Lagi, Karyawati Diperkosa di Angkot

Senin, 22 Juni 2015 - 09:33 WIB
Lagi, Karyawati Diperkosa di Angkot
Lagi, Karyawati Diperkosa di Angkot
A A A
JAKARTA - Pemerkosaan di angkutan perkotaan (angkot) terjadi lagi dan makin meresahkan. Kali ini pemerkosaan menimpa seorang karyawati di dalam angkot D01 jurusan Ciputat-Kebayoran Lama.

Kejadian berawal ketika NA, 35, karyawati toko elektronik sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan, pulang kerja sekitar pukul 22.30 WIB, Sabtu (20/6). Dia menyetop angkot D01 yang dikemudikan DAS, 20, menuju perempatan Lebak Bulus. Ketika hendak turun, pelaku yang merupakan sopir tembak menawarkan hingga perempatan Fatmawati.

Alasannya, pelaku ingin ke rumah temannya di sekitaran Jalan Fatmawati Raya, Jakarta Selatan. Korban mempercayai dengan apa yang diomongkan pelaku. Korban berencana ke Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. ”Saya hanya bawa Rp25.000 dan tidak ada carter dia. Pelaku ngomong terserah Mba mau dikasih berapa ongkosnya,” kata NA, yang didampingi suaminya, saat melapor ke Polres Jakarta Selatan.

Sesampainya di Jalan Fatmawati, DAS sempat menawarkan untuk mengantarkan korban sampai ke rumahnya di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Hal ini membuat korban curiga dan meminta diturunkan di tengah jalan atau tepatnya di flyover Tanjung Barat. ”Pelaku berhenti di tengah-tengah flyover dan enggak ada akses turunan karena ada besi pembatas flyover. Ini sama saja saya bunuh diri kalau turun,” ucapnya. Melihat korban tidak berkutik, pelaku hanya tertawa.

Pelaku kemudian langsung tancap gas menuju putaran dekat Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan atau dikenal putaran Ranco lalu memutar balik kembali ke arah Lebak Bulus. Sekitar 100 meter di bawah jembatan penyeberangan orang (JPO) dekat putar balik Ranco, pelaku ingin buang air kecil. Korban memanfaatkan kesempatan ini untuk menyelamatkan diri. Namun, tiba-tiba pelaku sudah berada di dekatnya dan langsung mendorong korban.

Selain itu, kunci pintu terlepas sehingga korban tidak berkutik. Korban sempat berteriak meminta bantuan, tapi tidak ada satu pun yang mendengarnya. ”Si pelaku mengatakan, kakak kira saya orang baik, sebenarnya saya orang jahat,” kata ibu dua anak ini. Korban pun mengizinkan pelaku mengambil ponsel dan harta bendanya asalkan jangan menyakiti dirinya, apalagi korban memakai jilbab.

Si pelaku mengabaikan harta milik korban, justru dia mempeloroti celana korban tanpa membuka baju saat pemerkosaan itu. Dalam keadaan telentang, pelaku melampiaskan nafsu berahinya di angkutan umum bagian belakang. Beberapa menit kemudian ada suara sepeda motor yang membuat pelaku menyudahi aksi tersebut. ”Saya rasa dia tidak sampai klimaks dan tidak keluar spermanya,” tutur NA. Dengan penuh gugup, pelaku masih ingin mengantar korban ke rumahnya.

Namun, korban berbohong kalau mau dijemput suaminya di Jalan Pasar Rebo. Setelah itu, korban diturunkan di traffic light Condet. Kasubbag Humas Polres Jakarta Selatan Kompol Aswin mengatakan, saat menumpang angkot tersebut, korban duduk di samping sopir dan tidak ada penumpang lainnya. Dalam aksinya, pelaku mengancam korban dengan kunci roda dan pisau yang diambil dari dashboard .

Beruntung, sopir taksi Irwan Suanda, 36, melihat korban seusai diperkosa yang kemudian mengantarkannya ke Polsek Jagakarsa dan langsung dilanjutkan ke Unit PPA untuk divisum. ”Pelaku akhirnya kami tangkap di Ciputat dekat restoran cepat saji saat sedang menarik angkot,” kata Aswin. Dari pengakuan pelaku, DAS, dia melakukan perbuatan tersebut dalam keadaan sadar dan tidak mabuk.

”Saya tibatiba melihat dia ada hasrat untuk melakukannya. Sebelumnya minta nyarter sampai Pasar Rebo Rp35.000, korban mau,” ucapnya. Kejahatan di angkutan umum dinilai sebagai hal yang kerap terjadi. Di negara mana pun, kejahatan akan terjadi pada eranya termasuk di negara maju sekalipun. Hanya, modus yang dilakukan selalu mengalami perkembangan. ”Ini perlu pengawasan dari diri sendiri. Kejahatan terjadi di semua lini bergantung zamannya,” kata pengamat sosial-budaya Universitas Indonesia (UI) Devie Rachmawati.

Yang harus dilakukan, melengkapi diri dengan peralatan yang dapat melindungi dari tindak kejahatan misalnya membawa pisau kecil atau alat semprot. ”Ini untuk mawas diri,” ucapnya. Modus yang dilakukan sopir angkot di Jakarta Selatan disebabkan adanya ruang baru. Artinya, ruang publik yang dulu kerap digunakan sebagai tindak kriminal kini sudah dilengkapi dengan peralatan dan fasilitas umum sehingga pelaku beralih ke ruang lain yang dianggap sebagai tempat biasa oleh khalayak.

Helmi syarif/ r ratna purnama
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6740 seconds (0.1#10.140)