serangan batuk kering tidak berhenti. Muncul gejala klinis baru sulit bernafas (sesak nafas) pada perawatan hari ketiga. Untuk membantu pernafasan, petugas medis sampai memasang oksigen. "Secara umum kondisi semakin menurun, "terangnya.
Hasil swab laboratorium yang dikirim petugas menyatakan dirinya positif Covid-19. Namun setelah hari kelima perawatan kondisinya mulai membaik. Meski demikian indra pengecapnya belum benar benar berfungsi.
Semua makanan yang masuk ke mulut masih terasa tawar. "Tidak ada rasanya, "kenangnya. Yang paling disedihkannya, ia merasa menjalani semua itu (isolasi di RSUD) sendirian. Karena aturan protokoler, tidak ada orang yang membezuk. Bahkan keluarga juga dilarang mendekat.
tulis komentar anda