Karamah Syaikh Abdussomad, Berwudu di Sungai tapi Tak Basah Sama Sekali

Senin, 22 Mei 2023 - 09:37 WIB
Ada juga menyebutkan, bahwa Datu Sanggul merupakan keturunan Dayak Bekumpai dari ibu yang bernama Samayah binti Sumandi. Di mana Samayah binti Sumandi dinikahi anak Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang bernama Mufti Jamaluddin. Setelah berguru kebeberapa ulama kharismatik dia kemudian berguru ke Datu Suban di Tapin.

Datu Sanggul adalah satu-satunya murid yang dipercaya oleh Datu Suban, untuk menerima kitab yang terkenal dengan sebutan Kitab Barincong. Berkat mengamalkan ilmu yang dia peroleh baik dari guru ataupun dari Kitab Barencong Datu Sanggul mendapatkan karomah dari Allah SWT, diantaranya kalau salat Jumat selalu di Masjidil Al-Haram Mekkah.

Karena seringnya salat Jumat di Masjidil Haram, Makkah, maka Muhammad Abdussomad pun dapat berkenalan dengan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang sedang menuntut ilmu di Tanah suci Makkah.

Disebutkan juga, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang menjadi saksi kepada warga Banjar jika Muhammad Abdussomad setiap Jumat salat di Masjidil Haram. Hal ini disampaikan Muhammad Arsyad kepada warga Banjar setelah dia selesai menuntut ilmu di Mekkah. Muhammad Arsyad ingin menemui sahabat sekaligus gurunya di Tatakan, tetapi sayang, setelah sampai di Tatakan, Datu Sanggul sudah berpulang ke Rahmatullah.



Sebelumnya pada waktu itu di Kerajaan Banjar diterapkan Syariat Agama Islam, sehingga diwajibkan bagi warga laki-laki yang sudah aqil balik atau sudah dewasa pada hari Jumat untuk melaksanakan salat di masjid. Jika tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan didenda.

Karenakan setiap Jumat Abdussomad selalu salat di Masjidil Haram, maka setiap minggu dia harus membayar denda kepada kerajaan. Akibat seringnya membayar denda, hingga harta yang tertinggal cuma kuantan dan landai (alat untuk memasak nasi dan sayuran). Akhirnya setelah didesak oleh istrinya, karena tidak ada lagi barang yang bisa dipakai untuk membayar denda, dia berjanji untuk melaksanakan salat Jumat di Masjid kampungnya.

Kisah Datu Sanggul sering salat Jumat di Mekah atau Madinah tersebut, juga dituliskan Agus Yulianto dalam "Unsur Keramat dalam Legenda Datu-datu di Kalimantan Selatan,". "Karomah yang telah dimiliki oleh Datu Sanggul adalah beliau dalam melakukan kewajiban salat Jumat tidak di kampungnya sendiri, Desa Tatakan, melainkan langsung ke Mekah atau Madinah," tulis Agus Yulianto.

Penyematan nama Datu Sanggul sendiri, dalam salah satu riwayat disebutkan, karena ketekunannya dalam mentaati perintah gurunya dalam khalwat khusus yang sama artinya dengan "menyanggul" atau menunggu (turunnya) ilmu dari Allah SWT.

Ada juga yang mengatakan, dia sering menyanggul (bahasa lokal) atau menghadang pasukan tentara Belanda, di perbatasan Kampung Muning, sehingga tentara Belanda kocar-kacir dibuatnya. Versi lainnya lagi menyebutkan, gelar Datu Sanggul itu diberikan karena kegemaran dia menyanggul (berburu) binatang rusa, dengan menggunakan sumpit. Penamaan Datu Sanggul ini, juga ada yang menyebutkan, karena rambutnya yang panjang dan selalu disanggul (digelung).

Bac juga: Mobil Terjun ke Sungai Akibat Jembatan Putus, 7 Selamat dan 2 Hilang

Datu Sanggul juga dikenal sebagai Datu Muning yang aktif berdakwah di daerah bagian selatan Banjarmasin (Rantau dan sekitarnya). Dia giat mengusahakan atau memberi tiang-tiang kayu besi bagi orang-orang yang mendirikan masjid, sehingga pokok kayu ulin besar bekas tebangan Datu Sanggul di Kampung Pungguh (Kabupaten Barito Utara) dan pancangan tiang ulin di pedalaman Kampung Dayak Batung (Kabupaten Hulu Sungai Selatan).

Salah satu karya spektakulernya yang masih dikenang hingga kini adalah membuat tatalan atau tatakan kayu menjadi soko guru masjid Desa Tatakan, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Sunan Kalijaga ketika membuat soko guru dari tatalan kayu untuk Masjid Demak.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More