Triwulan Kedua 2020, Inflasi di Kota Gorontalo Masih Terkendali
Jum'at, 17 Juli 2020 - 16:13 WIB
KOTA GORONTALO - Pada triwulan kedua 2020 inflasi di Kota Gorontalo masih terkendali dengan baik, yaitu berkisar di 0,37 persen pada Juni lalu. secara year to year Kota Gorontalo berada di bawah tiga persen atau secara nasional masih tergolong rendah.
Angka ini diprediksi mengalami kestabilan terutama dalam menghadapi Hari Raya Idul Adha, yang kerap terjadi peningkatan permintaan kebutuhan pokok.
”Kota Gorontalo Alhamdulillah masih terkendali inflasinya, demikian pula ketersediaan stok bahan pangan strategis menjelang lebaran Idul Adha,” ujar Ismail Madjid saat mengikuti rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Gorontalo di aula kantor Wali Kota Gorontalo, Rabu (15/7/2020) yang dipimpin Wali Kota Marten Taha dan Wakil Wali Kota Ryan Kono.
Menurutnya, berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan bersama TPID, menggambarkan ketersediaan bahan pokok pangan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sampai beberapa bulan ke depan. Tidak hanya menjelang Idul Sdha, namun diproyeksikan persediaan bisa mencukupi sampai akhir tahun.
”Biasanya menjelang hari-hari besar keagamaan seperti Idul Adha, banyak permintaan masyarakat terhadap kebutuhan harian seperti beras, ikan, dan rempah-rempah. Di Kota Gorontalo kami pastikan stoknya aman,” ujar Ismail.
Analis Data dan Statistik Bank Indonesia Ircham Adrianto menyebutkan penyumbang inflasi di Kota Gorontalo, masih didorong oleh komoditas hortikultura dan daging ayam. Penyumbangnya bawang merah, cabe rawit dan tomat.
“Ada pun untuk bawang putih dan minyak goreng tetap stabil bahkan menjadi penyumbang deflasi di Kota Gorontalo,” imbuhnya.
Selain memastikan stok yang tersedia, Pemerintah Kota Gorontalo akan melakukan pemantauan secara intens terhadap stabilitas harga di pasaran. Hal ini tentunya dengan melihat daya beli masyarakat di tengah terpaan pandemi COVID-19.
Wali Kota Gorontalo mengatakan, di masa pandemi sangat memberikan pengaruh melambatnya ekonomi daerah, namun pemerintah terus melakukan upaya stimulus agar tidak berdampak sangat kritis.
Upaya yang telah dilakukan salah satunya memberikan kebijakan pembebasan pajak dan retribusi daerah selama tiga bulan sejak April. Tujuannya agar sektor UMKM tetap memperoleh penghasilan guna mendongkrak perekonomiannya. Begitu juga bagi masyarakat berpenghasilan rendah diintervensi melalui program jaring pengaman sosial (JPS) dan bantuan sosial tunai (BST).
”Bagi pekerja informal seperti tukang bentor kita libatkan mereka dalam program Pemerintah Kota Gorontalo untuk menopang penghasilannya, saat virus korona melanda,” pungkasnya.
Angka ini diprediksi mengalami kestabilan terutama dalam menghadapi Hari Raya Idul Adha, yang kerap terjadi peningkatan permintaan kebutuhan pokok.
”Kota Gorontalo Alhamdulillah masih terkendali inflasinya, demikian pula ketersediaan stok bahan pangan strategis menjelang lebaran Idul Adha,” ujar Ismail Madjid saat mengikuti rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Gorontalo di aula kantor Wali Kota Gorontalo, Rabu (15/7/2020) yang dipimpin Wali Kota Marten Taha dan Wakil Wali Kota Ryan Kono.
Menurutnya, berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan bersama TPID, menggambarkan ketersediaan bahan pokok pangan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sampai beberapa bulan ke depan. Tidak hanya menjelang Idul Sdha, namun diproyeksikan persediaan bisa mencukupi sampai akhir tahun.
”Biasanya menjelang hari-hari besar keagamaan seperti Idul Adha, banyak permintaan masyarakat terhadap kebutuhan harian seperti beras, ikan, dan rempah-rempah. Di Kota Gorontalo kami pastikan stoknya aman,” ujar Ismail.
Analis Data dan Statistik Bank Indonesia Ircham Adrianto menyebutkan penyumbang inflasi di Kota Gorontalo, masih didorong oleh komoditas hortikultura dan daging ayam. Penyumbangnya bawang merah, cabe rawit dan tomat.
“Ada pun untuk bawang putih dan minyak goreng tetap stabil bahkan menjadi penyumbang deflasi di Kota Gorontalo,” imbuhnya.
Selain memastikan stok yang tersedia, Pemerintah Kota Gorontalo akan melakukan pemantauan secara intens terhadap stabilitas harga di pasaran. Hal ini tentunya dengan melihat daya beli masyarakat di tengah terpaan pandemi COVID-19.
Wali Kota Gorontalo mengatakan, di masa pandemi sangat memberikan pengaruh melambatnya ekonomi daerah, namun pemerintah terus melakukan upaya stimulus agar tidak berdampak sangat kritis.
Upaya yang telah dilakukan salah satunya memberikan kebijakan pembebasan pajak dan retribusi daerah selama tiga bulan sejak April. Tujuannya agar sektor UMKM tetap memperoleh penghasilan guna mendongkrak perekonomiannya. Begitu juga bagi masyarakat berpenghasilan rendah diintervensi melalui program jaring pengaman sosial (JPS) dan bantuan sosial tunai (BST).
”Bagi pekerja informal seperti tukang bentor kita libatkan mereka dalam program Pemerintah Kota Gorontalo untuk menopang penghasilannya, saat virus korona melanda,” pungkasnya.
(ars)
tulis komentar anda