Serangan Umum 1 Maret 1949, Panglima Militer Belanda Kaget Saksikan Ribuan Orang Masuk Yogyakarta
Rabu, 01 Maret 2023 - 14:15 WIB
Baca Juga
“Bagaimanapun kemenangan ada di pihak TNI karena mereka telah menunjukkan bukti kemampuannya yang walaupun kecil, tetapi berhasil. Mereka telah menunjukkan kepada orang Belanda dan pucuk pimpinan politik Republik sendiri bahwa mereka tidak bisa disepelekan,” dikutip dari buku Jenderal Spoor Kejayaan dan Tragedi Panglima Tentara Terakhir di Indonesia (2015).
Jenderal Spoor yang sangat kaget menangkap pesan politik dari serangan militer pada 1 Maret 1949 itu. Meski berkuasa, adanya serangan menunjukkan militer Belanda tidak berada dalam situasi yang aman.
Lebih jauh disimpulkan, seluruh dunia menjadi tahu bahwa Belanda yang berhasil menduduki ibu kota Indonesia di Yogyakarta, kenyataanya tidak mampu menjamin keamanan.
“Spoor terkejut hebat hingga tanggal 2 Maret ia terbang ke Yogya dan Semarang untuk mengadakan rapat panjang lebar guna mendapatkan dan memberikan informasi.”
Serangan Umum 1 Maret 1949 menghadapkan dirinya pada kenyataan, bahwa upaya pasifikasi, yakni mengembalikan situasi aman pasca penguasaan kembali wilayah republik Indonesia, tidak berhasil.
Militer Belanda gagal menanggulangi terjadinya gangguan atau serangan para gerilyawan di berbagai daerah yang disebut Spoor sebagai para gerombolan. Kegagalan upaya pasifikasi juga dipengaruhi minimnya pasukan.
Spoor sejak Januari mengaku sudah melakukan perjalanan 275 kilometer di wilayah Jawa Timur. Sejauh itu ia tidak menjumpai adanya personel polisi yang menjadi pilar pasifikasi.
Yang berhasil dilakukan Spoor saat menduduki kembali wilayah republik hanya mengamankan obyek-obyek vital berharga sekaligus mencegah perusakan besar-besaran.
Maklum, pada saat itu para pejuang republik memilih taktik bumi hangus. Aset-aset penting lebih baik luluh lantak dari pada dikuasai kembali oleh pasukan Belanda.
Lihat Juga :
tulis komentar anda